Tiga bulan pertama pasca menikah dan menetap di Ibu kota saya sudah berpikir untuk membuka usaha. Mengingat tempat tinggal mertua tidak begitu jauh dari Pusat Grosir Tanah Abang saya pun berkeinginan membuka usaha jilbab online.Â
Mengapa online? Kara pada waktu usaha online sedang meroket, lagi pula harga sewa ruko atau kios di Jakarta bagi saya --yang baru datang dari kampung- sungguh di luar nalar. Usaha online pun saya rasa menjadi solusi jitu.
Di suatu senja yang ranum, saya bersama suami memikirkan nama untuk usaha kami, dan setelah mengeliminasi beberapa nama aneh seperti Couple Lovers, Jilbab Laris, Jilbab Manis, dll, kami pun sepakat menamainya Sunday Fun. Saya membuat logo sendiri dengan kemampuan minimalis, hasil belajar di LPM semasa kuliah.
Tahun 2016 Sunday Fun lahir pertama di facebook, lalu menjalar ke instagram dan beberapa market place seperti shopee, bukalapak, dan tokopedia.
Berbeda dengan konsep jualan dari beberapa teman yang kebanyakan hanya dropship dan mereka hanya sebatas dropshipper, saya memberanikan diri untuk menyetok barang.Â
Kala itu modal awal sangat sedikit bahkan banyak orang yang tidak percaya. Saya hanya mengeluarkan 700 ribu untuk membeli beberapa jilbab. Uang tersebut adalah sisa gaji terakhir sebelum menikah.Â
Memang hanya dapat segelintir, tapi saya asal nekat saja, yang penting berani posting dulu.
Beruntungnya, stok  pertama habis, laris manis. Kebanyakan yang beli adalah teman-teman  sendiri di  Semarang.
Merasa mendapat sambutan baik, saya pun memutar kembali uang hasil penjualan pertama. Kali ini ditambah beberapa gamis yang harganya masih terjangkau. Begitu seterusnya sampai putaran modal saya membesar. Jadi setiap mendengar ada yang enggan memulai usaha dan berkata alasannya adalah karena tidak punya modal, rasanya jadi gregetan sendiri.
Semua berjalan lancar, pasang surut dalam dunia perdagangan itu saya anggap biasa. Semua saya kendalikan sendiri, mulai dari kulakan, mencatat, mengukur, memfoto, editing, posting di sosial media, dan bahkan terkadang harus menjadi model produk sendiri. Melakukan semua sendiri memang tidak mudah.
Hal paling membuat malas adalah, siklus setelah barang datang. Biasanya saya mencatat kedatangan barang dan menetapkan harga jual. Setelahnya, saya membuka satu persatu produk untuk diukur dan difoto. Kelihatanya mudah, tapi faktanya, mengukur dan memfoto membutuhkan waktu paling lama di antara yang lain.Â
Semua serba minimalis, studio foto saya buat  ala kadarnya, dan untuk memotret saya menggunakan kamera handphone.
Ini penampakan studio mini saya :
Bagi usaha online detail produk sangatlah penting, makanya proses mengukur panjang produk, lingkar dada, panjang lengan, dll tidak bisa dianggap enteng.
Terbayang berapa ribetnya melakukan proses pemindahan data ke laptop di tengah-tengah proses pengukuran dan pemotretan. Belum lagi saat Hp nge-hang / eror dan membuat foto-foto yang sudah saya dapat tiba-tiba menghilang. Mau tak mau saya harus keluarkan lagi produk yang sudah saya rapikan dan mengulangi proses pemotretan. Duh, jangan tanya bagaimana rasanya mengulang proses yang sudah rapi. Sakit. Keribetan semacam itu betul terjadi dan berlangsung cukup lama.
Lalu tibalah di suatu weekend, suami mendapati saya yang tengah serius di depan laptop, sementara barang dagangan berceceran. Ia bertanya apa yang sedang saya lakukan? Saya jawab, sedang sibuk memindahkan isi galeri Hp karena penuh. Mendengar itu, refleks ia menyahut Hp saya dan menancapkan sebuah benda kecil di lubang charger, kemudian bertanya "mana saja yang mau di pindah?"
 Itulah pertama kali saya dan Sunday Fun berkenalan dengan SanDisk Ultra Dual Drive. Setelahnya, saya pun keterusan meminjam ke suami.
Akhir tahun 2016 ia menarik flashdisk miliknya, katanya ia sangat perlu untuk dinas. Awalnya saya sewot tapi setelah tau ia membelikan saya yang baru  Kekecewaan saya pun mereda dan saya kembali girang.
"Yeay! SanDisk Ultra Dual Drive m3.0 32 GB, !, seri baru lagi!
Benda kecil ini ajaib sekali. Saya tak hanya terbantu kala pemotretan tapi juga proses editing. Jika sedang ingin mengedit dengan Hp saya tinggal menancapkannya ke Hp, sementara jika ingin menggunakan laptop maka saya menancapkannya ke laptop. Fleksibel dan tahu kebutuhan.
Baru-baru ini tren Memakai SanDisk Ultra Dual Drive m3.0 juga merambah ke tetangga terdekat. Mendapati saya sibuk dengan Hp, banyak tetangga yang penasaran apa gerangan yang tengah saya lakukan. Saya bilang sedang proses copy foto produk ke flashdisk. Mengetahui hal itu mereka ingin beli juga dan nitip ke suami saya. Katanya biar memori Hp nggak penuh dan mereka tak perlu repot-repot memilih foto mana yang perlu dihapus agar foto yang lain bisa masuk.
Di era android seperti ini kisah memori cepat penuh memang sering berseliweran. Keinginan untuk mendownload aplikasi baru terhambat karena memori penuh oleh foto-foto baik sekadar foto selfie maupun foto dagangan penting. Kedatangan Sanddisk Ultra Dual Drive m3.0 seperti angin segar di tengah sahara bagi kami.
Senang bisa membantu tetangga sekaligus usaha saya pribadi. Tidak terbayang jika saya masih ribet membuka dagangan, mencatat ukuran, memotret dan memindahkannya ke laptop. Â Pasti akan banyak sekali waktu yang terbuang, sementara pekerjaan lain seperti membalas chat pelanggan dan pekerjaan rumah menanti digauli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H