Kepada semua pembaca jangan bersakwa sangka negatif dulu, ada sebagian kecil guru yang baik serta benar-benar mengabdikan ilmunya, kemampuanya, dedikasinya untuk mendidik para anak didik di sekolah-sekolah tanpa pamrih. Biasanya guru seperti ini banyak disukai dan disenangi para muridnya. Pada sisi lain sangat banyak guru yang segalanya diukur dengan pamrih, pelit memberi ilmunya atau memang guru yang agak bodoh ilmunya pas-pasan, ogah memberi kemampuannya karena memang tidak punya kemampuan serta malas membaca. Guru ber-tipe seperti ini, biasanya kalau mendapatkan jabatan basah di sekolahnya, rata-rata guru seperti ini suka mencari alasan untuk mendapatkan duit dari para muridnya dengan cara menjual apa saja yang berkaitan dengan pendidikan dan memaksakan kepada para muridnya untuk membeli barang yang dia jual. Guru seperti ini kerjanya sehari-hari di sekolah hanya sekedar mengajar secara normatif di ruang kelas dan kemampuannya juga tidak seberapa. Jangan diharapkan bisa muncul anak-anak didik yang berprestasi tingkat daerah apalagi tingkat nasional jika mendapatkan guru model seperti ini.
Yang paling parah, jika lembaga sekolah negeri dijadikan ajang untuk mencari uang tambahan oleh para guru yang bekerja sama dengan kepala sekolah dan mereka para guru ini sangat mudah menjadi alatnya para penerbit buku dan para perusahaan produsen alat-alat sekolah dan mereka para guru dan kepala sekolah ini, senang menjadi kacung dan sales dari berbagai perusahaan penerbit. Para guru seperti ini sangat rajin menjual buku LKS serta buku pegangan lainnya dengan harga mahal mencekik para orang tua murid. Lucunya, buku-buku yang mereka jual di titipkan kepada warung-warung dan toko kecil di sekitar sekolah, walaupun didalam sekolah ada Koperasi Sekolah rekayasa para guru juga untuk memanfaatkan Koperasi Sekolah bagi kepentingan pribadi para guru dan kepala sekolah. Malah pada kasus penjualan buku ini Koperasi Sekolah tidak mereka manfaatkan karena takut jika ada pemeriksaan dari badan pengawas. Penjualan buku pada warung-warung dan toko kecil di sekitar sekolah dikesankan seolah-olah merupakan kepentingan penerbit buku. Ini adalah manipulasi manejemen sekolah yang memanfaatkan sekolah dan para murid dan orang tua menjadi sasaran pemerasan secara halus oleh kelompok guru dalam manajemen sekolah.
Supaya semuanya mengetahui, lembaga sekolah dan guru, bukanlah ajang pasar untuk penjualan buku bagi kepentingan pribadi kelompok guru dan kepala sekolah. Sekolah dibangun dan di wujudkan oleh Pemerintah adalah hanya untuk mendidik dan guru mengajar atau mendidik para anak didiknya. Guru atau kepala sekolah sangat dilarang menjadi sales buku dan menjadi budaknya perusahaan penerbit buku. Apabila sekolah dan di kendalikan oleh para guru seperti ini, maka hancurlah pendidikan Nasional kita kedepan, karena lembaga sekolah sudah di susupi SDM guru yang memanfaatkan sekolah untuk kepentingan kekayaan tambahan dari para guru. Mari selamatkan anak bangsa Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang benar dan baik. (Anak Bangsa)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H