[caption id="attachment_296281" align="aligncenter" width="223" caption="Ilustrasi/Google"][/caption] DALAM penjara ini kunikmati beberapa hari lagi sisa hidupku menyesali sebuah kesalahan besar yang kulakukan setengah tahun yang lalu yaitu membunuh suami mantan kekasihku. Betapa aku harus siap menghadapi eksekusi mati di tangan para penembak khusus itu dua hari lagi. Sungguh sebuah sejarah yang hanya bisa kukenang dalam kehidupan setelah kematianku. Namun, sebelum diriku pergi meninggalkan dunia ini kumau mantan kekasihku itu memberiku waktu mengungkapkan betapa aku menyesal telah membunuh suaminya, lelaki yang menjadi Ayah untuk sepasang buah hatinya. Inilah isi surat singkat itu: "Ulfa, aku khilaf, maafkan aku." Surat itu telah kutitipkan lewat jasa seorang sipir penjara yang mau menolongku karena kubayar seratus ribu. Semoga Ulfa memaafkanku. Nusa Kambangan, 20102010. Baca juga tulisan tentang Ulfa disini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H