Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan intelektual jika dibanding dengan beberapa tahun sebelumnya, dimulai dari banyaknya konten-konten edukasi di media sosial meski memang jika dibandingkan dengan masyarakat saat ini masih tergolong minoritas. Tetapi meski demikian kebanyakan kaum intelektual masih sulit untuk membuat argumen yang mudah dimengerti atau menjadikan orang terpengaruh oleh argumennya.
Membuat argumen adalah penting bagi mereka yang berada di lingkungan intelektual ataupun menjadi sosok yang intelektual. Penjelasan berikut menekankan bahwa argumen hanya berlaku bagi mereka para intelek, tapi justru sebenarnya masyarakat secara tidak langsung sudah saling beradu argumen, seperti sales yang meyakinkan calon konsumenya tentang produk, konsultan menjelaskna solusi dari masalah klien dan lain sebagainya.
Aristoteles sebagai salah satu filsuf yang memiliki kontribusi pada pemikiran sampai dewasa ini menawarkan konsep Retorika agar manusia dapat berkomunikasi dengan baik. Retorika memiliki arti ilmu berbicara yang memiliki sifat rasional, empiris, umum dan akumulatif, dan cangkupan dari retorika terbagi dalam 3 tahapan yaitu: 1) Ethos, Logos, dan Pathos.
Ethos adalah adalah etika dalam berkomunikasi yang mana mencangkup bahwa individu sebagai pembicara memiliki pengetahuan yang luas, terpercaya, dan terhormat. Logos adalah penjelasan yang diucapkan logis dan dapat diterima oleh akal, dan Pathos adalah pembicara menyatakan kata-kata dengan emosional yang tepat sehingga dapat membawa lawan bicara dalam nuansa yang sama dengan pembicara.
Selain Retotika Aristoteles dan Ilmu Komunikasi ada konsep persuasif atau seni berbicara dengan tujuan mempengaruhi orang lain secara halus atau tanpa disadari lawan bicara. Dr Robert Cialdini sebagai salah satu pakar komunikasi persuasif menawarkan 6 komponen dalam komunikasi persuasif yaitu 1) Timbal Balik, 2) Otoritas, 3) Konsisten, 4) Konsensus, 5) Kelangkaan, dan 6) Menyukai.
Timbal balik memiliki arti bahwa jika kamu ingin mempengaruhi orang lain mulainya dari melakukan kepada orang lain apa yang ingin kamu dapatkan dari orang lain, Otoritas yaitu menjadi pribadi yang kredibel dalam menyampaikan argumen, Konsiten menjadi aturan dasar orang dapat menerika kredibelitas argumen.
Konsensun yaitu menjadi sosok yang memang apa yang diucapkan di lakukan oleh umumnya orang-orang, Kelangkaan berarti menjadikan apa yang ingin kamu sampaikan sesuatu yang tidak didapatkan oleh orang lain, dan terakhir Menyukai yaitu jadikan dirimu bahwa dirimu berada di pihak yang sama dengan lawan bicaramu.
Retotika Aristoteles dan Komunikasi Persuasif memiliki kesamaan sebagai salah satu ilmu dalam berkomunikasi, meski secara lingku retotika lebih luas daripada persusif. Retorika berfokus pada bagaimana menjadikan pribadi yang kredibel, logis dan emosional dan menyampaikan, sedangkan persuasif berfokus pada bagaimana lawan bicara terpengaruh dengan apa yang diucapkan guna agar mengikuti apa yang diinginkan.
Dengan mengaplikasikan Retorika dan Persuasif maka kita sebagai orang yang intelek atau berada di lingkungan intelektual dapat membangun argumen yang baik dan dapat mempengaruhi orang lain, dan juga menjadi salah satu seni yang dibutuhkan dalam pemasaran agar produk atau jasa yang dijual dikonsumsi oleh masyarakat.
Referensi:
- Afifah Hilyah, (2022), Penerapan Retorika Aristoteles Ustadz Hanan Attaki dalam Youtube Shift Media Episode Ramadhan 1442 Hijiriyah Barang UHA, Skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/61729/1/HILYAH%20AFIFAH-FDK.pdf
- Titik Terang, (2023) Cara Bicara Agar Dirimu Disukai Banyak Orang | Dr Fahrudin Faiz | Ngaji Filsafat, In Youtube: https://youtu.be/U6OG_cfdTHs?si=vpgjpPV6QMNBCKtN
- Krogeus, M., & Tschoppeler, R., (2020), The Communication Book: 44 Ideas for Better Conversation Every Day, Britania: Penguin.