[caption id="attachment_128989" align="aligncenter" width="614" caption="Ilustrasi/oliviahouse.deviantart.com"][/caption] Masih kusimpan dua pucuk surat singkat dari Ulfa yang membuatku sebagai berikut; 1. Bahagia Sayang, Matahari seakan berhenti bersinar sore itu ketika kulepas kepergianmu. Hatiku terasa diiris-iris pisau bermata ganda ketika membayangkan beratnya hari-hari tanpa senyummu. Aku tahu dan menyadari sepenuhnya bahwa kepergianmu demi cita-cita dan cinta kita. Engkau harus melakukan itu. Aku mendukung itu sayang. Namun, tahukah engkau apa yang kini kupikirkan? Aku takut tak sanggup menerima kenyataan setelah beberapa bulan ke depan engkau melupakan wajahku, engkau akan melirik kembang-kembang lain yang mungkin jauh lebih indah dariku. Teman-teman banyak yang menyangsikan kesetianmu dan kelanggengan hubungan kita. Aku menjadi gamang. Aku seakan terhempas oleh petaka yang belum terjadi. Mungkin inikah yang disebut kecurigaan beralasan? Sayangku, aku masih berusaha menepis keraguan itu. Aku tetap ingin janji kita terwujud. Karena aku makin tahu bahwa cintaku terus tumbuh setelah kepergianmu. Tolong jaga kesucian cinta kita. Dengan penuh cinta, Ulfa 2. Mati Rasa Sayang, maafkan aku mengabarimu berita ini. Aku sudah punya tunangan. Dia temanmu. Aku tak sanggup menunggu kepulangaanmu yang masih lama di Yogyakarta. Jangan lupakan aku. Dan doakan kami bahagia. Wassalam, Ulfa Peserta FSC no. 143 Untuk membaca hasil karya para peserta Fiksi Surat Cinta yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke akun Cinta Fiksi. dengan judul postingan : Inilah Malam Perhelatan & Hasil Karya Fiksi Surat Cinta [FSC] di Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H