Mohon tunggu...
Aymara Ramdani
Aymara Ramdani Mohon Tunggu... Administrasi - Orang yang hanya tahu, bahwa orang hidup jangan mengingkari hati nurani

Sebebas Camar Kau Berteriak Setabah Nelayan Menembus Badai Seiklas Karang Menunggu Ombak Seperti Lautan Engkau Bersikap Sang Petualangan Iwan Fals

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Baduy Dalam; Eksotisme, Kemewahan dalam Kesederhanaan

8 Januari 2016   14:19 Diperbarui: 9 Januari 2016   17:32 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami langsung berbagi tugas untuk berbelanja kebutuhan masak disana. Aku, Kang Tege, Tutu, Mbak Indro, dan Mboiy Nyot langsung kepasar. Beras, sayuran, bumbu dapur, sambelan telor, ikan asin, ikan bandeng, tempe, kerupuk, baso, garam, kopi gula, itu bahan yang akan kita rajam berjamaah. Jam 11.15 kami siap menaiki mobil elf menuju Cijahe. Nah kawan, Cijahe ini adalah jalur alternatife yang lebih manusiawi ketimbang kita lewat gerbang utama yaitu Ciboleger. Jalur ini lebih cepat menuju Cibeo. Namun kami akan mengexplore Baduy Dalam semuanya dari Cikeusik-Cikatawarna-Cibeo. Dan kami akan bermalam di Cibeo.

Oh ya kawan, ku beritahu satu hal kawan, jika kawan ke Baduy ada baiknya kawan mencoba naik di atap mobilnya dan rasakan sensasinya. Sensasional kawan, like a off road. kita akan mengikuti iramanya, layaknya hentakan lagu yang ngebeat, kencang dan membuat dada berdebar. Mobil oleng kawan, sangat miring membuat olahraga jantung semakin kuat. Dan secara otomatis juga itu semua membuat organ dalam tubuh kita ikut berolahraga juga. Dan pastinya menambah sehat, karena berdasarkan penelitian dari salah seorang warga narkopian mengatakan bahwa “dengan sedikit atau banyaknya tantangan yang kita hadapi, kita akan semakin bijak dalam menjalani hidup ini” intermezzo dikit ah kawan. Belum lagi tangan kita yang menjadi kuat, saking kuatnya tangan kita untuk berpegangan (u have to try this at home).hmmm.lanjuuut

Jam 13.00 kami tiba di Cijahe, tepatnya sebelum gerbang utama Cijahe. Karena mobil yang aku tumpangi tidak lulus ujian, karena IPK nya rendah dan juga banyak warna merahnya di raportnya sehingga tidak lulus ujian dan tidak naik kelas alias mogok, karena tidak mampu melewati medan yang begitu parah, licin, dan becek. Mau ga mau kami berjalan menuju ke Cijahe. Langsung kami di sambut hujan dan ini membuat kami sedikit repot, mantel, rain coat di bongkar..petualangan baru saja di mulai kawan.

Kami melewati perkampungan Cijahe dan rupanya disana banyak sekali yang menjual cinderamata khas Baduy, dari kain hingga tas, juga kaos-kaos Baduy. Rintangan pertama kami adalah Jembatan Bamboo yang sudah oleng kawan, dan kami harus berjalan meniti jembatan itu satu-persatu, sukses, kami mampu melewatinya dan sekarang jalur yang kami lalui adalah jalan tanah merah yang masih bersahabat dengan view perbukitan khas Baduy. Kami sangat menikmatinya dan sempat bernarsis ria di sana. Kami terus berjalan beriringan laksana semut memberikan upeti kepada sang raja, lama kelamaan kami berpencar membuat beberapa kelompok.

Sekarang jalan setapak itu kini sudah mulai berat, jalan licin, berlumpur dan di tambah hujan pula membuat beban di pundak kami semakin berat, namun kawan lagi dan lagi, ku beritahu satu hal, ”Tujuan adalah bukan yang utama, yang utama justru adalah prosesnya”. Ya proses. Sebuah proses apapun itu merupakan awal dari sebuah tujuan. Dan kita akan selalu menghargai sebuah proses. Dia tidak akan ujug-ujug atau tiba-tiba. Bahkan seorang Iwan Fals, ia bahkan terseok dengan melalui proses yang luar biasa.

Hingga ia berhasil seperti sekarang ini. Dan proses itu sekarang sedang kami alami. Medan yang berat, berlumpur, licin, tanjakan serta turunan. Luar biasa. Mungkin ada sebagaian kawan yang kesel, kecewa, mengeluh, bahkan sampai menitikkan airmata, tidak sabar, mungkin sudah tidak bisa menikmatinya lagi dan bahkan mungkin sudah menyerah namun tidak ada pilihan lain yang mau ga mau harus jalan. (I’ts u’r choice, cos life is a choice). Namun dari kekesalan dan kelelahan fisik tadi itu, aku pernah menuliskan dalam sebuah Catper pendakian Gunung Ciremei, “Bahwa dengan kelelahan, kekesalan, bahkan mungkin airmata yang mau atau sudah keluar, kita bisa sangat tahu betapa nikmatnya ketika kita santai dan enjoy kawan”. Dan itu akan membuat kita mensyukuri nikmat-NYA.

Tapi, ada juga sebagian kawan yang bisa menikmatinya itu semua dan pantang menyerah sampai-sampai ada yang jatuh sampai 7x, coba kita undang pa’de Jaya Suprana, mungkin langsung masuk MURI tuh, bayangkan dari 7x jatuh itu, 4 diantaranya adalah berturut-turut luar biasa kan kawan, satu langkah jatuh, kemudian berusaha lagi, langkah ke 2 jatuh lagi dst dst. Hahahaha Luar biasakan kawan, bisa di bayangkan medannya seperti apa licinnya. Aku fikir ada kawanku yang lain yang jatuh sampai 4 kali, itu sudah merupakan tingkat kejatuhan level tertinggi ternyata kawanku itu masih kalah level dengan yang jatuh 7x itu, waw, sungguh cerita yang akan terus ada di dalam memori kita.

Aku terus berjalan melawan rintangan itu, ya jalan berlumpur, licin, tanjakan terjal serta turunan dan hujan. Dengan berdendang lagu Iwan Fals dalam hati, selalu ku kuatkan tekad untuk mampu mengalahkan atau mampu melewati proses ini. Akhirnya Cikeusik aku tembus kawan dan sempat berbincang dengan Jaro Alim. Sebenarnya di Cikeusik itu ada acara adat yaitu prosesi lamaran, namun sangat disayangkan bahwa kami tidak bisa mengabadikan moment itu karena memang berfoto disana dilarang. Setelah merasa Istirahat kami cukup, kami lanjutkan perjalanan kembali menuju desa Cikatawarna. Jalan sepertinya ga ada habisnya. Medan masih sama kawan. Kami terus menyusuri jalan itu, lemah, lunglai letih dan lesu, mungkin sebagian kawan merasakan itu. Namun perjuangan belum selelsai.

Cikatawarna kami lahap dengan sukses. Sebentar lagi kami akan sampai di Cibeo ya kampung dimana kami akan menginap. Semangatku semakin kuat, energinya serasa bertambah, karena kata orang Baduy yang mengantar kami mengatakan bahwa kp Cibeo sebentar lagi. Asssikk. Akhirnya dengan perjuangan yang luar biasa aku tiba di Cibeo tepat jam 18.30, segera aku menuju sungai untuk bersih-bersih dan ganti baju. Beres..selesai..lanjuuuttt

Jam 19.30 seluruh Tim Narkopian tiba di Cibeo, langsung kami membagi ke tiga rumah. Rumah Anaknya Ayah Anas, Rumah pak Syarif dan Rumah July. Segera kami menyiapkan bahan makanan yang dibawa tadi untuk di bagikan ke kawan kami masing-masing. Proses masak berjamaah di mulai. Moment kebersamaan ini yang sepertinya banyak di tunggu oleh kami.

Makan malam tandas dengan menu Sayur Sop, Ikan Bandeng, Tempe Goreng, Ikan Asin, Sambal Tumbuk. dan ingat kawan. semua itu adalah hasil dari kita semua masak barang di "Hawu" (tempat masak tungku, khas pedesaan) Mantaaaaab. Dan pastinya setelah makan malam selesaiprosesi tuang kopi masih aku lanjutkan bareng kawan2 yang lain, sambil mendengarkan kang sob dan bang togi curhat. Ayeaaay.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun