Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Blogger - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sinergi TPA dan IRT dalam Memanfaatkan Sampah Menjadi EBT

19 Juni 2024   12:12 Diperbarui: 19 Juni 2024   12:29 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu-ibu di desa Talangagung, Kab. Malang, Jawa Timur tidak khawatir jika pasokan gas elpiji tengah langka. Mengapa? Karena masyarakat bersama pemerintah setempat melalui TPA (Tempat Pembuangan Akhir) telah berhasil mengelola sampah menjadi Energi Baru Terbarukan (EBT).

Yah, itulah salah satu bentuk edukasi yang saya dapat ketika berkunjung ke TPA Wisata Edukatif Talangagung di kabupaten Malang. TPA ini berhasil mengolah sampah rumah tangga melalui metode controlled landfill yang menghasilkan gas metana yang bisa digunakan sebagai bahan bakar terbaru yang  ramah lingkungan.

Bayangan kita ketika berkunjung ke TPA adalah bau sampah yang menyengat bahkan sebelum sampai ke gerbang utama. Namun berbeda degan TPA Talangagung, udara sejuk serta rimbun pepohonan justru menyambut pengunjung yang datang. Jika dilihat, TPA ini memang lebih mirip sebuah taman dibanding Tempat Pembuangan Akhir Sampah.

Jalan masuk TPA Talangagung (dok.pri/irerosana)
Jalan masuk TPA Talangagung (dok.pri/irerosana)

Peran aktif TPA Talangagung untuk melakukan pengolahan sampah dimulai dari disahkannya UU No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. Dari UU tersebut, definisi TPA yang semua adalah Tempat Pembuangan Akhir pun berubah menjadi Tempat Pemprosesan Akhir Sampah.

TPA sendiri disinyalir sebagai tempat penumpukan gas metana (CH4). Gas ini memiliki karakteristik tidak berwarna, tidak berbau dan terdiri dari satu atom karbon dan empat atom nitrogen dan mudah terbakar. Kabar buruknya lagi, gas metana merupakan Gas Rumah Kaca (GRK) yang menjadi salah satu sumbangsih terjadinya pemanasan global dan kerusakan lapisan ozon.

Permasalahan lain adalah jumlah sampah yang datang ke TPA Talangagung dari daerah sekitar setiap harinya mencapai 150 -- 200 ton per hari. Jika dibiarkan maka dalam kurun waktu tertentu akan terjadi over kapasitas. Bertolak dari kondisi ini, upaya inovasi bukan lagi soal regulasi namun sudah menjadi kebutuhan mendesak.

Dengan pengendalian dan pemafaatan gas metane (CH4), disertai berbagai inovasi dan teknologi tepat guna yang aplikatif diharapkan dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan effect global warming.

TPA Talangagung sendiri sudah memenuhi prasarat komponen ideal untuk melakukan inovasi ini di antaranya; terdapat green belt atau tanamanan hijau yang mengelilingi TPA tersebut, terdapat buffer zone atau zona penyangga, garasi alat berat, sumur pantau, pagar drainase serta kebun pembibitan tanaman.

Zona Penyangga  TPA Talangagung (dokpri/irerosana)
Zona Penyangga  TPA Talangagung (dokpri/irerosana)

Proses Pembentukan Gas Metane 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun