Pelajaran tentang manusia yang aku pelajari dahulu pernah menuliskan bahwa manusia itu sangat lemah akan cinta. Mereka; para manusia, sangat mudah untuk dihasut ketika mereka bingung dalam memilih cinta sejati dalam hidupnya. Bagi manusia memutuskan sebuah cinta bukanlah seperti melempar koin dan melihat wajah koin apa yang terlihat. Bagi manusia cinta itu bukanlah sebuah perjudian, hanya dengan melempar dadu maka akan mengetahui siapa yang menang. Karenanya, masalah cinta adalah masalah yang sensitif dan rumit bagi manusia. Pelajarilah, pahamilah, dan ketahuilah titik lemah mereka melalui perasaan cinta, agar memudahkan kalian untuk dapat menyesatkan umat manusia.
Tetapi hal itu kini terjadi padaku, ya padaku, seorang setan bodoh. Setan yang seharusnya bertugas untuk menghasut manusia, akan tetapi kali ini diriku yang justru terhasut oleh cinta seorang manusia. Apa kata neraka, bila tahu salah mahasiswa setan terbaik mereka jatuh cinta pada seorang gadis yang rapuh.
Diriku semenjak diciptakan memang banyak kekurangan –bagi manusia adalah kelebihan-, bisa dibilang produk gagal dari setan-setan setan yang ada. Teman-teman setan memanggil aku dengan sebutan Ork. Ork yang pintar, Ork yang baik, Ork yang tampan, semua hinaan itu mengarah kepadaku. Wajahku terlihat tidak seram bagi setan, sifatku tidak terasa jahat bagi setan, dan aku terlalu berperasaan sebagai seorang setan. Aku mengetahui semua kekurangan itu, dan teman-temanku juga mengetahuinya. Olok-olok mereka bukanlah sesuatu yang jahat. Begitulah cara setan memuji setan lainnya; dengan cacian. Setidaknya bagi para pengajar di sekolah setan, aku termasuk unik; dalam kamus setan tentunya.
Aku masih mengingat, tentang gadis itu. Aku yang berada di semester akhir mendapatkan tugas akhir yang cukup ringan, yaitu menghasut seorang gadis manusia bernama Ross Carpenter untuk menyakiti calon suaminya, dengan cara mempermalukannya di hari penikahan. Jika aku berhasil melakukan ini dengan baik maka akan mendapat nilai A+ dan langsung lulus dan bekerja sebagai setan dengan spesialis penghancur hubungan cinta manusia. Saat itu, aku pun bersemangat menerima tugas itu, bayangan nilai A+ begitu menggodaku.
Masih bisa mengingat bagaimana saat aku diturunkan ke dunia. Melihat ketakjuban dunia yang penuh warna, tidak seperti di tempatku, warna yang terlihat cuma ada dua: hitam dan merah; merah yang membara. Di halte bis; manusia menyebutnya seperti itu, aku melihat gadis itu. Rambutnya panjang berkilauan terkena matahari, kulitnya putih, dan matanya biru penuh dengan keteduhan. Aku jatuh cinta padanya, tidak!, aku berani bersumpah demi neraka jahanam ini semua pasti karena salah cupid; yang telah salah menembakkan panahnya. Aku tidak boleh jatuh cinta pada korbanku. Memandangnya tajam, aku bertekad akan menggagalkan pernikahannya. Akhirnya aku masuk ke dalam hatinya.
Ia gadis yang yang rapuh, aku sudah mengatakannya, bukan. Membisikkan sesuatu yang jahat di hatinya begitu mudah. Aku berhasil menggagalkan pernikahannya. Ia lari dari altar tepat sebelum janji penikahan itu diucapkan. Semua tugas ini sangat mudah hampir tidak ada tantangan. Aku mendapat nilai A+, dan lulus dengan pujian. Apakah aku senang? Bodoh jika mengatakan iya. Aku sedih, ya walaupun setan diciptakan tanpa perasaan dan hati, tapi aku tetap sedih melihat gadis itu menangis menyesali keputusannya, meninggalkan altar pernikahan. Kemudian aku semakin merasa bersalah karena semua itu akibat ulahku. Bah! Bedebah macam apa aku ini, bisa ditertawakan teman-teman setan jika aku menjadi rapuh seperti ini.
Hari ini aku berada di middle area; tempat di tengah-tengah antara surga dan neraka, tempat bertemunya para malaikat dan setan. Menunggu Amora; seorang cupid cantik, dan Jack; malaikat pencabut nyawa yang menawan. Mereka berdua sahabat terbaikku. Meneguk perlahan mocca latte yang aku pesan, menyesapnya lalu hatiku kembali galau. Teringat akan gadis itu. Aku harus menyelesaikan masalah hatiku ini, dan demi neraka, aku menderita karenanya. Kedua temanku datang, mereka menatapku heran. Setelah memesan minuman, Amora terlihat akan membuka pembicaraan.
“Ada apa Ork dirimu terlihat tidak sehat?”
“Apakah setan bisa sakit, eh,” ledek Jack.
Aku menatap Jack tajam, menunjukkan bola mata neraka yang aku punya, sambaran petir terlihat dari bola mataku.
“Maaf,” kata Jack.