Mohon tunggu...
Arbi Sabi Syah
Arbi Sabi Syah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jurnalis Komparatif.id

Jurnalis Komparatif.id dan Kreator Konten Media Sosial Blockchain.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Wanitaku, Cintaku, dan Semua Rasa itu

15 Juli 2010   10:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:51 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_222090" align="alignright" width="219" caption="Ilustrasi Pinjaman Dari Om Google Nih"][/caption] KUTEPATI janjiku untuk datang padamu malam ini. Setelah beberapa hari kita tak bertemu. Kuakui aku begitu merindukan saat - saat indah yang kita rasakan pada minggu lalu. Kamu menginginkan itu lagi kan? Sudah semestinya aku sampaikan rasa rinduku sebagai bagian dari cinta yang hanya kusimpan untukmu. Tak seperti dulu rasa ini tumbuh kian besar hingga aku sendiri terheran-heran mengapa sampai begini besar kerinduanku padamu. Pada hal, aku tak pernah memakai takaran apapun untuk mengukur seberapa besar rasa cinta dan rasa rindu untuk seorang wanita sebelum dirimu. Tapi mengapa rasa untukmu begitu berbeda? Aku tak punya jawaban jika kamu memaksaku harus menguraikannya secara detil. Bagiku kamu adalah anugerah terindah yang hadir tiba-tiba tanpa kuundang. Kamu datang sendiri membawaku rasa itu dan kebetulan aku sedang butuh, sangat butuh. Sebaiknya, aku tak perlu mengulang bagaimana kebutuhanku saat itu untuk rasa yang kau tawarkan. Bukan masalah gratis tapi kamu benar-benar menyuguhkan hidangan yang tak bisa kugambarkan sebelumnya.

*****

Begitulah sebuah rasa yang kau tinggalkan minggu lalu yang membuatku kembali ingin menemuimu malam ini. Aku tak tahu apakah itu cinta atau apa namanya. Namun aku hanya bisa pastikan bahwa rasa itu kubiarkan saja menjalar ke seluruh ragaku yang ujung-ujungnya melilit hatiku. Jika kau tanyakan apakah aku takut kau jalari dengan lilitan rasamu itu maka kupertegas sejujur-jujurnya bahwa aku sangat takut. Hingga detik pertemuan kembali denganmu pun rasa takutku sama kuatnya dengan rasa inginku. Mereka ada dimana-mana mengguyur tubuhku, merasuk hatiku, hingga akhirnya kuledakkan semuanya bersamamu. Wanitaku yang menjadi cintaku dan selalu bisa memberiku rasa apapun yang kumau. Kita bertemu malam ini dalam keadaan apapun tanpa kecuali. Aku tak pernah mau peduli dengan cuaca ektrem akhir-akhir ini. Ramalan hujan lebat dan angin topan itu kuanggap biasa saja dan kuyakin kamu juga akan demikian kan sayang? Cintaku untukmu telah bersekutu dengan harapmu padaku. Hingga kini kita tak pernah mau menyalahkan siapapun dan apapun karena kapanpun kita bisa bertemu untuk memuaskan keinginan kita berdua. Dan kita telah siap menghadapi semua resiko dari hubungan ini sampai akhirnya aku mengajakmu menjadi kekasih yang bisa menerangkan kehidupanku sampai kita mati. ***Cinta terlarang antara aku dan dia tak bisa berjalan mulus walau kami telah terlanjur disatukan oleh keadaan. Bagiku, tak ada yang salah bagi hubungan ini, memang keadaan yang tak tepat saja. Cinta terlarang ini telah ada dan membuatku dan dia bahagia. Walau kini kami harus takut menanti perpisahan, entah kapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun