Mohon tunggu...
CHILYATUZ ZAKKIYAH
CHILYATUZ ZAKKIYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Interested to public speaking, student exchange and scrapbooking.

Hi everyone, nice to meet you. Aku seorang Mahasiswa Baru di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya yang ingin bisa menguasai beberapa bahasa dan traveling ke beberapa negara di dunia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mimpiku Tidak Gagal, Hanya Berubah

7 November 2021   01:03 Diperbarui: 7 November 2021   01:16 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mimpiku Tidak Gagal, Hanya Berubah

"Kuliah merupakan suatu anugerah yang patut disyukuri", begitulah ujar Najwa Shihab atau yang akrab disapa mbak Nana saat memberikan pesan untuk para pemuda di Indonesia. Pasalnya, untuk bisa merasakan bangku perkuliahan harus berjuang dengan keras terlebih dahulu dan pastinya menguras banyak waktu, tenaga, serta pikiran. Banyak pula tantangan yang harus dihadapi, mulai dari kendala biaya atau ekonomi hingga restu orang tua. Perjalanan saya untuk kuliah di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya juga memiliki tantangan tersendiri, karena keluarga saya tidak memberikan restu pada Program Studi yang saya ambil di bidang Kesehatan.

Berawal dari saya yang gagal untuk kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Negeri melaui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan gagal lagi di jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri), akhirnya saya pun mencoba untuk mengikuti jalur PBSB (Penerimaan Beasiswa Santri Berprestasi) yang diadakan oleh Kementrian Keagamaan dengan hasil saya hanya lolos pada tahap seleksi administrasi dan tidak bisa untuk melanjutkan pada tahap selanjutnya, lagi dan lagi saya mengalami kegagalan. Namun saya tetap tidak menyerah, saya berpikir jatah kegagalan dalam hidup saya memang harus dihabiskan.

Saya pun mencoba untuk mendaftar di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya melalui jalur mandiri-prestasi pada Program Studi S1 Gizi dan Alhamdulillah saya lolos. Saya senang bukan kepalang, saya berikan kabar bahagia itu pada ibu dan kakak-kakak saya. Namun sehari setelah saya berikan kabar bahagia tersebut, ibu dan kakak saya mengatakan keberatan jika saya mengambil Program Studi Gizi. Ibu dan kakak meminta agar saya mengundurkan diri dari Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya dan kuliah di daerah sekitar Kota Mojokerto saja. Namun dengan tegas saya menolak, karena saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk kuliah pada Program Studi yang saya impikan setelah beberapa kegagalan yang saya lalui. Saya sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi, karena Ibu dan kakak tetap teguh pada pendiriannya. Kemudian, dengan berat hati saya harus mengalah, mengundurkan diri dari Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.

Saya pun memutuskan datang ke sekolah dengan ibu saya agar dibantu dalam pembuatan surat pernyataan pengunduran diri. Saya masih tidak percaya dengan apa yang saya alami, setiap hari saya selalu menangis, tidur saya tidak pernah nyenyak karena mencoba melupakan apa yang baru saja terjadi namun tetap tidak bisa, yang ada malah membuat rasa sedih saya bertambah. Saya tidak ingin kuliah di Mojokerto, saya ingin memperluas relasi dan ingin mencari suasana baru. Beberapa hari kemudian, muncul ide gila dalam otak saya, saya akan berencana untuk kabur berangkat ke Surabaya sendiri. Namun mengingat bahwa kabur adalah cara yang terlalu berisiko, saya mencoba untuk mencari cara lain agar tetap bisa kuliah di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Akhirnya, muncullah ide yang lebih waras dalam otak saya, yakni melakukan negosiasi. Dengan penuh tekad dan keyakinan, saya mencoba melakukan negosiasi dengan ibu dan kakak. Saya memberikan pilihan jika saya kuliah di Mojokerto, maka setelah lulus nanti saya akan tetap kuliah lagi dengan Program Studi yang saya impikan menggunakan uang saya sendiri atau memilih untuk mengizinkan saya kuliah di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya serta saya mencoba memberikan pengertian bahwa saya ingin menjalani kuliah dengan nyaman tanpa paksaan, karena bagaimanapun yang nantinya menjalani kuliah adalah saya bukan ibu maupun kakak. Ibu dan kakak memilih untuk mengizinkan saya tetap kuliah di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya dengan syarat pindah dari Program Studi yang berkecimpung di bidang kesehatan, saya pun menyetujuinya dan memutuskan untuk mengambil Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris karena saya sangat suka dengan Bahasa Inggris.

Saya dan ibu datang lagi ke sekolah untuk memberitahukan kepada pihak sekolah bahwa saya tidak jadi mengundurkan diri, syukur Alhamdulillah surat pernyataan pengunduran diri yang telah dibuat oleh pihak sekolah belum dikirimkan pada pihak Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Pihak sekolah mencoba mengonfirmasi pada pihak Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya bahwa saya tidak jadi mengundurkan diri dan akan pindah Program Studi, Alhamdulillah keputusan tersebut disetujui oleh pihak universitas. Selanjutnya, saya menyelesaikan biaya pada semester satu dan sekarang dapat menjalani kuliah dengan penuh rasa syukur.

Dari perjalanan kuliah saya yang menurut saya penuh dengan lika-liku, saya dapat memetik pelajaran bahwa rencana Tuhan begitu indah. Saya juga berpikir kelak jika menjadi seorang ibu, saya ingin menjadi ibu yang memberikan kebebasan pada anak untuk memutuskan menempuh pendidikan sesuai dengan pilihannya sendiri.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun