Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Lainnya - irero

Blogger yang sedang mencari celah waktu untuk membaca buku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Menyikapi Kekalahan dengan Terhormat

16 Februari 2024   10:14 Diperbarui: 16 Februari 2024   14:34 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memilih. (Sumber: unsplash.com/Cyrus Crossan)

Ada yang lebih penting ketimbang menyalahkan pihak lawan pasca melihat hasil quick count.

Memang berdasarkan hasil hitung cepat dari 6 lembaga survei per rabu 14 Februari 2024 dinyatakan pasangan Prabowo-Gibran unggul sebanyak 58,73% dengan jumlah data masuk 88,45% sampel 2000 TPS di 38 provinsi. (kompas.com)

Meski hasil resmi belum keluar, namun melihat dari perkembangan data yang ada hingga hari ini, sudah bisa diprediksikan besar kemungkinan bahwa paslon 02 akan menang 1 putaran.

Sontak hal ini menjadi angin segar bagi para pendukungnya. Sebaliknya, ini juga kabar buruk bagi para pendukung pasangan calon (paslon) 01 dan 03, termasuk saya. 

Sebenarnya persoalan siapa yang unggul bukan sekadar siapa yang nantinya akan memimpin negeri ini. Lebih dari itu ada hal kecil lain yang luput dari perhatian yaitu nasib para pendukung paslon yang kalah.

Bukan rahasia lagi pasca hasil quick count keluar pasti terjadi saling sindir. Pendukung paslon yang menang merasa jumawa karena merasa suaranya adalah mayoritas sementara pendukung paslon yang kalah akan denial dan mencoba mencari kesalahan paslon yang menang.

Yang paling miris adalah munculnya sindiran untuk pindah negara bagi pendukung yang kalah. Entah siapa yang memulai apakah dari kubu pemenang atau kubu yang kalah, tapi kata-kata itu menyakitkan.

Kita semua memberikan hak suara melalui paslon masing-masing dengan harapan bisa membangun Indonesia menjadi lebih baik. Artinya siapapun yang menang, kita tetap ingin Indonesia menjadi lebih baik. Sedih dan kecewa iya, tapi bukan berarti juga harus pindah negara.

Yah, selain fase saling serang kubu selama masa kampanye, kita memang harus berhadapan dengan fase pasca hasil hitung cepat seperti di atas. Tidak mudah memang, tapi kita tetap harus melaluinya dan melanjutkan hidup.

Masih banyak PR negeri ini dan mau tidak mau, suka tidak suka memang harus dikerjakan secara kelompok. Bisa dibayangkan kalau kerja kelompok tapi malah terjadi pertengkaran antar para anggota, tentu akan menyulitkan kinerja.

Oleh karena itu kita perlu menyikapi kemenangan dan kekalahan ini dengan baik. Saya sendiri pun harus belajar. Berpuluh-puluh tahun capres yang saya pilih selalu menang dan kali ini harus kalah. Saya harus belajar menyikapi kekalahan.

Ada satu hal yang menjadi perhatian saya, dulu sewaktu capres yang saya dukung menang (Jokowi) saya justru merasa takut. Saya yakin Jokowi tidak sempurna, artinya saya harus siap mengkritisi beliau jika ada kebijakan-kebijakan yang kurang bagus.

Yang saya takutkan, teman-teman yang mendukung Prabowo akan menyerang lebih dulu dengan menyalahkan pilihan saya. Mereka akan mulai menyindir "Lah, itu kan presiden pilihanmu!". Padahal kita sama-sama tahu kala itu dihadapkan antara 2 pilihan dan semuanya punya potensi kekurangan dalam memimpin.

Dari ingatan itu, sekarang saya memposisikan diri sebagai pendukung paslon yang kalah. Yang saya harapkan sekarang adalah teman-teman pendukung 02 untuk tidak ragu-ragu mengkritik apabila nanti ada kebijakan-kebijakan yang dinilai tidak tepat dan tidak sesuai dengan hati nurani rakyat.

Pun sebaliknya, bagi pendukung paslon 01 dan 03 saya harap tidak mengkritik dan menyalahkan pendukung paslon 02 ketika mereka mengkritisi kebijakan pemerintah yang kurang tepat. Biarkan para pendukung 02 mengkritik dengan bebas tanpa tekanan dari siapapun.

Saya yakin teman-teman pendukung 02 juga tidak setuju dan keberatan dengan kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat. Artinya tujuan kita semua sebenarnya sama yaitu untuk kepentingan dan kemajuan Indonesia.

Untuk pendukung 01 dan 03, saya mengerti dan merasakan sendiri kekecewaan itu. Tapi dunia ini memang selalu berputar tidak seperti yang kita inginkan. Ada orang lain dan ada keinginan orang lain, bukan kebetulan tapi kali ini suara mereka lebih besar.

Sudah sewajarnya suara terbanyaklah yang menang. Mari berpikir positif, berarti memang itu yang diinginkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mungkin menurut kita program mereka tidak tepat, banyak gimik, tidak fair dan lain-lain. Tapi sekali lagi itu menurut pendapat kita, bisa jadi mereka berpikir sebaliknya. Kenyataannya, sekali lagi itulah yang diinginkan sebagian besar rakyat Indonesia.

Mari bersama-sama kalah dengan terhormat, dengan legowo menerima kekalahan itu tanpa menyalahkan dan menyudutkan para pendukung paslon yang menang.

Lebih jauh, lebih baik memang kita harus segera menanggalkan status pendukung paslon tertentu dan meleburnya menjadi satu nama "rakyat Indonesia". Memang tidak mudah, terlebih bagi kita yang sudah memberikan dukungan secara terang-terangan. Pasti masih saja ada satu dua orang yang ingat bahwa kita pendukung si A atau si B.

Tapi sekali lagi PR bangsa ini sudah menumpuk, kalau tidak segera dikerjakan, bisa-bisa kita semua disetrap guru untuk hormat bendera di lapangan. Bukan, ini bukan soal indikasi kecurangan, Dirty Vote dan kawan-kawannya? Bukan soal itu. Saya sedang berbicara soal kita, soal aku dan kamu! Salam damai Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun