Mohon tunggu...
Alif Farhanudin
Alif Farhanudin Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Barista Kedai Mifeng Kopitiam Ijen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hati-Hati Dengan Paradigma Berpikirmu, Mungkin Selama Ini Kamu Keliru

2 Januari 2024   06:38 Diperbarui: 2 Januari 2024   06:43 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.freepik.com/free-photo/copy-space-paper-brain-with-light-bulb_7796316.

Sikap dan perilaku kita adalah cerminan diri kita, dan juga dari sikap dan perilaku kita orang lain dapat menilai karakter dan personal etik kita, apakah kita orang yang pemarah?, apakah kita orang yang bertanggung jawab?, apakah kita orang yang dapat dipercaya?, dan lain sebagainya. Paradigma berpikir kita yang kita dapat dari dinamika sosial di sekeliling kita dan pengalaman pribadi kita yang membentuk sikap dan perilaku kita saat ini.

Paradigma dapat diartikan sebagai dasar berpikir kita dalam melakukan suatu tindakan, dan segampang kita berdebat tentang tujuan hidup, sebenarnya kita hanya berdebat tentang pikiran kita agar diakui oleh orang lain, dan setelah argumen kita diakui oleh orang lain kita memaksakan hal tersebut juga dilakukan oleh orang lain, dan hal ini tanpa kita sadari terjadi, sehingga bagaimana kita bersikap atas paradigma kita? dan sebenarnya bagaimana menemukan paradigma yang baik ? itu akan menjadi pembahasan selanjutnya.

Bagaimana bersikap atas paradigma yang telah terbentuk dalam diri kita? hal ini tentunya perlu pembahasan yang lebih dalam tentang bagaimana kita mendapatkan paradigma berpikir kita, tetapi bukan itu poin pembahasanya, untuk dapat kita memahami maksud sikap untuk paradigma akan penulis berikan illustrasi singkat.

Ada dua orang dengan status sosial yang berbeda, pertama dia orang kaya dan kedua dia orang sederhana atau berkecukupan, orang pertama memiliki pandangan bahwa uang bukanlah sumber kebahagiaanya melainkan memiliki keluarga yang harmonis adalah kebahagiaan baginya, dan orang kedua memiliki pandangan uang adalah sumber kebahagiaan karena dengan uang dia dapat mewujudkan apa yang dia inginkan.

Saat mereka berdua bertemu mereka saling berdebat tentang makna kebahagiaan yang mereka percaya bahwa itu benar, sejatinya perdebatan mereka hanya mencerminkan bagaimana mereka bersikap atas uang dan alasan mereka menjadikan itu kebahagiaan mereka, dan seketika itu tidak diakui satu sama lain mereka mulai mencari orang ketiga untuk mengkonfirmasi siapa diantara mereka yang benar, dan hal ini sejatinya adalah paradigma yang keliru.

Seperti yang dijelaskan diawal bahwa paradigma adalah sumber bagaimana orang bersikap dan berperilaku, dan menurut penulis sikap yang tepat akan paradigma adalah cukup mengekspresikanya dengan sikap dan perilaku, bukannya malah mencari konfirmasi sosial, karena dengan sikap dan perilaku kita yang diterima atau tidak mengganggu orang lain sudah mencerminkan bahwa kita memiliki paradigma berpikir yang baik, meski memang tidak menutup kemungkinan orang lain selalu melihat kesalah orang yang tidak mereka sukai.

Selanjutnya bagaimana menemukan paradigma yang baik, menurut penulis cara menemukan paradigma yang baik adalah dengan mengamati dinamika sosial dan mulai melakukan muhasabah diri atau koreksi diri, karena dengan melakukan hal tersebut kita dapat mengkoreksi paradigma berpikir kita sendiri tanpa perlu koreksi dari orang lain, dan kita akan cenderung dapat menerima koreksi tesebut karena bersumber dari diri kita sendiri.

Paradigma sejatinya pasti ada di diri manusia, sikap dan perilaku yang kita lakukan bukan untuk memaksakan orang lain mengkonfirmasi itu benar dan harus dilakukan oleh orang lain, begitu juga dengan koreksi diri akan menjadikan paradigma yang terbentuk menjadi lebih baik.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun