"Sejarah akan kita ciptakan, setidaknya untuk diri kita sendiri"
Fenomena traveling/hiking beberapa tahun belakangan ini sudah semakin mengkhawatirkan. Kenapa? Karena begitu fenomenalnya, malah akan menimbulkan dampak yang besar bagi penduduk sekitar, bisa jadi mempengaruhi pola pikir masyarakatnya dan juga faktor lingkungan sekitar. pun juga dengan gunung dan pantainya yang terancam. misalnya beberap tahun lalu ada gerakan yang bagus sekali #gunungbukantempatsampah. https://www.kompasiana.com/4ym4r4/556b6bed957e61ff617096dd/gunung-bukan-tempat-sampahfenomena-penggiat-alam. Sampah berserak misalnya. akibat kurangnya kesadaran sebagian pendaki itu sendiri atau juga masyarakatnya yang sulit sekali untuk menjaga kebersihan lingkungannya. dan ini aku lihat di Gunung Putri Cipanas, sangat disayangkan bahwa got/selokannya begitu banyak sampah, samaph plastik mampet di got itu. dan aku akan buat gerakan mengubah got plastik menjadi got ikan Koi. assik.
![img-20190721-104102-5d6de2f9097f36509f1610d2.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/09/03/img-20190721-104102-5d6de2f9097f36509f1610d2.jpg?t=o&v=770)
Apakah fenomena ini juga merembet ke anak-anak millenial dan generasi Z? apakah usia paruh baya juga masih melakukan pendakian? Jawabannya IYA. Aku lihat semua pemandangan itu ketika aku hendak mendaki gunung sisi lain Gunung Gede/Pangrango. Mereka berjalan beriringan. Anak-anak milenial, gen z hingga usia paruh baya. Mereka antri untuk menggapai sebuah puncak gunung Gede/Pangrango. coba sekarang kita beralih ke pantai, Pulau Seribu misalnya atau Pahawang, atau mungkin juga yang lumayan jauh, Karimun Jawa, anak-anak milenial hingga anak backpackeran baik secara solo atau grup akan kita jumpai.
Apa yang menyebabkan begitu fenomenalnya kegiatan outdor ini kawan? Aku berfikir begini, mungkin manusia modern masuk kedalam fase dimana kekosongan spiritual melanda kita, termasuk saya lho. Kenapa? Karena teknologi informasi yang begitu cepatnya dan mau tidak mau kita dituntut untuk mengikuti kecepatannya. Ditambah dengan adanya media sosial kita dituntut juga untuk eksis. Hingga banyak sekali hanya demi sebuah likers, melakukan hal yang tidak masuk di nalar saya. Karena barang siapa yang tidak eksis maka meraka akan hilang ditelan sejarah.
![img-20190720-103503-5d6de32d097f36630d310152.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/09/03/img-20190720-103503-5d6de32d097f36630d310152.jpg?t=o&v=770)
Namun banyak juga dampak positif dar fenomena yang luar biasa ini, dimana semua sendi kehidupan akan terangkat secara otomatis. Ekonomi lokal bergerak, membuat tingkat sosial masyarakat sekitar berubah, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi gaya hidup masyarakat sekitarnya. Bagi masyarakat sekitar (destinasi wisata), cara pandang yang berbeda dengan para pendatang tak bisa di elakkan jelas akan mempengaruhi kehidupannya. Para pendatang yang mempunyai tujuan untuk menikmati alam, dan juga mungkin menggali nilai-nilai budaya sekitar. Sementara masyarakat lokal, dapat belajar baik secara langsung atau pun tidak dari para penikmat alam tersebut. Hal apakah yang dapat dibagikan dari bertemunya dua budaya yang berbeda itu? Utamanya adalah teknologi informasi atau mungkin juga membuka peluang-peluang ekonomi.