Mohon tunggu...
Prasodjo prijonggo
Prasodjo prijonggo Mohon Tunggu... -

Pernah bekerja di perusahaan multi nasional, sekarang pensiun dan menyukai novel pramudya ananta tur, remy silado dan dan brown.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Timnas Jadilah Ad Astra per Aspera dan Jangan Divide et Impera

14 Desember 2010   04:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:45 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Saya awali tulisan ini dari kata kata Boaz salosa, yang gagal masuk Timnas karena dianggap indisipliner, " Jika lewat Naturalisasi dianggap bagus ngapain kita bikin banyak banyak Liga ". Demikian uneg uneg Boaz, dia tidak mempermasalahkan bahwa dia terbuang, tidak juga menyalahkan naturalisasi, tapi mengeluhkan banyaknya kompetisi dan tanpa arah jelas, jenjang umur, serta koyinuitas kompetisi dari anak, remaja, junior sampai senior, ustru ketidak adanya kesinambungan ini membuat mereka yang berbakat dalam kelompok umur tertentu menjadi missing link. Hampa karena terputus dari rantai kompetisi yang dapat mengantarkan ke pemain senior. Boaz juga berkata bahwa ada Liga Super, Divisi Utama, Divisi 2, Piala Indonesia. begitu banyak pertandingan dibuat tapi toh tetap mengambil pemain Naturalisasi. Jadi boleh dikata pembinaan PSSi gatot, alias gagal total.

Menjelang pertarungan dengan Philipine saat ini Timnas secara utuh sudah dalam jalur yang benar dengan pelatih yang benar, jadi untuk sementara kita lupakan saja isi dari Timnas yang terdiri dari racikan Keturunan, naturalisasi dan Asli. Tujuan Timnas saat ini adalah menjadi juara AFF dan selanjutnya juara Seagames tahun depan. Mari bersama sama kita bahu membahu agar Timnas benar benar berthema Ad Astra per Aspera - through hardship to the stars - dengan kerja keras menuju derajad tertinggi. Saya setuju dengan SBY bahwa kunjungan dia untuk menyemangati dan jangan menjadikan beban, nice dan wisdom, kali ini saya angkat topi untuk pak Beye, walau dalam beberapa hal saya  berseberangan, namun apa yang dia ucapkan kali ini  sungguh menyejukkan hati Timnas. Demikianlah seharusnya  seseorang dalam kedudukan yang memungkinkan untukmemberikan semangat mengucapkannya tanpa membebani.

Kita mafhum bahwa saat ini didalam Timnas ada pemain keturunan dan naturalisasi namun untuk mencapai tujuan juara untuk sementara janganlah itu dijadikan sebuah thema - Devide et impera - pecah belah dan kuasai, warisan kumpeni belanda. Biarlah sementara ini berpadu dulu homogen, tanpa mengurangi rasa hormat pada Boaz. Biar Timnas ini padu dan unjuk kebolehan menjadikan idaman Publik pencinta bola Indonesia sekali sekali berpawai di jalan jalan ibukota dengan bendera Merah Putih bahwa Indonesia Kampiun Asean di bidang bola. Suasana yang langka terjadi dan kita berikan dukungan pada Timnas, apapun isi dan bentuknya. Apakah ada logo Garuda Bhineka Tunggal Ika yang dipermasalahkan David Tobing karena bukan logo PSSI. Untuk saat ini selama PSSI masih dikuasai rezim Nurdin Halid, janganlah dipasang didada pejuang pejuang Timnas  ini. Biarlah logo Garuda Didadaku bisa menjadi bahan bakar penyemangat Timnas. Alangkah lucunya kalau yang dicium Gonzales ketika melesakkan goal ke gawang Malaysia adalah lambang PSSI dan bukan Garuda Pancasila. Padahal yang dia inginkan menjadi Warga Negara Indonesia secara Nation Indonesia, sebuah Geopolitik dari Sabang sampai Merauke bukan Indonesia PSSI.

Saya termasuk yang kurang setuju dengan jalan pintas PSSI  dengan  menjadikan Timnas melalui Naturalisasi, namun untuk sejenak saya harus melupakan hal ini karena momentum Timnas saat ini lagi bagus bagusnya dengan dukungan publik untuk dapat berprestasi emas. Bahwa setelah ini niat PSSI untuk menambah 5 pemain Naturalisasi lagi, bisa kita duduk bersama untuk bersilang pendapat, adu argumentasi untuk menolak atau menerima naturalisai untuk pemain Timnas. Jangan latah dengan Philipine, atau Malaysia dan Singapore yang banyak pemain naturalisasi di bidang Olahraga. Harap dibedakan antara Naturalisasi dan Keturunan, karena keturunan adalah masih WNI yang kebetulan lahir di negeri lain dan main di Liga lain.

Saat ini marilah kita padu dulu dengan Timnas AFF, berjuang keras meraih prestasi bintang, prestasi juara, prestasi kampiun, mengangkat tinggi tinggi nama Nation Indonesia . Biarlah Keturunan, Naturalisasi dan Asli bahu membahu mempersembahkan prestasi gemilang. Jangan hilangkan momentum yang sedang tumbuh kembang menjadi layu. Saya percaya bunga rampai di Timnas saat ini bisa menulis sejarah dengan menjadi juara AFF dan Seagames. Kalau toh ada ganjalan dari pemain Asli dengan hadirnya pemain Naturalisasi dan Keturunan, saat ini kita lupakan dulu, kita hilangkan Devide et Impera dan kita jadikan Ad Astra per Impera. Mudah mudahan kali ini berhasil menjadi KAMPIUN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun