Mohon tunggu...
Arbi Sabi Syah
Arbi Sabi Syah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jurnalis Komparatif.id

Jurnalis Komparatif.id dan Kreator Konten Media Sosial Blockchain.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Wahai Hati yang Terabaikan

29 April 2011   10:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:15 1664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1304074075671934945

Wahai hati yang terabaikan. Untukmu kata-kata ini kutulis dengan tulus agar kau merasa tak terabaikan atau terbuang. Kukatakan begitu karena hatiku pernah rasakan bagaimana perihnya kala orang yang kuharapkan mampu membuat hidupku nyaman ternyata tak bisa diharapkan sama sekali. Aku terlunta, teraniaya, dan kuterima banyak cercaan dan hanya makian belaka. Semua sahabat, karib, dan saudara memandang sebelah mata. Kebanyakan mereka hanya bisa menyalahkan dan sedikit saja yang mengatkan kasihan. Rasa getir hanya bisa kurasakan didampingi kucuran air mata. Tak ada yang menyekanya. Duka nestapa kuusap sendiri. Mereka tak pernah mau mendengar sedikit pun betapa berat perjuangan yang harus kulakukan untuk dapat keluar dari ruang gelap bernama keterpurukan itu.

[caption id="attachment_105965" align="alignright" width="193" caption="Ilustrasi/Saga-Islamicnet"][/caption]

Wahai hati yang terabaikan. Tentu kutahu bagaimana rasanya sakit itu. Dalam bentuk apapun sajiannya tak akan pernah lezat. Bumbu-bumbu yang diramu untuk masakannya sangatlah tak sedap. Cibiran dan sindiran menjadi teman akrab. Pujian yang diharapkan berganti dengan hujaman hinaan yang sangat menyakitkan. Dada terasa sesak. Hidup menjadi tak berguna. Keputusasaan pun menyeruak begitu kuat karena saat keterpurukan datang para iblis selalu datang dengan cepat mencoba menguasai hati kita untuk berpaling dari logika keyakinan sakral milik manusia.

WAhai hati yang terabaikan. Kekecewaan menyelimutimu bukan untuk dibiarkan. Hentakkan selimut tebal pembunuh masa depan itu, dan segeralah bangkit untuk berlari meninggalkan semua embel-embel pembunuh hati seperti 'tak mungkin", "apakah mungkin", "kalaupun", "sudahlah", "sudah nasibku", "aku tak mampu", dan saudara-saudara kandung mereka. Lenyapkan perasaan gagal dan munculkan rasa optimis, semangat baru, dan bangkitkan "rasa balas dendam bertujuan positif" untuk membuktikan bahwa dirimu tak seperti yang mereka pikirkan. Lantanglah berteriak bahwa dirimulah yang mengerti semua tentangmu, karena dirimulah yang merasakan semua itu. Apakah mereka tahu bagaimana rasa ada dalam keterpurukan dan dilecehkan banyak orang?!? Hanya kita yang mengalami semua akibat dari keterasingan secara fisik dan psikologi. Mereka hanya bisa membuat kebenaran palsu agar dapat melihat lebih jelas kehancuran diri kita.

Wahai hati yang terabaikan. Putus asa tak boleh dipelihara. Perjuangan harus dilakukan, diteruskan, dan dibayangkan akibat keberhasilannya di masa depan. Cerita yang sedang kita jalani masih panjang. Untuk apa kita terus berkubang dalam lumpur hitam masa lalu yang kelamnya hanya kita rasakan?!?

Wahai hati yang terabaikan. Mari kita buat sampai jadi. Kita akan menuju ke tingkat berikutnya dari kehidupan indah ini. Mari kita berbuat yang terbaik untuk orang-orang yang kita cintai. Karena, kita hanya tak mampu menunda usia hidup mereka, dan yang pasti kita mampu lakukan adalah merubah cara pandang untuk menjadikan penderitaan pergi dan kemudian muncullah kebahagian hakiki.

Salam cinta untuk semua. @arbisyach

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun