Mohon tunggu...
Aymara Ramdani
Aymara Ramdani Mohon Tunggu... Administrasi - Orang yang hanya tahu, bahwa orang hidup jangan mengingkari hati nurani

Sebebas Camar Kau Berteriak Setabah Nelayan Menembus Badai Seiklas Karang Menunggu Ombak Seperti Lautan Engkau Bersikap Sang Petualangan Iwan Fals

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Buku Catatan untuk Diriku: Ihwal Hidup, Cinta, Bahagia Karya Haidar Bagir

6 Mei 2021   09:23 Diperbarui: 6 Mei 2021   12:48 1362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Agama sekarang ini sedang ramai digadang-gadangkan untuk dapat memperbaiki jalannya kehidupan di dunia ini. Agama diharapkan berjalan membawa pencerahan bagi pemeluknya. Ia Ibarat sebuah lampu headlamp ketika kita naik gunung di malam hari, ia akan memberikan penerangan dan jalan/jalur setapak itu kembali jelas terlihat. Juga sejatinya beragama membawa kita, sebagai pemeluknya mampu mengimplementasikannya yaitu, menjadi pribadi yang baik, karena tujuan beragama adalah berakhlak yang baik, dan ini seperti sabda nabi yang mengatakan bahwa "aku di utus untuk memperbaiki akhlak".   

Namun, pada kenyataannya, setelah saya lihat dan baca-baca informasi baik di sosial media ataupun televisi, justru manifestasi dari beragama itu malah bisa berubah menjadi sesuatu yang mengerikan akibat dari fanatisme butanya terhadap ajaran-ajaran yang diberikan atau diterima. Media sosial menjadi ajang perang, menjadi arena pertempuran yang kasar dan sadis, dan itu jelas sekali efeknya bagi kita atau mereka yang lebih cepat jarinya ketimbang akal dan fikirannya. 

Dan efek yang lebih  mengerikan adalah mental health kita yang diserang. Dan banyak dari kita tidak menyadari akan hal itu. Apa itu mental health? Mental Health adalah tingkat kesehatan batin kita yang tidak terganggu, baik dari kecemasan yang berlebihan dan menggangu kenyamanan hidup kita. Contohnya, ketika kita sulit tidur, ketika kita merasa cemas yang berlebihan dan insecure terhadap diri serta tingkat kecemburuan yang menggila melihat teman-teman kita posting di media Sosialnya. Dan dampak dari penggunaan media sosial ini begitu dahsyat terhadap penggunanya, tidak hanya anak-anak remaja, tetapi juga bagi mereka yang mungkin mempunyai kepentingan-kepentingan tertentu. Apa saja dampaknya?

Merasa bahwa harga diri kita berkurang, hal ini disebabkan oleh, banyaknya bullyan dan perundungan kepada pengguna media social itu sendiri.

Merasa cemburu. Ketika kita melihat teman-teman kita memposting kesehariannya yang mungkin tidak bisa kita lakukan, akan menimbulkan efek yang bergejolak di dalam diri kita.

Gangguan tidur. Kita tahu bahwa istirahat yang paling baik adalah tidur. Namun seiring dengan teknologi informasi yang kian cepat, kita tidak ingin ketinggalan informasi tersebut, dan berusaha untuk selalu up to date dalam segala hal.

Membuat konten yang buruk, namun demi sebuah konten merasa bahwa hal tersebut adalah keren.

Untuk mengurangi dampak buruk dari penggunaan itu semua, dan juga untuk memberikan enlightenment tentang Kehidupan, Kemanusiaan, Cinta, Kebahagiaan dan Spiritualitas. karya Pak Haidar Bagir dengan judul CATATAN UNTUK DIRIKU; IHWAL HIDUP, CINTA dan BAHAGI, bisa dibilang sebuah oase di tengah telaga. 

Ia hadir memberikan sentuhan nilai-nilai CINTA dan kemanusiaan yang kini mulai tergerus oleh kepentingan individualistis.  Buku ini menggambarkan bahwa agama sejatinya mampu membawa kita untuk mendapatkan tujuan hidup manusia yaitu Kebahagiaan. CINTA dan Kebahagiaan adalah satu kesatuan, dan bisa kita raih dengan cara membuka hati dan fikiran dengan sedikit saja mengosongkan sisi keduniawian kita.

Dan Alhamdulillah, saya merasa mendapat kehormatan dengan diperkenankannya untuk menyusun buku tersebut. Suatu kehormatan dan kebanggaan bagi saya. Kenapa? Bisa jadi ini adalah pecapaian terbaik dalam hidup saya. Oh iya sekadar menginformasikan saja, mungkin sekarang ini saya menyusun buku, tapi di tahun 2009, saya pernah menjadi cover (sampul) buku Rahasia Kaum Falasha, sebuah novel yang menurut saya keren. Dan semoga setelah jadi sampul cover buku, lalu penyusun buku, semoga saja saya bisa menjadi penulis sebuah karya saya sendiri.amin.

Karena hidup ini hanya sementara, karya abadi, selamanya. Dan ia tersimpan tidak hanya di memori kita tapi juga ada jejak digital maupun fisiknya.

Kenapa saya merasa terhormat, diperkenankan untuk menyusun karyanya, kita tahu bahwa Pak Haidar  tak kendor, dan tetap berenergi serta sangat produktif dalam menelurkan karya. Karya-karyanya antara lain buku tentang pendidikan "Memulihkan Sekolah Memulihkan Manusia", Buku Buat Apa Shalat? Menggali makna Batin, mereguk ajaran Para Sufi. Sang Belas Asih.

Buku Saku Tasawuf dan masih banyak karya-karya lainnya.  Pak Haidar selalu berenergi ketika mengkampanyekan bahwa "Islam itu, Ya Cinta", berbicara tentang cinta dan cinta, dan sering mengisi kegiatan zoom tentang Cinta, Kemanusiaan, Kebahagiaan dan menebarkan virus kebaikan dan Welas Asih. Dan ini yang sangat kuat menginspirasi saya, yaitu Pak Haidar  mendefiiniskan kebahagiaan adalah "Merasa bahagia ketika melihat orang lain bahagia".Luar biasa.

Penyusunan buku ini dilatari ketika saya benar-benar mengalami krisis makna kehidupan. Bagaimana tidak, dalam proses penyusunan buku ini, saya melihat, merasakan dan berjuang untuk selalu memberikan waktu yang berkualitas untuk ibu saya yang tergolek lemah tak berdaya akibat serangan stroke. Setiap pagi dan sore saya membersihkan dan memandikan ibu. Kadang saya sengaja untuk meninggalkan kantor pada saat jam makan siang untuk mengantarkan makan ke ibu. 

9 tahun ibu mengalami Tetapi rutinitas ini sudah pasti membuat saya lelah. Bahkan pada satu titik, saya hampir menyerah pada keadaan tersebut. Di saat-saat krisis tersebut, saya membaca tulisan-tulisan Pak Haidar. Kita tahu tulisan pak Haidar banyak berisi tentang perenungan/refleksi tentang sesuatu yang universal. Baik tentang CINTA, Kemanusiaan, toleransi, kebahagiaan dan spiritualitas. Tulisan-tulisan tersebut menembus hingga dinding nurani saya. Dan aku yakin dan percaya "dengarlah suara bening dalam hatimu, biarlah nuranimu berbicara". Dan akhirnya rasa hendak menyerah tadi, kembali bangkit dan perlahan hilang, berganti menjadi semangat untuk memberikan waktu yang terbaik untuk ibu saya, sekarang dengan kesadaran yang begitu meletup saya urusi ibu, hingga waktu itu tiba, dan ibu menghembuskan nafas terakhirnya dalam gennggaman tangan saya.

Dalam penulisan ini, saya teringat dan juga ditemani lagu bang Iwan Fals yang luar biasa, dengan judul EMAK

            Hanya ini yang sanggup ku tulis untukmu bunda

            Jangan tertawakan, simpan dalam hatimu

            Yang sejuk, rimbun akan doa.

                        Kau berikan semuanya yang bisa kau beri

                        Tanpa setitik pun harap balas

                        Kau kisahkan segalanya tanpa ada duka

                        Walaupun airmatamu tumpan tenggelamkan duia

            Bagai luas laut biru batinmu untukku

            Selalu ada tempat tuk resahku

            Bagai bening mata air memancar tak henti

            Sirami jiwaku waktu kecewa, datang menggoda.

Mak, surga ya mak.

Sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada Pak Haidar dan juga Penerbit Noura yang sudah mau menerbitkan buku ini.

Salam

aymara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun