Obesitas kerap dianggap sebagai hal yang wajar di saat ini. Kondisi ini sering kali dikaitkan dengan suatu kemakmuran. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun juga tidak sedikit yang mengalami kondisi tersebut. Padahal, obesitas berdampak pada kesehatan jangka panjang, sehingga kondisi ini tidak layak untuk dinormalisasikan. Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidak seimbangan asupan energi dengan energi yang digunakan dalam waktu lama (WHO, 2000).
  Jumlah kelebihan berat badan pada orang dewasa di Indonesia telah meningkat dua kali lipat dalam waktu 2 dekade terakhir. Selain itu, obesitas pada anak juga sedang meningkat, satu dari lima anak usia sekolah dan satu dari tujuh usia remaja mengalami kelebihan berat badan berdasarkan survei dari RISKESDAS.
  Tingkat obesitas di Indonesia meningkat tajam akibat dari peralihan pola makan tradisional ke produk olahan yang tinggi lemak dan gula, ditambah lagi bagi mereka yang tinggal di daerah perkotaan yang padat karena infrastruktur yang sempit sehingga kesempatan untuk beraktivitas terhambat. Selain itu, kurangnya pengetahuan akan pemilihan makanan yang tepat bagi orang tua kepada anaknya terkait makanan yang kaya nutrisi.
  Obesitas berisiko meningkatkan tekanan darah. Apabila dibiarkan akan berkembang menjadi gangguan metabolisme glukosa. Dampak lainnya antara lain, perburukan asma, Osteoartritis lutut dan pinggul, Pembentukan batu empedu, Sleep apnoea (henti nafas saat tidur), dan Low back pain (nyeri pinggang).
  Prinsip pengelolaan obesitas adalah mengatur keseimbangan energi.
Energi yang masuk harus lebih rendah dibandingkan dengan yang dibutuhkan. Dapat dilakukan dengan mengatur pola makan. Untuk pengelolaan obesitas diutamakan konsumsi karbohidrat
kompleks, sayur dan buah harus lebih banyak. Dengan menggunakan piring makan model T, jumlah sayur dua kali lipat jumlah karbohidrat dan protein.
  Pola aktivitas fisik membantu membakar energi yang tidak dibutuhkan tubuh dan meningkatkan massa otot. Selain pola hidup aktif, pola istirahat juga perlu diperhatikan termasuk kuantitas tidur selama 7–8 jam.
Sumber:
https://extranet.who.int/ncdccs/Data/IDN_B11_Buku%20Obesitas-1.pdf
 Â