Apa jadinya jika bulan paling suci milik umat islam ternyata juga menjadi bulan yang paling banyak menyumbang tumpukan sampah?
Yah, selain keberkahan, ramadan rupanya juga membawa serta segudang permasalahan lingkungan.
Sebagai bayaran atas rasa lapar yang harus dilalui seharian, mereka yang berpuasa akan menuntaskannya dengan aneka rupa makanan.Â
Sebagian besar makanan itu datang dari pasar takjil dadakan yang tersebar hampir di setiap titik daerah.
Sudah lumrah sekali ketika menjelang sore, selepas ashar, berbagai macam takjil mulai bermunculan.
Bukan hanya para pemain lama, mereka yang sebelumnya belum pernah berjualan pun ingin mencoba peruntungan dan tak ingin melepaskan kesempatan untuk ikut berjualan. Walhasil jumlah penjualnya pun semakin membludak.
Berbagai macam takjil dipasarkan, mulai dari kelompok minuman seperti aneka es, kolak maupun bubur hingga camilan semacam gorengan, asinan, lontong serta kue-kue manis.
Takjil-takjil itu dibungkus dengan menggunakan tempat berbahan dasar plastik. Mulai dari cup plastik, gelas plastik, mika, dan plastik itu sendiri.
Tanpa sadar banyaknya takjil yang terjual sama artinya dengan menambah jumlah tumpukan sampah baik organik maupun anorganik.
Tak dipungkiri puasa membuat kita lapar mata, seolah semua makanan mampu ditampung oleh perut.