Mohon tunggu...
Fani Akdiana
Fani Akdiana Mohon Tunggu... Guru - Suka Menulis

Hanya seorang guru di Gunungkidul yang rindu dengan menulis seperti saat kuliah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dialog Buku di Dalam Kelas

12 Oktober 2017   05:20 Diperbarui: 12 Oktober 2017   05:38 1231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemampuan literasi masyarakat Indonesia saat ini sedang menjadi fokus di semua kalangan. Hal ini dikarenakan, keterampilan membaca peserta didik berdasarkan PISA 2012 yaitu Program Penilaian Pelajar Internasional berada di peringkat bawah. Selain itu, berdasarkan berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara mengenai minat baca.

Kedua fakta tersebut tentu mengejutkan berbagai pihak. Dapat diketahui, bahwa Indonesia memiliki banyak bangunan perpustakaan di setiap desa, kabupaten, provinsi, universitas, dan perpustakaan terbesar di Asia Tenggara. Dapat dipastikan dengan banyaknya jumlah koleksi buku tersebut, seharusnya membaca adalah kegiatan yang menjadi hobi di negara ini. Akan tetapi, realita yang terjadi justru sebaliknya.

Menanggapi permasalahan tersebut, tentunya bidang pendidikan harus memiliki solusi. Membaca adalah keterampilan yang dipelajari seorang peserta didik sejak jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Keterampilan membaca menurut Ritta Eka Izzaty,dkk (2012: 103) termasuk ke dalam tugas perkembangan masa kanak-kanak akhir yaitu siswa Sekolah Dasar yang akan berkembang dari jenjang pendidikan satu ke jenjang pendidikan lainnya.

Oleh karena itu, melalui Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015, Kemendikbud memberlakukan Gerakan Literasi Sekolah dengan membaca 15 menit sebelum Kegiatan Belajar Mengajar dilaksanakan. Selain itu, berdasarkan Permendikbud Nomor 26 Tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis BOS, alokasi untuk pembelian buku adalah 20% dari anggaran selam setahun. Rangkaian langkah ini merupakan upaya yag dilakukan pemerintah dan diharapkan dapat mengembangkan keterampilan membaca peserta didik.

Di jenjang Sekolah Dasar, Gerakan Literasi Sekolah juga dilaksanakan pada jenjang kelas rendah maupun kelas tinggi. 15 menit sebelum Kegiatan Belajar Mengajar dilaksanakan, para peserta didik diajak untuk membaca buku yang disediakan oleh sekolah. Alokasi anggaran untuk buku di masing-masing sekolah juga ditambahkan untuk program ini.

Akan tetapi, untuk jenjang Sekolah Dasar, selain program dan ketersediaan buku yang mendukung, ada hal yang perlu diperhatikan agar tujuan diadakannya Gerakan Literasi Sekolah dapat tercapai. Dengan demikian, program yang baik tidak hanya menjadi wacana dan terlaksana tanpa arah tetapi benar-benar dapat memberikan dampak positif dan menjadi membaca menjadi budaya di kalangan siswa Sekolah Dasar.

Hal yang perlu diperhatikan ketika akan melakukan kegiatan pembiasaan membaca wajib adalah kecenderungan siswa Sekolah Dasar untuk ingin mengetahui bahwa membaca adalah hal yang penting dan bermanfaat. Sebagai guru maupun orang tua, pastilah sering mendengar anak menanyakan sesuatu dengan kata "mengapa" atau "kenapa". Hal ini dikarenakan, tahap usia kanak-kanak akhir atau siswa Sekolah Dasar, menurut Piaget (Ritta Eka Izaty dkk, 2008: 106) disebutkan bahwa siswa berada pada fase operasional konkret. Pada tahap ini siswa akan berpikir logis sederhana dan menghubungkan sebab akibat atas kegiatan yang harus mereka laksanakan.

Keterampilan membaca akan diperoleh ketika siswa telah membaca buku berkali-kali sehingga ia memiliki beragam kosa kata yang telah dipahami. Hal tersebut tidak serta-merta dimiliki oleh seorang siswa secara langsung. Akan tetapi, keterampilan membaca diperoleh dari kegiatan pembiasaan yang direncanakan oleh guru.

Oleh karena itu, siswa pada tahap perkembangan ini harus ditujukkan manfaat dan pentingnya membaca, serta akibat jika tidak menyukai kegiatan membaca. Nasehat secara lisan tentu sangat diperlukan oleh siswa. Akan tetapi cara berpikir siswa yang logis akan membuat siswa lebih mudah memahami sesuatu ketika ia mengaktualisasikan diri ke dalam kegiatan tersebut. Dengan demikian, ia akan mendapatkan pengalaman nyata untuk menghubungkan manfaat membaca bagi dirinya sendiri.

Gerakan Literasi Sekolah telah memberi fasilitas untuk siswa agar mengaktualisasikan diri dalam membaca. Akan tetapi, tahap aktualisasi diri siswa tidak dapat hanya dengan membaca tanpa tindak lanjut. Hal yang tidak kalah penting dalam Gerakan Literasi Sekolah adalah mengaktualisasikan siswa untuk memiliki pengalaman nyata dan paham bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang diminta guru dan temannya karena ia membaca. Kegiatan mengaktualisasikan diri secara lisan untuk membahas isi buku yang telah dibaca dapat dijadikan salah satu solusi. Dengan demikian, siswa tidak hanya membaca saja dan berhenti ketika waktu baca telah selesai tetapi memahami apa yang dibaca.

Terdapat banyak hal yang dapat dilakukan guru untuk melakukan interaksi secara lisan dengan siswa. Salah satunya adalah melaksanakan dialog dengan siswa dan berdiskusi tentang isi bacaan sebuah buku. Hal tersebut dapat dilakukan dengan salah satu siswa yang telah selesai membaca sebuah buku dapat menceritakan isi buku tersebut, lalu guru memimpin diskusi dengan seluruh siswa. Diskusi yang dilaksanakan di jenjang Sekolah Dasar dapat dihubungkan dengan berbagai hal yang ada di sekitar siswa maupun yang hanya dapat diketahui dengan membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun