Mohon tunggu...
Aymara Ramdani
Aymara Ramdani Mohon Tunggu... Administrasi - Orang yang hanya tahu, bahwa orang hidup jangan mengingkari hati nurani

Sebebas Camar Kau Berteriak Setabah Nelayan Menembus Badai Seiklas Karang Menunggu Ombak Seperti Lautan Engkau Bersikap Sang Petualangan Iwan Fals

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Buku; Antasari Azhar. Saya di Korbankan

20 Januari 2015   19:12 Diperbarui: 17 November 2015   10:08 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1421730620873137643

 

 

 

Manusia sembunyi dibalik wajahnya

Kata kata suci berubah makna

Hukum rimba telah menjadi dewa

Siapa kalah terkubur hidupnya

      Orang kalah

      Jangan dihina

      Dengan cinta

      Kita bangunkan

(Orang Kalah #Iwan Fals #Kantata Takwa)

 

Banyak hal yang masih menjadi misterius, ketika seorang mantan ketua KPK masuk jeruji besi, dengan kasus pembunuhan. Dari semua argumentasi, fakta persidangan dan saksi-saksi yang dihadirkan sepertinya Antasari Azhar tidak bersalah.

Dalam kesaksiannya soal pembunuhan Nasrudin, Mun'im Idries ketika itu mengungkap sejumlah kejanggalan. Mun'im mengatakan, ada perbedaan antara jumlah peluru yang bersarang di tubuh Nasrudin. “Saya temukan di tubuh korban dua peluru. Maka di pengadilan seharusnya dua. Ini ditambah satu lagi menjadi tiga,” kata Mun'im, Senin 25 April 2011. (Viva.co.id)

Sinyalir adanya yang tidak beres dalam keterangan penembakan ini diperkuat oleh kondisi mobil Nasrudin, tempat si empunya mobil ditemukan tewas ditembak. Ini adalah novum kedua. Dalam salah satu bukti dalam Memori PK, tim kuasa hukum Antasari menunjukkan bahwa berkas tembakan di kaca mobil Nasrudin bentuknya vertikal. Kesan yang muncul adalah, tembakan itu berasal dari atas, bukan samping.
Sementara sesuai fakta dengan fakta persidangan sebelumnya, karakter lubang pada kaca itu horizontal atau mendatar, karena peluru yang ditembakkan pelaku dari samping bukan dari atas.
Dan, menurut novum ketiga Antasari, dua peluru yang ditemukan pada tubuh Nasrudin Zulkarnaen tidak berasal dari senjata yang sama. Temuan itu dinyatakan dengan jelas oleh saksi ahli balistik yang dihadirkan juga dalam sidang PK, Widodo Harjo Prawito.

Pada bulan April 2013, ketika penulis (Tofik Pram) bertemu dengan dr Mun’in Idris, beliau hanya punya satu komentar atas kasus ini; ”Anginnya kencang” entah apa maksud dari komentar tersebut.

Selalu saja menjadi polemik dalam perjalanan kasus ini. Sejak awal kasus ini meletup bahkan hingga kini aneka ragam kejanggalan muncul, bahkan di media online sudah banyak sekali informasi tentang kejanggalan-kejanggalan tersebut.

Buku ini membidik tiap momen yang dilakoni Antasari Azhar dalam upayanya membuktikan bahwa ia tak bersalah dalam kasus pembunuhan yang menjeratnya. Dan dari keseluruhan kronologi tersebut, muncul kesan bahwa Antasari seperti sedang melawan "angin kencang”. Dia terjebak di tengah pusarannya.

 

Matinya sebuah hukum,

Bukan membuat matinya kebenaran

Tercatat didalam relung jiwa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun