Kenapa saya merasa terhormat, diperkenankan untuk menyusun karyanya, kita tahu bahwa Pak Haidar  tak kendor, dan tetap berenergi serta sangat produktif dalam menelurkan karya. Karya-karyanya antara lain buku tentang pendidikan "Memulihkan Sekolah Memulihkan Manusia", Buku Buat Apa Shalat? Menggali makna Batin, mereguk ajaran Para Sufi. Sang Belas Asih.
Buku Saku Tasawuf dan masih banyak karya-karya lainnya.  Pak Haidar selalu berenergi ketika mengkampanyekan bahwa "Islam itu, Ya Cinta", berbicara tentang cinta dan cinta, dan sering mengisi kegiatan zoom tentang Cinta, Kemanusiaan, Kebahagiaan dan menebarkan virus kebaikan dan Welas Asih. Dan ini yang sangat kuat menginspirasi saya, yaitu Pak Haidar  mendefiiniskan kebahagiaan adalah "Merasa bahagia ketika melihat orang lain bahagia".Luar biasa.
Penyusunan buku ini dilatari ketika saya benar-benar mengalami krisis makna kehidupan. Bagaimana tidak, dalam proses penyusunan buku ini, saya melihat, merasakan dan berjuang untuk selalu memberikan waktu yang berkualitas untuk ibu saya yang tergolek lemah tak berdaya akibat serangan stroke. Setiap pagi dan sore saya membersihkan dan memandikan ibu. Kadang saya sengaja untuk meninggalkan kantor pada saat jam makan siang untuk mengantarkan makan ke ibu.Â
9 tahun ibu mengalami Tetapi rutinitas ini sudah pasti membuat saya lelah. Bahkan pada satu titik, saya hampir menyerah pada keadaan tersebut. Di saat-saat krisis tersebut, saya membaca tulisan-tulisan Pak Haidar. Kita tahu tulisan pak Haidar banyak berisi tentang perenungan/refleksi tentang sesuatu yang universal. Baik tentang CINTA, Kemanusiaan, toleransi, kebahagiaan dan spiritualitas. Tulisan-tulisan tersebut menembus hingga dinding nurani saya. Dan aku yakin dan percaya "dengarlah suara bening dalam hatimu, biarlah nuranimu berbicara". Dan akhirnya rasa hendak menyerah tadi, kembali bangkit dan perlahan hilang, berganti menjadi semangat untuk memberikan waktu yang terbaik untuk ibu saya, sekarang dengan kesadaran yang begitu meletup saya urusi ibu, hingga waktu itu tiba, dan ibu menghembuskan nafas terakhirnya dalam gennggaman tangan saya.
Dalam penulisan ini, saya teringat dan juga ditemani lagu bang Iwan Fals yang luar biasa, dengan judul EMAK
      Hanya ini yang sanggup ku tulis untukmu bunda
      Jangan tertawakan, simpan dalam hatimu
      Yang sejuk, rimbun akan doa.
            Kau berikan semuanya yang bisa kau beri
            Tanpa setitik pun harap balas
            Kau kisahkan segalanya tanpa ada duka