Mohon tunggu...
Mohammad Fajar
Mohammad Fajar Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

nice to meet you...\r\nhttp://fjr66.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat Terbuka Buat Elfi Yuliza

6 Oktober 2015   19:35 Diperbarui: 6 Oktober 2015   19:35 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini masih berkaitan dengan tulisan saya sebelumnya yakni mengenai kasus saya yang sampai saat ini masih mengendap di Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah. Sebenarnya saya juga ga begitu paham kenapa saya selalu saja berurusan dengan polisi? Entah karena ditilang, perpanjangan SIM, atau mungkin karena kasus kecelakaan kendaraan bermotor, tiba-tiba ada lagi urusan saya dengan kepolisian. Tapi saya menganggap itu semua hanyalah drama yang silih berganti menerpa hidup saya. <br />
Jadi masalahnya gini. Doktor Sahrul Saehana masih bersikeras ingin memberi pelajaran kepada saya. Dan untuk itu kasus saya masih mengendap di kepolisian entah sampai kapan. <strong>Saya kurang tahu persis apa yang jadi isi kepala Doktor Sahrul Saehana</strong> hingga memperumit hal yang seharusnya mudah. Apa susahnya dia cabut aja laporannya. Kebetulan dia punya kakak kandung (satu ayah, beda ibu), sebut saja namanya Tante Hasna&nbsp; yang masih bertetangga persis dengan rumah tante saya. Dan kemarin ayah saya datang bersamaan dengan Tante Hasna ini agar Doktor Sahrul Saehana mencabut saja laporannya di kepolisian itu. Apa mungkin karena dia sudah jadi doktor ya… (baca: doktor termuda se sulawesi tengah) hingga tidak digubrisnya permintaan dari saudara kandungnya ini, I don’t know.&nbsp; <br />
Dugaan pertama, Doktor Sahrul Saehana tidak ingin tersaingi karirnya sebagai ilmuan berprestasi di Sulawesi Tengah. Adanya saya yang juga sama-sama ilmuan di mata Doktor Sahrul Saehana dipandang berpotensi menjadi saingan berat bagi beliau dalam meniti karir sebagai ilmuan. Oleh karena itu maka dibuatlah saya berurusan dengan polisi. Jika saya sudah bermasalah dengan polisi dan kemudian saya diputuskan bersalah oleh pengadilan, otomatis saya sudah tidak bisa lagi merintis karis sebagai ilmuan berprestasi, dan kemudian besar masa depan saya menjadi suram. Artinya tidak ada lagi saingan yang berarti bagi Doktor Sahrul Saehana dalam meniti karir. <br />
Saya yakin Doktor Sahrul Saehana sudah sangat memperhitungkan fakta ini. Beliau bahkan berkata kepada ayah saya, “saya kasian tuh sama si Fajar, jadi tak perlu kuatir pak, itu cuma dua bulan di penjara. Hanya sekedar memberi pelajaran.” Apa yang saya baca adalah <strong>Doktor Sahrul Saehana tidak ingin terkesan seperti penjahat</strong>. Dia mencoba bermain secara cerdik dalam persoalan ini. Dia ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa dia peduli dengan saya, walaupun di kesudahannya saya akan kehilangan masa depan gara-gara berurusan dengan beliau ini. <br />
Sebenarnya ini dikarenakan saya sendiri secara nature memang rentan mendapatkan masalah. Anda bisa liat sendiri saya orangnya seperti apa. Saya punya banyak kekurangan. <br />
Kesalahan terbesar dari Doktor Sahrul Saehana adalah <strong>beliau menduga bahwa saya sama sekali tidak tahu dengan kekurangan saya itu</strong>. Dan karena dugaannya itu, dia kemudian memberi pelajaran kepada saya. <br />
Sebenarnya masalah bau saya ini bukan masalah yang simple sesederhana yang Doktor Sahrul Saehana pikirkan. Jika Doktor Sahrul Saehana menganggap, <strong>apa susahnya mengobati bau</strong>, sebenarnya saya itu sudah lama kepikiran tentang bagaimana mengatasi bau saya ini. Saya sejak SMA sudah melakukan berbagai macam ikhtiar untuk mencari tahu apa penyebab bau badan serta bau mulut saya ini.<br />
Jika Doktor Sahrul Saehana benar-benar kasian dan peduli pada saya, dan benar-benar peduli dengan masalah bau saya, ga usah beliau carikan saya dokter atau terapis atau apa biar bau saya hilang. Yang saya minta adalah coba Doktor Sahrul Saehana <strong>browsing di google apa-apa saja penyebab-penyebab bau badan dan bau mulut bisa ada pada tubuh seseorang</strong>. Atau kalo mau mudahnya saya beri saja beberapa contoh query misalnya: “what is the cause of bad smell in my mouth,”; “how to cure bad smell”, dan lain-lain semisalnya. <br />
Kalo Doktor Sahrul Saehana tidak mau tau,&nbsp; maka itu dikarenakan penyebabnya bukan bau mulut. Straighforward aja ngomongnya Pak Doktor, “saya jijik dengan si Fajar.” Ga usah diputar-putar dengan kalimat-kalimat dengan nada sok suci yang menimbulkan polemik di masyarakat. Anda pikir rasisme ditumbulkan oleh bau gitu? <br />
Jadi eksistensi Doktor Sahrul Saehana ini bukannya membantu meningkatkan kualitas hidup saya (misalnya dengan menghilangkan bau saya), malah beliau membuat saya semakin jauh dari apa-apa yang saya butuhkan agar bau ini bisa hilang dari badan saya. <br />
Hal yang kedua yang jadi soal adalah Doktor Saehana ini menuduh bahwa saya mencoba mencemarkan nama baik beliau sebagai ilmuan berprestasi. Katanya Doktor Sahrul Saehana, saya menuduh beliau melakukan manipulasi data dalam eksperimen beliau dalam pembuatan desertasi doktoralnya. Padahal nyatanya adalah yang lebih dulu mengeluarkan desas desus itu adalah Elfi Yuliza, asisten kesayangan beliau sendiri. Saya hanya mendengar sepintas lalu. Adapun sumber fitnahnya adalah karena saudari Elfi Yuliza mengeluarkan statement di lab nano material ITB, <strong>bahwa data penelitian Doktor Sahrul Saehana dan data penelitian Elfi Yuliza tidak sama hasilnya</strong>. <br />
Seharusnya yang Doktor Sahrul Saehana laporkan di kepolisian ini adalah si Elfi Yuliza ini. Karena dia yang lebih dulu mencipratkan desas desus dugaan manipulasi data tersebut. Adapun saya hanya sebatas ikut ikutan. <strong>Harusnya mana yang jadi sumbernya, itu yang dia hakimi lebih dulu.</strong>

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun