Seorang Pujangga tua berumur 80 tahun menerobos barisan pengaman sebuah gedung tempat berkumpul para wakil rakyat, memaksa masuk dan menaiki kubah gedung yang berwarna hijau, lalu dia berteriak dengan lantang :
Dulu aku sangat cinta Negeri ini...
Dulu aku sangat bangga dengan Negeri ini...
Dulu aku betah tinggal bersama masyarakat Negeri ini...
Sekarang, aku masih cinta Negeri ini, tapi aku sedih...
Sekarang, aku masih tetap bangga dengan Negeri ini, tapi aku malu...
Sekarang, aku masih betah tinggal bersama Masyarakat Negeri ini, tapi aku ragu dan was-was...
Diiiimaaanaaaa...
Belum sempat sang pujangga tua mengakhiri syairnya, ia berlutut sambil memegang dada lalu tersungkur jatuh dari kubah gedung, tak seorangpun penghuni dalam gedung yang peduli akan kejadian yang menimpa sang pujangga tua, bahkan untuk sekedar menoleh. Mereka asyik dengan tidurnya, mereka asyik dengan tontonan mesumnya, mereka asyik dengan HP-nya, dan kesibukan tetek bengek lainnya yang tak ada hubungannya dengan kemajuan negeri ini.
Sang pujangga meninggalkan Sepenggal puisi yang diuntai dari dalam hati, menggambarkan gejolak jiwa yang mungkin dirasakan oleh ribuan bahkan jutaan Rakyat Indonesia. Ingin mencintai negeri ini tapi keadaan negeri yang kacau balau oleh konflik-konflik di masyarakat, dunia politik, bahkan merambah dunia Orang Hutan.