Beriman pada Yesus berarti menyerahkan seluruh diri kita pada-Nya. Yesus menjadi satu-satunya sandaran hidup setiap orang yang beriman pada-Nya. Ketergantungan kita pada-Nya bukanlah sebuah ketergantungan hampa tanpa harapan, melainkan ketergantungan kita terarah, baik pada masa kini maupun masa yang akan datang.
Penginjil Matius, melalui perumpamaan, melukiskan keterbukaan dalam membangun relasi dengan Yesus. Membangun relasi dengan Yesus berarti mengakarkan diri pada-Nya, tidak hanya menjadi pendengar sabda yang setia melainkan dituntut juga menjadi pelaku firman yang hidup. Kita pun diajak untuk membangun keluarga kita dengan dasar iman. Beriman pada Yesus berarti membiarkan sabda-Nya merasuki hidup kita agar hidup kita menjadi lebih bermakna. Apakah warta Yesus ini membawa penghiburan atau membawa kehancuran? Apakah dalam membangun iman dalam keluarga, hanya dengan kata-kata atau dengan teladan hidup?*** (Valery Kopong) Sumber inspirasi: Matius 7:24-27
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H