Mohon tunggu...
Bread Beard
Bread Beard Mohon Tunggu... -

Person love to reading about news, psychology, history and philosophy. Simplicity

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Waspada Virus ISIS

3 September 2014   21:27 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:43 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14097291861938079747

WASPADA VIRUS ISIS

[caption id="attachment_357006" align="aligncenter" width="508" caption="ilustrasi virus mers"][/caption]

Ada hal menarik dari efek psikologis yang ditimbulkan oleh kelompok pemberontak manusia yang bernama ISIS. Seperti yang biasa dibahasa oleh banyak media tentang sepak terjang mulai dari lahirnya ISIS hingga kekejamannya terhadap pembataian manusia atas nama Tuhan, membuat banyak orang berpikir kejam, mengerikan dan menakutkan.

Sebenarnya efek psikologis yang ditimbulkan oleh ISIS dengan kekejaman tak beradab ini dapat dikategorikan dalam teori psikologis “Ethos of Conflict”. Kata Ethos oleh kamus Oxford edisi ke 10 disebutkan dengan definisi sebagai ciri khas sebuah kebudayaan, era atau komunitas yang termanifestasi dalam sikap perbuatan dan aspirasi.Sementara itu encyclopedia of peace psychology menyingung sebagai sekumpulan orang yang terokupasi oleh perasaan memiliki dari sebuah kepercayaan yang dianggap unik, membagikan pengalaman solidaritas, melakukan sejumlah kegiatan dan memiliki identitas kelompok terpisah dari kelompok-kelompok lain dan mengijinkan efek psikologis mempengaruhi masyarakatnya.

ETHOS OF CONFLICT

Teori Ethos of Conflict ini dianggap dapat membaca arah dinamika efek psikologis bagi orang-orang yang disasar atau berada dalam komunitasnya.Efek psikis yang ditampilkan dari ethos of conflict ini adalah perasaan dari masyarakat yang merasa “benar” dengan tindakan kekerasan, rasa aman berada pada sebuah state atau posisi wilayah kekuasaan, kelanjutan dari citra negatif tentang musuh yang berkonflik, perasaan penegasan sebagai korban ketimbang pelaku radikalisme, lahirnya sebuah kepercayaan dan merasa diri patriotik dengan paham tertentu yang dipercayai atau setidaknya telah merasuk dalam jiwa, pikiran dan semua aspek hidupnya.

Perhatikan bagaimana komentar orang yang mengaku ISIS di Indonesia yang muncul di youtube beberapa waktu lalu.Dari cara bicaranya adalah militanisme paham radikalis untuk bila perlu membunuh, merampok, mencuri demi sebuah ajaran yang diyakini.Rela mengorbankan harta, keluarga dan semua termasuk diri adalah gambaran dari orang-orang yang dipenuhi dengan pikiran ethos of conflict. Berita terakhir menyebutkan bahwa aparat keamanan sudah mengetahui identitas pendukung ISIS yang deklarasi tersebut sebagai salah satu dari sekian orang teroris di Indonesia.Uniknya, orang-orang semacam ini punya record suka bolos kuliah, lebih banyak menghabiskan waktu pada dakwah radikalisme dan hilang jejak (entah mungkin dilatih di Afghanistan atau di hutan Filipina Selatan) sampai tiba-tiba muncul sudah menjadi seorang pembunuh sadis dengan paham seperti yang dipaparkan dalam teori ethos of conflict.

Apa yang terus ditanamkan oleh ISIS di Iraq dan Siria dan merembet ke dunia internasional bukan semata karena mereka memiliki dana besar hasil rampasan, rampokan dan dukungan orang-orang kaya di Qatar dan Arab Saudi, tetapi juga memperoleh basis pengikut yang mengakui paradigma kekerasan yang sama dengan kedok Islam Suni. Bila dicermati lebih lanjut, paham radikalisme buas ini lahir dari konflik berkepanjangan, instabilitas politik, kemiskininan, pengangguran, pendidikan rendah dan sekumpulan masyarakat yang merasa di-zolimi (http://www.washingtonpost.com/news/morning-mix/wp/2014/06/12/isis-just-stole-425-million-and-became-the-worlds-richest-terrorist-group/, http://www.thedailybeast.com/articles/2014/06/14/america-s-allies-are-funding-isis.html, http://inthecapital.streetwise.co/2014/08/28/2-billion-and-80000-men-a-look-at-the-numbers-behind-isis/).

PEDANG BERMATA DUA

Apa yang terjadi pada publikasi media massa, cerita dan rumor yang sengaja dikeluarkan ISIS sebenarnya adalah seperti pedang bermata dua yang sedang menyayat manusia di muka bumi.Pertama penampilan banyak gambar kekerasan mulai dari potong kepala, penyaliban, penembakan massal telah melahirkan sebuah lingkaran setan kebencian dan tanpa kewaspadaan akan dilanjutkan dengan peperangan tiada akhir atau yang disebut lingkaran setan maut.

Di satu sisi provokasi ISIS mempersiapkan sejumlah kandidat orang-orang dan sekumpulan masyarakat yang terokupasi oleh kekerasan.Mereka jadi terbiasa dan ketika melakukan atau berambil bagian melakukan, maka tidak merasakan jijik, takut, ngeri ataupun efek psikis secara langsung.Seperti halnya sejarah Perang Dunia I dan II menunjukkan kesaksian bagaimana kekejaman para tentara terhadap korban dirasa hanya biasa saja.Sikap dan rasa ini yang disebut mati rasa.

Di sisi lain, ketajaman pedang bermata dua berita kekerasan ini membuat efek psikologis ketakutan massal.Untuk daerah yang diserbu dan diserang oleh ISIS menjadi sebuah sasaran empuk selain serangan bersenjata juga serangan psikis yang jelas jauh lebih efektif.Lihatlah sejumlah batalion tentara Iraq lari terbirit-birit dan bukan ribuan orang saja yang takut tapi ratusan ribu orang mendapat teror. Terorisme seperti ini adalah ilmu kuno tapi masih dipakai karena dirasa efektif ketika tidak ada persatuan yang solid di dalam negara.

Bak pedang bermata dua, ISIS tengah menggerogoti Iraq, Siria dan dunia secara perlahan.Amerika yang menjadi sasaran utama saja tengah gamang karena traumatik politik di masa lalu dengan menerjunkan ribuan tentara pada masa Sadam Husein.Apa tanggapan Amerika saat ini terhadap ISIS? Media internasional berbasis Amerika Serikat CNN menyebut strategi yang dimiliki oleh pemerintah Obama adalah Menanti “stay tuned”, seolah takut, ragu, tak berdaya menghadapi ISIS. Kebijakannya selalu di dasarkan pada membela orang-orang Amerika, kepentingan Amerika di Iraq oleh sebab itu skala bencana kemanusiaan hanya dibahas sedikit. (http://edition.cnn.com/video/data/2.0/video/world/2014/09/02/intv-amanpour-isis-steven-sotloff-brett-mcgurk-air.cnn.html.)

PENUTUP

Keberadaan ISIS di Indonesia tampaknya hanya sebuah slogan yang malu-malu muncul karena sudah didakwa resmi oleh pemerintah sebagai makar, namun fenomena ini seperti gunung es.Ada banyak sebutan dan istilah dengan paham serupa tetapi memakai nama yang berbeda-beda. Ethos of Conflict adalah kacamata untuk memahami bagaimana dan seperti apa virus ISIS yang perlu diwaspadai oleh setiap orang yang menyebut diri manusia.

Jangan terjebak pada lingkaran setan kebencian, balas dendam, ketakutan, dan antek-anteknya yang membuat manusia tidak lagi jadi manusia tetapi antek kekerasan dan kehancuran.Kalau pepatah ISIS mengatakan, “bunuhlah demi Tuhan!Setiap infidel harus diusir, dirampok dan dibunuh karena itu milik kita.” Maka saya lebih menuruti pepatah bijak yang mengatakan, janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan… tetapi hendaklah kamu saling memberkati.

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/9780470672532.wbepp055/abstract

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun