Mohon tunggu...
Antonius Mahemba
Antonius Mahemba Mohon Tunggu... -

"Raga ini telah dihina, dicaci-maki dan dicemooh, tapi jiwa ini terus menantang kezaliman zaman"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tuan, Jangan Bunuh Nuranimu

1 Desember 2014   18:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:20 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tanggal 01 Oktober 2014 kemarin, Tepat pukul 12.21 WIB,560 anggota DPR RI mengambil sumpah, untuk masa jabatan 2014-2019, yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Hatta Malik. Disaat pengambilan sumpah jabatan, 560 anggota DPR RI mengucapkan kalimat demi kalimat yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung, Hatta Malik, dengan sungguh-sungguh dan penuh percaya diri.

Kesungguhan yang telah ditunjukkan oleh anggota DPR RI saat pengambilan sumpah, diharapkan sesuai ekspektasi masyarakat yang memberikan hak suaranya pada Pileg 9 April 2014 lalu. Dengan tidak mengulangi perilaku amoral sebagian anggota DPR RI Periode 2009-2014.

"Menjual Nurani"

Jargon “Pemimpin baru, harapan baru”, layak disematkan kepada anggota DPR yang baru, bila nantinya sungguh-sungguh melaksanakan tugas selama 5 tahun kedepan sebagai "bature rakyat". Dan akan menjadi momok yang  menakutkan, bila mereka menolak memikirkan kepentingan rakyat. Seperti kisah noveltik yang diperankan anggota DPR RI Periode 2009-2014, yang berwajah dua tapi satu kepala. Wajah yang satu berwajah religius, satunya lagi berwajah predetor. Sehingga mereka Rela menjual suara hati guna memperkaya diri.

Dari hasil riset Transparansi Internasional Indonesia disebutkan, indeks korupsi indonesia terus naik dari 3,0 pada tahun 2012 menjadi 3,2 pada tahun 2013. Riset ini juga menempatkan institusi polri dan parlemen diposisi tertinggi dan diposisi berikutnya adalah pengadilan, partai-partai politik, pelayan public/pegawai negeri sipil dan sector swasta. Dan khususnya di Asia Tenggara hanya Indonesia yang parlemennya paling korup, sepanjang 2004-2013, KPK menangani kasus-kasus korupsi yang melibatkan 65 anggota parlemen terlibat kasus korupsi.

Kisah noveltik yang amoral tersebut, sudah barang tentu lahir dari pikiran yang telah diisi oleh beragam kepentingan baik itu kepentingan individulistik, golongan, partai politik dan kapitalistik. Benar yang dikatakan oleh Luiz Inacio Lula da Silva (pendiri partai buru di brazil yang kemudiaan menjadi presiden Brazil pada Tahun 2002) “bahwa sejumlah orang dalam partai tergoda oleh harum para elite dan tidak lagi tahan bau rakyat. Mereka lebih memilih kamar berkarpet, mobil dinas, studio televise, ketimbang ke pabrik dan gang-gang perkampungan. Dan mereka pun berpolitik sebagai profesi, bukan sebagai alat untuk menghakiri ketidakadilan”.

“Hati Nurani itu Suara Tuhan”

Setiap manusia memiliki hati nurani, dan pasti menyadari bahwa hati nurani merupakan suara hati yang mengarah pada perbuatan positif setiap manusia. Dan hati nurani selalu mengtahui kebenaran dan inheren dengan keimanan setiap manusia kepada Tuhan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hati nurani diartikan sebagai 1) hati yang telah mendapat cahaya atau terang dari Tuhan, dan 2) perasaan hati yang murni dan sedalam-dalamnya. Sedangkan tuntutan atau larangan yang berasal dari hati nurani disebut suara hati atau kata hati.

Menurut, Frans Magnis Suseno dan K. Berten, (Etika: K. Bertens, 1993; Magnis-Suseno, 1987) menyebut hati nurani tersebut sebagai kesadaran moral.Hati Nurani muncul apabila harus memutuskan sesuatu yang menyangkut hak dan kebahagiaan manusia. Hati nurani dapat menghayati baik atau buruk yang berhubungan dengan tingkah laku. Hati nurani memerintahkan atau melarang untuk melakukan sesuatu kini dan disini. Ia tidak berbicara tentang yang umum, melainkan tentang situasi yang sangat konkret. Tidak mengikuti hati nurani berarti menghancurkan integritas pribadi dan mengkhianati martabat manusia yang terdalam.

Artinya, setiap manusia mesti menggunakan hati nurani dalam bersikap dan bertindak dengan sesama manusia, apalagi para wakil rakyat yang sudah diberikan tanggung jawab oleh rakyat, untuk menyuarakan aspirasinya di parlemen. Hanya saja hati nurani akan terkukung, bila hati nurani terlebih dahulu dibuahi oleh pikiran-pikiran duniawi yang anti sosial. Sehingga kepekaan dan keadaran sosial tertutup dengan sendirinya, dan kemiskinan yang tengah mendera bangsa saat ini dilupakan begitu saja oleh wakil rakyat.

Untuk itu kedepannya, diharapkan para anggota DPR RI Periode 2014-2019 mampu membentengi hati nurani-nya agar tidak terkontaminasi hedonisme yang kejam dan melupakan bahwa hati nuraninya merupakan suara Tuhan, yang harus diperjuangkan demi Indonesia yang adil, damai dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun