Lockdown adalah kebijakan drastis yang diambil pemerintah di mana suatu wilayah diisolasi baik terhadap warga yang mau keluar maupun yang ingin masuk. Isolasi juga diberlakukan terhadap aktifitas warga di wilayah itu, seluruh warga (kecuali petugas) dilarang keluar rumah.
Strategi Lockdown yang ditempuh pemerintah China dianggap sangat berhasil dilaksanakan. Dalam kurun waktu kurang dari dua bulan sejak kebijakan Lockdown diterapkan, jumlah pasien yang dinyatakan positif berkurang drastis bahkan mendekati nol.
Sejak 22 Feb 2020, jumlah kematian karena korona terus menurun. Walaupun masih ada kasus yang dilaporkan itu terjadi di luar kota Wuhan dan merupakan kasus import, yaitu warga China yang pulang dari negara lain. Lihat chart:
Negara-negara di Eropa saat ini terus-menerus melaporkan kasus baru dan korban tewas yang terus meningkat.Â
Negara-negara lain juga mencoba menerapkan strategi Lockdown seperti yang diterapkan di China, namun hingga kini kebijakan itu belum menunjukkan hasil yang nyata.
Ternyata menerapkan kebijakan Lockdown tidak semudah mengatur siasat militer, karena yang dihadapi ada dua "mahluk" yaitu: Virus dan Rakyat sendiri.
Lalu bagaimana China menerapkan Kebijakan Lockdown di negaranya? Berikut ulasannya:
Begitu mengetahui bahwa gejala Peunomonia yang dialami beberapa warga Wuhan adalah sebuah Pandemi, pemerintah China langsung mengambil langkah "Mengunci Kota" atau lebih populer disebut Lockdown.
Wuhan dan beberapa kota lainnya di China ditutup baik untuk keluar maupun untuk masuk. Warganya disuruh berdiam di rumah, pabrik-pabrik, tempat usaha, mall dan area publik langsung ditutup.Â
Pemerintah langsung mengambil alih dan mengawasi seluruh aktifitas wargannya hingga produksi dan distribusi barang konsumsi untuk warganya pun diambil alih dan diatur pemerintah.
Ada dua aspek yang membuat China berhasil menjalankan program Lockdown: (1) Aspek Politik dan (2) Aspek Teknologi. Kedua aspek itu sangat strategis dan saling mendukung.Â