“Hari ini aku kesel bi, dia membohongiku! Sekarang aku tahu kalau dia itu selama ini memang bohong!”
[caption id="attachment_218168" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi Dari Om Google Nih"][/caption] KALIMAT pertama yang muncul dari pesan tak nyambung alias offline message saat ruang obrolan saya buka pagi ini. Wanita pemilik kalimat itu memang sedang dibrengseki seorang lelaki yang telah membuat janji menikahinya tahun ini.
Lagi-lagi seorang lelaki memperdaya wanita.Ada apa ini? Apakah laki-laki memang bertabiat demikian? Akrab dengan penipuan dan sulit sekali jujur untuk seorang wanita yang sangat mencintainya?
Saya adalah lelaki dan bukan perempuan atau jelmaannya. Semua orang juga tahu kalau saya memang seorang lelaki yang pria. Saya merasa malu pada kelakuan lelaki yang begitu mudah mengungkapkan kata-kata setia dengan obrolan janji-janji yang tak asli. Palsu!
Mengapa harus berjanji jika sulit untuk ditepati? Saya tidak sepakat dengan pendapat bahwa lelaki itu semuanya bejat. Tidak setuju bukan karena perempuan juga ada yang begitu, tetapi semua itu karena masih banyak lelaki yang masih baik, setia pada istri dan pasangannya, serta masih mau mengikuti aturan main si wanita yang dicintainya meskipun kadang kala si lelaki ini kurang tahu kalau si wanitanya sedang makan malam dengan lelaki idaman lain.
Tulisan saya ini sama sekali bukan gosip murahan. Saya tak suka bicara tentang orang lain. Hanya saja saya ingin sampaikan kepada teman-teman bahwa cinta butuh komitmen yang pasti. Jangan semukan rasa sayang dari pasangan Anda yang tulus. Kuatkan rasa yang ada dalam diri Anda terhadapnya sampai suatu hari Anda bisa mencurahkan semuanya saat hari ‘H” tiba.
Berikut ini saya tuliskan beberapa kalimat untuk wanita setia diseberang sana yang sedang merasa tidak dibutuhkan lagi oleh lelaki idamannya. Semoga berkenan menerima kata-kata berikut:
“Tahu bahwa kita telah dibohongi bukanlah perkara enak. Sakit dan perih. Apalagi kita telah percaya sepenuhnya dengan memberikan banyak hal yang kita miliki. Aku tahu bagaimana rasa yang sedang menyelimutimu sekarang dan kuharap engkau bisa bersabar sedikit dan cobalah membuka komunikasi lagi dengannya.”
“Cara yang paling berat yang mungkin harus kau lakukan adalah menjauhinya, melupakan semua bentuknya dan..tidak lagi mau mengenalnya. Ini sebuah langkah yang sulit kamu putuskan karena perasaanmu akan lebih tersayat. Namun, keputusan berat ini memang harus kau buat demi mengurangi rasa sakit itu.”
“Masih banyak lelaki lain di dunia ini yang membutuhkan wanita menarik sepertimu. Kamu yang baik, tulus, dan apa adanya, adalah kelebihan yang langka. Yakinlah bahwa kamu adalah wanita yang pantas menerima cinta yang besar dari seorang lelaki yang baik. Bukan dia!”
“Hidup memang penuh kebohongan dalam satu dekade terakhir hingga detik ini. Sulit sekali bagi seseorang menemukan cinta yang jujur dengan wajahnya yang tulus seperti yang kita mau. Tapi, hidup harus terus berjalan temanku, sampai ada jalan mulus yang bisa memberikan titik temu untuk jiwamu; cinta sejati!”
“Percayalah, Tuhan tidak pernah tidur sedetikpun mendengarkan suara hati kita, dan kita harus tahu bahwa Tuhan itu dekat, sehingga ketulusan harus kita miliki untuk apapun juga.”
“Apa artinya hidup yang tidak kekal ini bila kita gunakan hanya untuk menyakiti orang lain? Seharusnya kita menjaga hati semua saudara kita di dunia ini.”
“Temanku, kamu harus kuat, hadapilah semuanya dan yakinlah kalau kamu akan berhasil lewati semua itu dengan bahagia.”
“Jangan teruskan hubunganmu dengannya. Putuskan dia dan biarkan dia pergi jauh dari kehidupanmu. Untuk apa sia-siakan waktumu untuk lelaki brengsek itu? Wanita yang baik sepertimu layak dimiliki oleh seorang laki-laki yang baik juga. Kamu pantas mendapatkan yang lebih baik, lebih cocok. Lelaki yang mengerti kamu dan menerima kamu apa adanya, dan lelaki yang tidak hanya bisa menjual kata-kata bohong belaka; pantas untukmu! Karena menurutku hubungan yang telah dibumbui kebohongan tak layak diteruskan, apalagi dipertahankan!”
“Aku akan selalu ada mendukungmu menemukan kebahagian dalam hidupmu dengan menerima cinta yang tulus, selamanya.”
Pesan ini telah terkirim.
Salam Kompasiana,
Bahagia Arbi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H