Mohon tunggu...
Arbi Sabi Syah
Arbi Sabi Syah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jurnalis Komparatif.id

Jurnalis Komparatif.id dan Kreator Konten Media Sosial Blockchain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Bukan Buaya Darat

20 September 2013   17:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:37 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jujur, aku sering memujimu dan kau anggap itu rayuan. Lantas, kita sering bermesraan berdua ketika kau menerimaku yang kala itu memang benaran suka sama kamu. Aku tertarik benar dengan apa yang kau punya dan rasa-rasanya terlalu sayang untuk kulewatkan saat-saat indah berdua denganmu; saban malam!

Lambat laun hubungan kita pun semakin dekat. Kemesraan yang terjalin di antara kita telah mencapai titik yang kusebut intim banget. Kenapa kusebut sedemikian intim? Bukan apa-apa dan tak berlebihan, karena kita merasakan banyak hal berdua, dan kita saling memuaskan. Ini kelihatannya vulgar dan kurang ajar. Tapi, tunggu dulu, aku tak akan setuju bila kau menyebutku buaya darat ketika hubungan intim kita pun akhirnya bubar. Menurutku, ini sebuah akhir yang sungguh tidak menyenangkan, tidak pernah diharapkan, dan tragis benar.

Sebuah hubungan cinta sering berakhir tiba-tiba. Dan ketika kita ada dalam posisi demikian, apakah hanya aku yang pantas dijadikan kambing hitam? Bukankah, kita saling merasakan nikmat yang ditimbulkannya? Dan aku juga menderita kehilanganmu. Aku ingin kita terus bersama lewati banyak hal; hanya kau dan aku.

Terus terang, aku marah ketika beberapa teman kita menyebutku buaya darat. Mereka mendengar ceritamu dan kau setuju gunakan ungkapan yang tak lazim itu untukku.

Namun, aku legowo juga bila kau bahagia dengan menyebutku demikian. Kita sudah tidak lagi bersama dan aku tak mungkin penuhi semua keinginanmu lagi. Semoga kau temukan seorang lelaki yang baik dan mampu penuhi semua yang kau mau.

Sekadar kau tahu, aku perlu menegaskan pada semua orang bahwa diriku bukan tipe lelaki seperti itu. Aku bukan buaya darat! Juga, aku tak pantas disebut bejat. Bukankah, sebuah hubungan yang didasari cinta itu bukanlah sebuah kasus kriminal?

Aku tak biasa menjadikan seorang wanita sasaran empuk mendapatkan kepuasan yang bukan-bukan. Selamat menempuh hidup baru buatmu, dan maafkan segala khilaf dan salahku. Salam damai.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun