Mohon tunggu...
Aymara Ramdani
Aymara Ramdani Mohon Tunggu... Administrasi - Orang yang hanya tahu, bahwa orang hidup jangan mengingkari hati nurani

Sebebas Camar Kau Berteriak Setabah Nelayan Menembus Badai Seiklas Karang Menunggu Ombak Seperti Lautan Engkau Bersikap Sang Petualangan Iwan Fals

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cinta; Kekuatan Tak Terbatas

13 Februari 2018   15:30 Diperbarui: 13 Februari 2018   15:58 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekali lagi, dan lagi terjadi. Sebuah peristiwa intoleransi menghantam kedamaian Jogjakarta, tepatnya di Sleman. Sebuah Gereja St Lidwina Bedog, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta., di serang oleh orang tak di kenal dan melukai para jamaat dan Pastornya. Saya tidak bisa menerima dengan akal sehat saya, bahwa kok ada manusia bertindak sedemikian rupa. Dengan dalih apapun perbuatan tersebut tidak bisa dibenarkan.apalagi jika berdalih berdasarkan nila-nilai agama.

Nilai agama itu suci. Nilai agama itu membawa kedamaian. Bukan untuk saling menyakiti apalagi membunuh. Kita juga sudah tahu bahwa perang bukanlah penyelesaian, kenapa tidak berdamai saja. Kita diciptakan dari berbagai macam suku, ras dan warna kulit serta budaya yang berbeda. Itu adalah keniscayaan kawan. Dalam salah satu syairnya, Bang Iwan Fals mengatakan

Dari kebudayaan bisa saja kita berbeda
Dari agama dan warna kulit bisa juga berbeda
Seharusnya perbedaan ini tak membuat jadi berbeda
Kenyataan sudah membuktikan soal kita sama

Bahwa ada yang bilang kita ini turunan monyet
Turunan dewa, turunan setan sekalipun
Buatku bukan menjadi alasan untuk bermusuhan
Apalagi saling membunuh.

Saya tidak panjang lebar menuliskan kegusaran saya ini. Saya sekarang hanya menyuarakan atau menuliskan kedamaian dari beberapa tokoh nasional yang membuat hati ini adem dan sejuk

1. Puisi Gus Mus Aku Masih Sangat Hapal Nyanyian Itu)

  • Aku masih sangat hafal nyanyian itu
    Nyanyian kesayangan dan hafalan kita
    bersama
    Sejak kita di sekolah rakyat
    Kita berebut lebih dulu
    menyanyikannya
    Ketika anak-anak disuruh
    Menyanyi di depan klas
    satu-persatu
    Aku masih ingat betapa kita gembira
    Saat guru kita mengajak
    menyanyikan lagu itu
    bersama-sama

    Sudah lama sekali
    Pergaulan sudah tidak
    seakrab dulu
    Masing-masing sudah terseret kepentingannya sendiri
    Atau
    tersihir pesona dunia
    Dan kau kini entah di mana
    Tapi aku masih sangat
    hafal nyanyian itu, sayang
    Hari ini ingin sekali aku menyanyikannya
    kembali
    Bersamamu

    Indonesia
    tanah air beta
    Pusaka abadi nan jaya
    Indonesia sejak dulu kala
    Selalu
    dipuja-puja bangsa
    Di sana tempat lahir beta
    Dibuai dibesarkan
    bunda
    Tempat berlindung di hari tua
    Sampai akhir menutup
    mata

    Aku merindukan rasa haru dan iba
    Di tengah kobaran kebencian
    dan dendam
    Serta maraknya rasa tega
    Hingga kini ada saja yang mengubah
    lirik lagu
    Kesayangan kita itu
    Dan menyanyikannya dengan nada
    sendu

    Indonesia air mata kita
    Bahagia menjadi nestapa
    Indonesia kini tiba-tiba
    Selalu
    dihina-hina bangsa
    Di sana banyak orang lupa
    Dibuai kepentingan
    dunia
    Tempat bertarung merebut kuasa
    Sampai entah kapan akhirnya
    Sayang, di manakah kini kau
    Mungkinkah kita bisa menyanyi
    bersama lagi
    Lagu kesayangan kita itu
    Dengan akrab seperti dulu

  • 2.Haidar Bagir"Agama yang sekarang muncul adalah aspek keras memberontak, melawan, dan membenci. "Lahirlah eksklusivisme antara kita dan kalian, saya dan kamu, beriman dan kafir. Inilah yang harus kita lawan. Kita bisa mengembalikan pandangan bahwa Islam itu cinta dan kasih sayang,"
  • Prof Syafii Ma'arif. "Sangat menyesalkan. Ini sangat melukai Indonesia, "Ini biadab. Ini harus dicari betul siapa sebenarnya orang ini, saya percaya Polisi bisa bergerak cepat mengungkap ini,"

Dan masih banyak lagi kegeraman dari berbagai komentar netizen yang mengecam tindakan tersebut.

Dalam perbincangan Prof Syafii Ma'arif, menegaskan bahwa pelakunya paham dengan bahasa arab dan mengerti ayat-ayat. "Iya dia bisa Bahasa Arab, baca ayat-ayatnya dia juga tahu," (Sumber: Tribun Jogja)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun