Selama pandemi ini banyak kawan saya bercerita mengenai pengeluaran yang membludak. Gara-gara penerapan social distancing yang memaksa semua orang untuk bekerja dan beraktivitas di rumah.
Berada di rumah membuat intensitas pemakaian gadget menjadi meningkat, akibatnya banyak dari kita dan bahkan saya sendiri lapar mata melihat deretan etalase di berbagai marketplace dan sosial media.
Tiap hari isinya klik, scroll, klik, scroll, klik, klik, klik, seolah setiap klik tadi tidak membutuhkan Rupiah.
Cerita berbeda dialami oleh kawan-kawan saya yang lain, ada yang usahanya harus gulung tikar, ada yang pendapatannya berkurang dan ada pula yang malah kena PHK.
Rupanya pandemi membawa banyak cerita dan hikmah bagi semua orang bahwa bencana bisa datang kapan saja dan menimpa siapa saja.
Belajar dari pandemi, saya mulai sadar akan pentingnya pengelolaan keuangan. Tidak hanya agar bisa survive di masa pandemi tapi juga untuk jaga-jaga jika saja terjadi hal-hal yang tak terduga di kemudian hari.
Beruntungnya saya, di masa ini, cara mengelola keuangan sudah lebih maju dan praktis. Hanya dengan menggunakan gadget, segala persoalan keuangan bisa diselesaikan.
Salah satu layanan keuangan yang naik daun di masa pandemi adalah digital banking. Hal itu tak terlepas dari kebutuhan akan akses perbankan yang harus bisa dilakukan sembari rebahan di rumah.
Menurut OJK, digital banking adalah layanan atau kegiatan perbankan dengan menggunakan sarana elektronik atau digital milik bank dan atau melalui media digital milik calon nasabah dan atau nasabah bank yang dilakukan secara mandiri.
Karena sifatnya yang prakits dan sesuai perkembangan zaman, digital banking mampu menarik perhatian aneka kalangan, mulai dari kaum millenial, businessman, hingga ibu rumah tangga.
