Mohon tunggu...
Arbi Sabi Syah
Arbi Sabi Syah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jurnalis Komparatif.id

Jurnalis Komparatif.id dan Kreator Konten Media Sosial Blockchain.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku, Kamu, Mereka

21 Juli 2010   02:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:43 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_218633" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi Dari Om Google Nih"][/caption] KITA tak harus sesali apa yang telah salah dalam hubungan ini. Biarkan semua itu hilang dengan sendirinya suatu hari saat aku dan kamu membuat sebuah pengakuan yang bersifat sangat rahasia di hadapan para pengadil cinta. Aku mengajakmu masuk dalam hatiku dan saat beberapa bagian darinya kau ambil aku berteriak kecurian. Untuk apa teriakanku itu? Aku melihatmu mengambilnya tanpa bisa melarangmu sedikitpun. Berkata tidak saja aku tak mampu saat itu. Bukankah itu salahku? Kamu tak pernah bisa menolak setiap mauku walau di matamu selalu saja jelas kulihat ketakutan meskipun selalu saja coba kau sembunyikan dengan senyumanmu sambil mata itu kau pejamkan perlahan. Memang ini tak wajar dan kita berdua menyadarinya. Apakah ini cinta terlarang? Bagiku Cinta bukan untuk dilarang walau sebenarnya dalam menjalani hubungan cinta ada larangan-larangan yang tak bisa kita ikutkan bersama semua kegilaan kita selama ini. Kita telah melanggar semua larangan itu. Aku tak mau menyesalinya. Tidak sama sekali. Aku pernah katakan bahkan sering kuungkapkan berulang-ulang bahwa buat apa membangun penyesalan dari keinginan yang dipertegas dengan alasan suka sama suka. Kamu ingat itu kan? Dia mengetahui semua yang ingin kau sesalkan karena dia juga seperti itu. Kau yang membuktikannya sendiri bahwa dia tak pernah memberimu keindahan, kelembutan, kekuatan, dan dia masih selalu tak bisa berbuat apa-apa untukmu. Dia kasar, kurang bisa membaca inginmu. Dia, entahlah. "Kamu tak takut kalau dia melihat kita sedang makan malam?" "Tidak, biarlah aku dan kamu menikmati saat-saat indah yang langka ini." "Kamu belum memberi jawaban!?" "Oh ya? Untuk apa memikirkan dia jika aku dan kamu sedang bahagia? Dan kamu juga tak bisa jawab pertanyaan itu untuk dirimu sendiri k an?" "Walau bagaimana pun kita harus menjaga perasaan dia kan?" "Ah, mereka tak bisa menjadi kita." Aku selalu saja ingat semua obrolan yang kita tuturkan saat berdua dalam keadaan apapun. Dan aku tak pernah ingin menjadikannnya bukti bila suatu saat dibutuhkan tiba-tiba. Mengapa? Karena kita telah setuju saling membagikan keindahan yang tak bisa kita nikmati dari diamu dan diaku. Ya, pasangan kita masing-masing!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun