Mohon tunggu...
Zainal A. Latar
Zainal A. Latar Mohon Tunggu... karyawan swasta -

selalu sederhana, dan menginginkan banyak teman..menulis untuk kemanusiaan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ramainya Politik Dukungan di Pilpres

21 Juni 2014   22:26 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:53 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilpres kali ini agak sedikit berbeda dari pilpres-pilpres sebelumnya karena hanya diikuti oleh dua pasangan capres-cawapres. Sebagian orang menganggap ini terlalu sedikit dikarenakan kita kehilangan banyak pilihan namun disisi lain sebagian kalangan lagi menganggap sudah ideal hanya dua pasangan karena kita tidak dibingungkan dengan banyak pilihan. Namun lupakan berdebat banyak atau sedikitnya pasangan capres-cawapres karena realitanya sekarang kita hanya punya dua pasangan capres-cawapres ini.

Karena hanya dua pasangan capres-cawapres (head to head) maka dorongan dukungannyapun hanya seputar dua pasangan ini. Kalau tidak ke Prabowo-Hatta ya ke Jokowi-JK, berbeda kalau anda golput maka anda adalah orang yang tidak punya pilihan poltik.

Karena hanya dua pasangan maka ada fenomena menarik yaitu terjadi segmentasi pendukung ke Prabowo-Hatta dan ke Jokowi-JK. Tak jarang menimbulkan fanatisme yang berlebihan ketika saling melontarkan dukungan baik melalui jejaring social dan media. Sampai-sampai kampanye hitan (black campaign) sampai kampanye negative (negative campaign)pun tak bisa dihindarkan, maklum hanya dua pasangan membuat pertarungan semakin seru karena wilayah pertempuran juga hanya ada di dua blok sehingga saling serang menyerangpun menjadi seru.

Terlepas dari ramainya politik serang-menyerang dalam pertarungan pilpres kali ini, ada satu yang juga menarik perhatian kita adalah pertarungan dalam meraup simpati dan dukungan dari berbagai kalangan bagi para capres. Hampir tiap hari diberbagai media elektronik, cetak maupun on-line memuat proses deklarasi dukung-mendukung yang mengalir ke para capres. Mulai dari kelompok elit sampai paguyuban masyarakat kecil (tukang becak, angkot, ojek bahkan buruh).

Politik Dukungan dan Dukungan Politik

Sebelumnya Partai politik juga melakukan lobi-lobi politik untuk mendapatkan dukungan bagi capresnya. Parpol sebagai lembaga politik yang melakukan rekrutmen kader dan mendorong regenerasi kepimpinan dalam masa-masa pendaftaran pilpres juga melakukan lobi-lobi politik untuk meraup dukungan dari parpol lainnya. Maklum pada pileg kali ini tak ada satu partaipun yang memenuhi syarat pencalonan capres secara sendiri karena tidak memenuhi presidential threshold 20 persen dan 25 persen suara nasional yang disyaratkan UU sehingga koalisi antar partai harus diambil dan ternyata segmentasi dukungan partai-partaipun hanya menjadi dua poros yang sekarang mendukung dua pasangan capres-cawapres.

Segmentasi dukungan ini juga terjadi pada kelompok social masyarakat seperti pada para purnawirawan ABRI yang terbelah dua, ada yang ke Prabowo-Hatta dan ada yang ke Jokowi-JK. Hal yang sama juga terjadi pada kaum intelektual, aktifis bahkan para ulama dan rohaniawan. Saking serunya berkompetisi para purnawirawan ABRI saling ribut dan ribut para purnawirawan ini terkategori yang paling seru sepanjang era reformasi. Saling membuka kesalahan dan kejelekan masa lalu di militer menjadi tontonan terbuka hari-hari terakhir ini. Para ulama saling menghujam dalil-dalilnya terkait kepemimpinan versi ajaran agama. Kaum intelektual menitikkan pesan idealnya terkait dukungan mereka, para aktifis saling menghujat sesama lawan politik tentang kebenaran keberpihakan pilihan politik mereka tanpa ada salah. Para tukang becak tidak mau kalah sampai-sampai beradu jotos untuk meyakinkan nurani dan tekadnya bahwa pilihannya telah tepat dan sempurna tanpa berpikir setelah babak belur siapa yang akan menanggung ongkos berobatnya.

Pokoknya sebagian besar elemen masyarakat telah tersegmentasi dalam politik dukungan ataupun dukungan politik. Sebagian lagi masih cuek dan mungkin saja tak mau peduli dengan riak, riuhnya pilpres. Ini dapat ditunjukkan dengan adanya lembaga survey yang merilis hampir 40 persen pemilih kita masih belum punya pilihan (swing voters).

Ada yang menggunakan politik dukungan sebagai sandaran untuk bermain dalam pilpres dan ada yang menggunakan dukungan politik untuk menunjukkan keberpihakannya dalam politik pilpres. Bagi mereka yang cenderung memakai politik dukungan biasanya memberikan dukungan dengan berbagai bargainisasi politik. Kalau ada koalisi antar partai yang disepakati dengan bergainisasi tertentu biasanya jabatan struktural pemerintahan seperti menteri, kepala lembaga tertentu dan lainnya atau bargainisasi kelompok masa maupun individu tertentu terhadap partai maupun capres-cawapres dengan iming-iming jabatan tertentu masuk dalam kategori politik dukungan. Kenapa saya sebut lebih pada politik dukungan karena dukungan yang diberikan lebih dominan pada pertimbangan bargainisasi tadi. Ada kepentingan-kepentingan politik didalam dukungan tersebut.

Sedangkan dukungan politik biasanya kebanyakan hanya ada pada segmentasi masyarakat pada umumnya yang dominan rasional dan tidak terkontaminasi politik suku, ras dan etnis serta semua yang berbau politik sectarian dan bagi-bagi kursi atau jabatan. Kebanyakan yang melakukan dukungan politik lebih pada melihat rekam jejak dan program. Mereka ini biasanya masuk dalam segmentasi pemilih rasional yang cenderung memilih dengan hati nurani tanpa terpengaruh oleh intrik politik yang cenderung pada pencitraan, black campaign dan lainnya. Ya, lebih pada hanya sebatas dukungan biasa yang menurut mereka ideal. Apa yang terjadi pada kedua tukang becak yang saling jotos terkait dukung-mendukung capres-cawapres adalah bagian dari tipikal para pemilih yang mengedepankan dukungan politik karena yang mereka lakukan adalah memberikan dukungan tanpa memperhitungkan apa yang mungkin didapat dari pasangan capres-cawapres.

Selanjutnya mari kita serahkan dukungan politik kita pada pilpres kali ini tanpa adanya intimidasi, tanpa terpengaruh politik citra, tanpa terpengaruh money politik, tanpa terpengaruh politik sectarian dan lainnya. Mari suarakan dukungan kita dengan rasionalitas kita, dengan hati nurani kita dan dengan kecerdasan kita sehingga dukungan politik kita pada pilpres kali ini sesuai harapan dan lebih pada tanggung jawab moril kita untuk menjadikan proses politik dan pendidikan politik kita menjadi lebih baik. Semoga[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun