[caption id="attachment_218449" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi Dari Om Google Nih"][/caption] Saya telah menjalankan beberapa program penting selama menjabat sebagai Kepala Pemerintah Aceh. Diantaranya, menjalankan amanah Wali Nanggroe, Alm. Dr. Muhammad Hasan di Tiro, untuk tetap menjaga hutan dan melindunginya karena hutan adalah harta yang paling berharga untuk anak cucu kita.", kata Kepala Pemerintah Aceh Bapak Drh. H.Irwandi Yusuf, Msc. Kalimat pembuka diatas saya dengar langsung pada Hari Jum'at, 16 Juli 2010, jam 15.40 WIB di Hotel Oasis, Banda Aceh. Saat itu saya bersama rekan-rekan dari Lembaga Perkumpulan DEMOS, Jakarta diminta memfasilitasi Program Penguatan Lembaga Legislatif DRPA Fraksi Partai Aceh. Lalu, apa pendapat saya atas pernyataan orang nomor satu di Aceh tersebut? Saya hanya ingin katakan bahwa Irwandi Yusuf tidak berhasil menerapkan program pemeliharaan hutan Aceh, sedikit pun tidak, tidak sama sekali. Bagaimana saya katakan berhasil jika masih ada setiap hari kayu-kayu ditebang di hutan Aceh? Dan disisi lain dia mengijinkan perusahan tambang menginvestasikan modal mereka dengan membuka lahannya dalam hutan Aceh? Irwandi memang tegas, tapi kurang bijaksana. Programnya bagus secara teoritis, namun sering tak berpengaruh apa-apa saat dijalankan. Mengapa demikian? Semua itu karena Irwandi Yusuf hanya bersedia mendengarkan orang lain diluar orang-orang yang dekat dengannya seperti Kepala Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA), Tim Asistensi, dan orang-orang yang pandai mencari muka darinya. Irwandi-Nazar terlalu yakin dan sangat percaya bahwa mereka yang dekat dengannya adalah orang-orang luar bisa yang benar-benar mengerti hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat Aceh. Ternyata mereka tidak bisa apa-apa, bukan? Jika mereka membisikkan banyak kebenaran yang sanggup membawa perubahan bagi saya dan 4 (empat) juta lebih penduduk Aceh lainnya di Bumi Hasan Tiro ini tentunya saya tak akan menuliskan demikian. Tetapi, sejauh ini saya belum rasakan perubahan apa-apa dari seorang Irwandi Yusuf dengan tim asistensinya itu selain dana yang ikut berkurang sia-sia. Andai saja dana yang diperuntukkan bagi tim asistensi Irwandi itu digunakan untuk membangun rumah kaum dhuafa atau tunawisma yang banyak di Aceh, maka Irwandi dan Nazar akan dikenang oleh kaum lemah tersebut sepanjang masa karena banyak rumah dibangunnya. Dan bukan tidak mungkin untuk priode depan pasangan ini akan diminta memimpin kembali Aceh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H