BBM NAIK, APA sebaiknya RESPON ORANG BERAGAMA?
Kenaikan BBM sebesar Rp.2000 telah didahului dengan naiknya harga barang-barang, jasa hingga diprediksi akan membuat inflasi Indonesia menjadi 7,3%.Sebagian orang protes, tidak nyaman dan tentu saja tidak suka. Mulai dari demo anarkis, tutup jalan dan bakar ban hingga kicauan kekecewaan dan makian terhadap pemerintah membayangi keputusan yang serba sulit untuk strategi Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Keluarga Sejahtera yang belum dirasakan masyarakat luas.
Lalu apa hubungannya dengan kita sebagai orang-orang bergama yang mempercayai Tuhan? Kenaikan BBM menimbulkan efek langsung kocek dompet kita hingga rana yang lebih luas membuat kekuatiran lebih miskin dan hidup lebih susah. Nah di posisi seperti ini iman percaya seseorang diuji kemurnian dan pertumbuhannya.
RESPON PADA UMUMNYA
Apabila orang percaya berespon anarkis (merusak identik dengan teman setan), ikut demo menutup jalan (yang semakin buat macet dan BBM terbuang sia-sia, perekonomian semakin melambat), ikut bakar ban (mempercepat global warming: ozon atmosfer cepat lubang dan mengurangi perlindungan bumi dari radiasi sinar ultraviolet yang praktisnya cuaca tambah panas/dingin secara ekstrim dan ditengarai sebagai akibat kanker kulit dan katarak pada komunitas). Sebagian orang lebih memilih komentar negatif dan makian atas reaksi BBM. Sebagian lainnya lebih suka merancang penyalagunaan kekuasaan dengan hak politik interpelasi dan penghasutan terhadap orang banyak. Bagaimana respon seharusnya kita sebagai orang-orang beragama yang menghomati Tuhan sebagai Pencipta dunia ini? Bolehkah kita ikutan tidak setuju atau justru mendukung kebijakan tersebut?
RESPON USULAN SEBAGAI UMAT BERAGAMA
Ketika menyentuh aspek komunitas, bumi dan pemerintah maka tidak ada satu kitab sucipun berbicara tentang partai tertentu atau orang-orang tertentu yang dikultuskan tetapi lebih berakar pada prinsip yang harus dipegang oleh semua orang yang ingin hidup sesuai petunjuk Tuhan. Respon pertama adalah Jangan ikut bereaksi negatif destruktif.
Amanah Tuhan terhadap manusia adalah menjadi berkat bukan mengutuki. Manusia yang sehat adalah orang yang mengarahkan energi positif dan bukan ter-okupasi pada hal-hal negatif. Memalukan bila ada mahasiswa dari kampus bertulisan agama tertentu tetapi ikutan demo dengan menutup jalan apalagi kalau sampai ada yang berorasi sambil memaki dan melempar batu. Tindakan ini adalah tidak elit, tidak intelek dan destruktif. Orang beragama yang ingin mendapat pahala Tuhan dipanggil untuk melakukan kebaikan dan bukan kemungkaran.
Respon kedua adalah pegang erat bahwa Tuhan yang memegang kendali.Di masa yang sukar termasuk nantinya efek dari kenaikan BBM yang merambat pada kenaikkan inflasi hingga barang-barang jadi lebih mahal membuat banyak orang cemas, takut dan kuatir akan masa depannya.
Sebagian orang berespon dengan menimbun BBM sebanyak mungkin secara ilegal, sebagian lainnya mengeluarkan kata-kata negatif, kritikan hingga makian di depan banyak orang. Ada pepatah bagus yang menuliskan: Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.Janganlah kamu kuatir … semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
Perbuatan konyol, serakah dan rakus sering kali berakar dari kekuatiran dan ketakutan akan masa depan.Apabila kita berani bekerja keras dan bersikap positif terhadap hidup, maka itu kunci pahala yang menanti. Seperti halnya seseorang kehausan yangmelihat setengah gelas air dan berespon optimis: “Syukur! Masih ada setengah yang bisa dinikmati” atau berespon negatif: “Sialan! Gara-gara si A itu saya jadi kehausan dan sekarang air pun tinggal setengah. GRR..#@*!”. Emosi negatif akan membuat air serasa semakin tidak cukup danberdampak negatif pada dirinya.
Respon ketiga adalah jadilah warga yang baik. Menjadi warga negara yang baik bukan hanya panggilan seluruh penduduk di sebuah negara tetapi juga adalah ajaran agama untuk mendukung Pemerintahan. Kenapa? Karena Pemerintah yang naik itu adalah hamba Allah dan tunduk dibawah Tuhan. Mereka diijinkan Allah untuk melayani dan membangun dengan baik.Mereka memegang otoritas dan “pedang” agar penduduknya menguasai diri dan bukannya mengumbar nafsu keinginannya. Apabila berlaku jahat maka oknum tersebut harus takut, tetapi apabila melakukan hal yang benar dan baik, maka pujian akan datang dari Tuhan dan orang-orang-Nya.
Sebagai penutup, lihatlah respon warga negara maju seperti Jepang terhadap naik turunnya harga BBM antara Rp.14.000-Rp.16.000. Lihatlah bagaimana respon warganya terhadap inflasi baru-baru ini (sejak tahun 1958 belum pernah menghadapi inflasi separah saat ini). Banyak diantara mereka yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintahan sekarang, namun mereka tetap rajin bekerja, bersikap positif terhadap hidup dan tanggung jawabnya. Ada sedikit demo yang tertib, elegan dan ramah terhadap komunitas, sementara kekerasan dalam demo adalah produk jaman dulu yang sudah tidak laku.Alih-alih demo, orang-orang di Jepang tidak punya waktu untuk demo. Bagi mereka yang ada adalah kerja, kerja dan kerja.
Mental warga negara yang baik membuat bangsa disegani oleh dunia internasional. Mental warga negara yang baik mendukung kemajuan bangsa. Seharusnya kita malu apabila negara Indonesia yang dikenal ber-Tuhan tetapi banyak warganya anarkis dan bersikap negatif seperti tidak ber-Tuhan sementara di Jepang mayoritas penduduknya tidak beragama tetapi bersikap positif dan menjadi warga negara yang baik. Mari kita melakukan Firman Tuhan, jangan mau diprovokasi oleh kepentingan sejumlah elit politik tertentu yang mau membuat suasana kacau, buruk dan hancur. Majulah negara Indonesia, Jayalah negaraku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H