Mohon tunggu...
Bread Beard
Bread Beard Mohon Tunggu... -

Person love to reading about news, psychology, history and philosophy. Simplicity

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Uang Hilang Kembali

17 Februari 2015   21:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:01 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

UANG HILANG KEMBALI

Hari ini saya dikejutkan dengan berita surat kabar yang menuliskan bahwa kepolisian Jepang selama tahun 2014 telah menemukan uang hilang lebih dari 367 Miliar (3,34 Miliar yen), lebih 75% atau 2,74 Miliar yen telah diambil oleh pemiliknya, lebih dari 3,56 juta barang hilang ditemukan serta yang paling mengagumkan adalah bagaimana pihak kepolisian mengembalikan tas seseorang yang berisi uang sekitar 1,9 Miliar rupiah (18,4 juta yen ). Sementara itu uang hilang yang tidak diambil pemilikya sekitar total 4,2 Miliar (390 juta yen ) dimasukan oleh pihak kepolisian ke kas negara.

Terbersit pemikiran sederhana: Bagaimana ya kalau uang sebesar itu terjadi di Indonesia? Apakah juga akan dikembalikan oleh aparat keamanan? Apakah sampai di tangan aparat keamanan atau justru begitu barang hilang, orang di sekitar langsung sigap mengamankan?

Indonesia sedang heboh dengan polemik KPK vs.POLRI, terkhusus diikuti dengan intrik politik dan sejumlah pihak yang ikut meramaikan kalau boleh dikatakan membuat semakin suram dan pelik permasalahan kedua institusi penegak hukum ini.

Negara yang maju rupanya tidak serta merta ditandai dengan berapa banyak rata-rata kekayaan penduduknya; berapa bagus fasilitas umum masyarakatnya; berapa tinggi rata-rata pendidikan warganya; tetapi terlebih adalah seberapa bertanggung jawab dan jujur rata-rata warganya dalam menjalani hidup sehari-hari.

Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?Saya dahulu sedikit bingung dengan pepatah emas ini, namun sekarang semakin jelas dan mengerti bahwa kejujuran terhadap barang orang lain yang bukan milik kita akan berdampak menguntungkan kepada diri sendiri.

Teringat di masa lalu, ketika seorang teman melihat ada sebuah bolpen bagus, masih baru dan masih banyak isinya tetapi tidak jelas siapa pemiliknya. Ia serta merta berkata kepada saya, “sing nduwe iki ora gelem, yo take gawene!” sembari dengan santai mengambil bolpen tersebut menjadi miliknya. Bolpen itu adalah barang kecil, harga murah tetapi terletak kandungan yang dalam atas orang yang menemukan dan menyikapi temuan tersebut, yakni: kejujuran.

Mudah bagi kita menemukan barang tak bertuan dan dalam sekejap menjadi barang kita. Mungkin dengan enteng kita berkata, “Barang yang jelas-jelas bertuan saja bisa dalam sekejap berpindah tangan oleh jambret, copet, dan rampok ya wajarlah kalau barang tak bertuan jadi milikku.” Jujur saya pernah melakukannya dan sekarang malu karena itu adalah tidak jujur.

Para pembaca, apakah Anda ingin komunitas Anda lebih baik? Apakah Anda ingin negara Anda lebih baik? Apakah Anda ingin berada di komunitas seperti kebanyakan tempat di Jepang yang mana kalau bukan barang miliknya, maka pada umumnya orang tidak akan mengambilnya. Apakah Anda ingin dikelilingi dengan orang jujur dan terkhusus apabila barangmu hilang, maka dikembalikan? Apabila jawabannya “Ya!”, maka mewujudkan komunitas seperti ini harus dimulai dari masing-masing kita.

Tidak usah jauh-jauh menunjuk si A, atau aparat B atau bahkan kelompok atau suku C tertentu sebagai biang keladi suka tidak jujur alias tukang tipu; tetapi marilah dimulai dari kita. Menghadirkan surga di bumi dimulai dari sikap tanggung jawab dan jujur. Belajar jujur terhadap diri sendiri. Belajar jujur terhadap orang lain. Seperti ada pepatah mengatakan, “dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik.Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalamnya.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun