Sosok inspiratif saya kali ini adalah guru kedua orang tua saya semasa kecil. Cerita bermula ketika desa Rejosari Kab.Semarang, tempat di mana ke dua orang tua saya tumbuh kedatangan sesosok guru SD baru, namanya Bapak Rusyanto. Tahun 1973, desa Rejosari adalah masih bisa dibilang terbelakang. Letaknya jauh dari perkotaan, penerangan masih minim, tak hanya soal pendidikan, pengetahuan agama pun masih terbatas.
Pak Rusyanto rupanya tidak hanya pandai mengajar SD, di sela-sela waktunya ia menyempatkan diri untuk mengajar mengaji di masjid. Kala itu bentuk masjid belum seperti sekarang, bahkan belum bisa dibilang masjid melainkan pendopo. Lantainya masih terbuat dari kayu begitu pun dinding-dindingnya. Meski terbatas penduduk desa melakukan ibadah di tempat tersebut tak terkecuali Bapak dan ibu saya.
Dulu sebelum Pak Rusyanto datang, tak ada guru ngaji di sana. Anak-anak tidak belajar ilmu agama apalagi mendalaminya. Semenjak Pak Rusyanto datang, masjid (pendopo) pun menjadi ramai. Anak-anak dan orang dewasa mulai sering ke pendopo untuk mendengarkan ajaran Pak Rus.
Yang menarik dari pengajaran beliau adalah caranya yang menarik. Sebelum mengaji, beliau akan mendongeng terlebih dahulu. Cara mendongennya sangat luwes, setiap orang yang mendengarnya akan terhipnotis. Sedikit demi sedikit anak-anak mulai mendalami ilmu agama. Desa yang semula gelap perlahan menjadi terang dengan pencerahan dari Pak Rus.
Anak-anak sangat menyukai beliau. Jika di jaman sekarang mungkin sulit menemukan anak-anak yang antusias dan berbaris rapi di masjid demi menunggu guru mereka dan mendengar dongeng-dongeng inspiratif sebelum mengaji. Tapi Pak Rus benar-benar menjadi idola, dan itu pula yang membuat beliau mudah menyisipkan ilmu agama kepada anak-anak.
Anak-anak mengenal salat dengan benar, mengaji Al-Qur'an dan berbuat kebajikan yang terinspirasi dari dongeng-dongeng Pak Rusyanto. Kau tahu, dongen semasa kecil mudah sekali melekat di kepala anak-anak bahkan hingga mereka tua. Begitupun yang dialami ke dua orang tua saya. Mereka masih ingat betul dongeng-dongeng dari Pak Rusyanto dan meneruskannya kepada saya. Semasa kecil, orang tua saya kerap mendongeng sebelum tidur, setelah dewasa barulah saya tahu dongeng-dongeng tersebut tak lain adalah dari Pak Rusyanto.
Begitu merasa berhutang budinya orang tua saya kepada Pak Rusyanto hingga saat saya bertanya adakah sosok inspiratif menurut Ibu dan Bapak? Mereka serempak menyebut nama Pak Rusyanto. Jasa beliau mengentaskan anak-anak dari buta ilmu agama tak bisa akan pernah bisa dibalas. Saya berpikir bagaimana jadinya saya andai orang tua saya tidak diajar olehnya.
Pak Rusyanto yang kala itu masih muda dan bergejolak saat ini sudah menju senja. Meski sudah tak bisa lagi mengajar tapi inspirasi yang beliau tebarkan tak lekang oleh usia. Saya mewakili kedua orang tua saya berterima kasih atas jasa tak terkira Pak Rusyanto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H