Selain Perpusnas, Jakarta juga memiliki beberapa perpustakaan kece lain seperti Perpustakaan Kemendikbud, Perpustakaan Erasmus Huis, Perpustakaan Freedom, Perpustakaan Umum daerah Jakarta Selatan, atau kalau mau sedikit merapat ke pinggiran ada perpustakaan Universitas Indonesia dan perpustakaan milik kampus yang lain.
Bagi kutu buku, banyaknya perpustakaan berbanding lurus dengan tingkat kebahagiaan. Perpus ibarat surga dunia, tempat menamatkan segala keluh kesah dan kehausan akan ilmu pengetahuan. Tapi, ada juga yang datang hanya untuk menyendiri dan menenangkan pikiran.
Hal lain yang saya temukan adalah Jakarta memiliki banyak museum. Situs museumjakarta.com mencatat terdapat lebih dari 30 museum yang ada di Jakarta. Sementara situs winnymarlina.com mencatat dan menyebutkan jumlah 2 kali lipatnya yaitu sebanyak 61 museum.  Jumlah yang cukup fantastis dan menjadikan Jakarta sebagai kota dengan jumlah museum terbanyak di Indonesia.
Keberadaan museum memiliki banyak manfaat, salah satu di antaranya adalah tempat wisata edukatif. Banyak sekolah serta orang tua memilih berkunjung ke museum. Jika dibandingkan dengan tempat wisata seperti theme park, area salju dan waterpark, harga tiket museum tentu jauh lebih murah. Saya sendiri suka mengunjungi museum. Selain melihat sejarah, saya menyukai museum karena tempatnya tidak ramai.
Dalam satu tahun terakhir saya juga menemukan bahwa Jakarta memiliki aneka ragam komunitas. Kita bisa memilih salah satu yang sesuai dengan karakter diri kemudian bergabung agar menambah pertemanan serta pengalaman. Salah satu yang saya ikuti adalah komunitas Bahasa inggris Britzone yang menjalankan aktivitasnya di Perpustakaan Kemendikbud. Rupanya bergabung dengan komunitas bisa membantu mengusir sepi, terlebih bagi mereka yang baru pindah dan minim teman.
Sebagai pusat ibu kota, Jakarta juga menjadi pusat penyelenggaraan event-event besar. Tinggal pilih dan sesuaikan saja dengan kebutuhan masing-masing. Bagi penyuka buku seperti saya, hal yang selalu ditunggu antara lain IIBF (Indonesia International Book Fair) dan BBW (Big Bad Wolf)Â yang sudah langganan diselenggarakan di JCC dan ICE BSD.
Setidaknya, dapat mengunjungi 2 event buku tersebut merupakan kebahagiaan hidup, pasalnya banyak teman saya yang berada di daerah merasa iri. Jangankan bookfair, lokasi mereka bahkan jauh dari gramedia.
Selain menimba ilmu, yang tak kalah penting bagi perempuan adalah adanya tempat belanja. Jakarta tentunya punya banyak mall dengan aneka tipe, namun dari semua mall yang ada, tempat belanja yang paling di hati tetaplah Tanah Abang.
Perempuan mana yang tidak bahagia tinggal di kota -di mana terdapat pusat grosir terbesar di Asia Tenggara. Di Tanah abang, saya bisa dapat baju mall dengan harga grosir yang tentunya jauh lebih miring.
Terlepas dari semua itu, Jakarta masih memiliki banyak  kekuatan untuk memanjakan penghuninya, di antaranya fasilitas umum yang lengkap, baik berupa trasportasi umum, fasilitas kesehatan, kemudahan biaya pendidikan, fasilitas pendidikan dan lain-lainnya.
Tak terasa sudah 4 tahun saya di Jakarta dan baik-baik saja. Meski awal bulan ini kedua betis saya sempat merasakan dinginnya banjir, namun kembali hangat dengan aneka kegiatan positif lainnya.Â