Sungguh benar sekali Pak Laurens Bahang - Ketua Forum Pariwisata NTT - mempertanyakan kredibilitas New7 Wonders of the World menyangkut perlakuan terhadap Komodo yang akan didepak dari list balon 7 keajaiban baru dunia. Dan ketika Depbudpar tegas kepada  mereka , berbalik mau memasukkan kembali kedalam daftar balon namun dengan imbalan sejumlah dollar. Ini sepertinya yayasan ecek ecek.
Asal usul kegaduhan ini adalah yayasan tersebut mengancam akan menghilangkan Komodo dari daftar balon 7 Keajaiban Dunia Baru, kalau Depbudpar tidak mau menyetor sejumlah uang ke account mereka dan tidak menarik diri sebagai tuan rumah pengumuman pemenang yang masuk ke 7 Keajaiban Dunia Baru. Reaksi Depbudpar ini kali saya acungin jempol ke  karena mereka berani menolak keinginan Yayasan yang kita tidak tau juntrungnya itu. Bayangkan Yayasan itu memeras Depbudpar agar setor USD10juta supaya Komodo masuk daftar balon lagi dan harus mau jadi tuan rumah event pengumuman pemenang dengan menyetor USD35juta. Edhan tenan kalau ini dituruti, karena ini akan menjadi beban APBN alias uang rakyat hanya untuk menjadikan Komodo sebagai salah satu 7 Keajaiban Baru. Weleh weleh kita mafhum bahwa ada sedikit keuntungan dengan meriahnya pilihan 7 Keajaiban Baru Dunia di dunia maya, dan sedikit banyak menyumbang ketenaran Komodo serta Indonesaia, ujung ujungnya akan menambah jumlah turis ke daerah NTT khusunya ke situs Komodo. Sejatinya  uang setara Rp. 400 Milliar tidaklah seimbang dengan hanya memasukkan Komodo dalam List 7 Keajaiban Dunia. Apalagi setelah kita dilecehkan dengan ancaman New 7Wonder of the World, rasanya seperti kita ini jadi anak kecil saja yang tunduk pada Yayasan yang tidak keruan juntrungnya. Karena kita tidak tau apakah Yayasan ini didukung oleh Unesco PBB yang biasanya mengurusi hal hal World Heritage. Untuk pemilihan seperti ini didunia maya mereka yang mafhum untuk membikin Website , bisa saya membuat pemilihan seperti ini. Jadi janganlah kita mudah ditipu tipu.
Kalau saja uang Rp.400 Milliar digunakan untuk memperbaiki sarana dan prasarana untuk memudahkan dan menyamankan para pelancong mengunjungi situs Komodo akan jauh sangat bermanfaat. Prasarana jalan, pelabuhan, komunikasi, hotel, atraksi, kredit untuk putra tempatan berdagang supaya dapat menikmati limpahan belanja para pelancong akan sangat lebih bermanfaat. Karena multiplier effect dari datangnya pelancong ke NTT dan situs Komodo akan menghidupi secara mandiri ekonomi tempatan. Jadi jangan tunduk pada yayasan termaksud dengan membuang uang rakyat secara tidak berguna. Sudah tepat Kembudpar menolak niat jelek Yayasan 7Keajaiban Dunia Baru tersebut.
Malaysia saja yang tidak mempunya situs 7 Keajaiban Dunia ditahun 2010 dapat menggaet 14 juta Wisman masa kita punya Danau Toba, Borobudur, Tulamben, Bunaken, Raja Ampat belum lagi Budaya Tempatan yang Adiluhung nguyo masuk 7New Wonders of the World. Thailand turisnya mencapai diatas 20 juta, masak kita kalah dengan banyaknya situs yang menarik baik dari segi keindahan maupun budaya tempatan. Yang dibutuhkan adalah Kreatifitas Human Capital dari Depbudpar untuk menggenjot kinerja Depbudpar. Juga keputusan PolitikPemerintah untuk memberikan Dana yang cukup banyak ke Depbudpar dalam APBN untuk membenahi Situs dan promosi besar besaran dengan fokus. Mengingat luasnya Nusantara ini barangkali fokus tiap tahun ke situs tujuan wisata berbeda ditiap daerah unggulan, katakan tahun ini Khusus mempromosikan Raja Ampat (tentu juga digenjot sarana dan prasarananya), tahun depannya Danau Toba, dilanjutkan dengan Bunaken dan seterusnya dan seterusnya. Ini akan lebih berhasil daripada dana dipakai meyebar. Setelah produk Tujuan Tempatan berhasil maka APBD tempatan berperan dalam pemeliharaan situs termaksud. Ini hanya sekedar pemikiran dari orang awam saja.
Indonesia hanya mencapai 7juta Wisman tahun 2010 rasanya kok sedikit amat ya mengingat Tujuan daerah Wisata Nusantara yang mempunya situs bervariatif dibanding Artifisialnya Singapore, Truely Asianya Malaysia dan Sawasdee Thailand. Jadi biarkan saja 7Wonders of the World berteriak teriak dan mengancam mending uang segitu besar digunakan untuk membenahi sarana dan prasarana NTT dengan situs Komodonya. Abaikan saja gonggongan Yayasan tersebut dan semoga Insan Sapta Pesona sadar dan lebih kreatif dalam mengelola situs pariwisata, lebih pandai mengajukan proyek agar masuk DIPA dan APBN dan jeli dan hati hati mengelola dana yang sudah didapat.
Tweet@bandungprasodjo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H