Mohon tunggu...
Arbi Sabi Syah
Arbi Sabi Syah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jurnalis Komparatif.id

Jurnalis Komparatif.id dan Kreator Konten Media Sosial Blockchain.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[MPK] Kenangan dan Impian Menghadirkan Masa Depan

11 Juni 2011   16:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:36 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dia telah pergi dengan menyisakan semua jejak rasa yang pernah kami kecap bersama dan membiaskan bunga langit yang begitu jauh dari pijakan bumi. Sementara itu, aku tak kuasa menahannya. Aku hanya bisa memandang punggungnya dari kejauhan. Jejak langkah kakinya pun tak lagi kudengar. Semakin sunyi, semakin menjauh. Aku masih bisa mencium aroma tubuhnya yang tersisa di ruangan ini. Aroma yang secara perlahan dikibas menjauh oleh hembusan angin yang menerpa kulit di sekujur tubuhku.
Kupandangi langit seiring kepergiannya yang tanpa pamit. Lalu, tersiar kabar bahwa dia akan pergi ke sebuah kota yang jauh entah dimana untuk merintis karirnya sebagai seorang konsultan keuangan. Betapa dia tak pernah ingin mengerti apa yang kurasakan kini setelah kepergiannya yang begit merindukan semua yang dia miliki. Aku rindu kata-kata bijaknya yang bisa menenangkan jiwaku. Sekarang, setelah semuanya berlalu, kegalauan menghampiriku setiap saat karena terkenang betapa pesona dirinya begitu kuat merasuk ke relung terdalam hatiku, dan terus terang inilah kenangan terhebat yang pernah ditinggalkan seorang pria dalam sejarah cintaku.
Aku seperti terasing dalam keramaian. Setiap derap langkahku kurasa kian menjauh meninggalkan hari-hari sebelum diriku mengenalnya. Kadang kala Aku ingin berteriak sekeras-kerasnya menghempaskan segala asaku yang sirna agar kepenatan yang berkarang di hatiku hilang semuanya. Pada hal, hari ini adalah hari kelulusan kami. Tapi, tak ada satu pun orang yang kucintai hadir mendampingiku. Hingga aku pun berusaha menutupi itu dari temanku dengan menyewa seorang penjual jamu langgananku yang kuminta untuk berpura-pura menjadi tanteku untuk mendampingiku di acara wisuda kelulusan kami setelah melalui lima tahun proses belajar di kampusku yang mirip sekali dengan pabrik plastik itu.

***
Menikmati dunia kerja sebagai mana yang pernah kuidamkan saat masih kuliah dulu akhirnya tercapai. Dan hari ini adalah hari pertamaku bekerja. Hatiku terasa begitu bahagia karena aku diterima bekerja di sebuah perusahaan besar yang menjadi impian semua lulusan Perguruan Tinggi di Kotaku. Semakin lengkap kebahagian itu kurasakan karena posisi yang ketempati memang bagus dengan gaji yang menurut kalkulasiku lumayan tinggi untuk pekerja pemula.

Kini hanya satu kata yang paling seksi dan ingin kuwujudkan; Kemapanan! Ya, kemapanan, dan hanya kemapanan. Dengan hidup mapan diriku bisa memenuhi semua keinginanku.
Aku butuh kemapanan agar tidak bergantung lagi pada kedua orangtuaku yang sekarang entah berada dimana. Fisik mereka tak pernah hadir di hadapanku. Hanya selembar amplop berisi kertas cek yang kuterima setiap bulannya untuk mengindentifikasi masih hidupnya mereka. Nominal-nominal itu tak akan mampu membahagiakanku. Nominal-nominal yang tak kupahami mengapa mereka punya pikiran yang sama untuk mengirimkannya melalu pos? Di zaman yang sudah sedemikian canggih ini mengapa mereka tidak mentransfer langsung saja ke rekeningku? Mungkin mereka berpikir bahwa bukti orisinil tanda tangan mereka bisa menenangkan hatiku. Benar-benar sesuatu yang irasional! Aku tak mau larut dalam kelamnya masa lalu keluargaku, dan juga cintaku. Kini diriku berpikir bahwa aku bisa lakukan yang terbaik untuk temukan cinta yang tulus dan membina keluargaku.

kolaborasi Bahagia Arbi & Dyah Restyani (38)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun