Seringkali kita dibuat penasaran ketika membaca judul berita online. Judul berita yang kita baca begitu menghebohkan atau bernada provokatif. Namun ketika kita baca isi beritanya ternyata tidak sesuai dengan judulnya. Antara judul dengan isi tidak relevan. Begitulah gaya penyajian berita online sekarang.Â
Pembaca "disihir" agar mau membaca / membuka isi beritanya. Kesannya adalah tidak penting harus ada relevansi antara judul dengan isi berita. Yang penting bagi mereka, warganet (netizen) membuka dulu link berita itu. Itulah gaya kebanyakan portal berita / situs berita dalam industri media sekarang.Â
Gaya tersebut kebanyakan kita temukan pada situs berita abal-abal. Sejatinya situs-situs itu bukanlah sebuah PORTAL BERITA melainkan sebuah BLOG PRIBADI yang sudah dibeli nama domainnya dan dipoles tampilannya dan disamarkan seolah-olah sebuah Portal Berita. Dengan kemampuan meramu informasi sana-sini dan melay-out jadilah sebuah "Karya Jurnalistik Semu" Â yang tak beretika. Yang lebih parah lagi bila materi berita yang disajikan sangat tendensius dan provokatif. Ini banyak kita temui pada saat musim kampanye politik.Â
Hal diatas diperburuk dengan ketidak-mampuan warganet dalam membedakan mana portal berita resmi dan mana yang abal-abal alias gadungan. Warganet yang daya cernanya masih rendah langsung menelan mentah-mentah dan ada yang membagikan/share ke akun media sosial miliknya. Tentu saja hal itu akhirnya menimbulkan kontroversi.Â
Ada framing (penggiringan opini) dalam pembuatan judul yang dipilih. Sering sekali pembaca terjebak dalam framing judul yang ditampilkan. Ada kesan yang diinginkan oleh pembuat berita, bahwa pembaca tidak perlu membuka dan membaca konten berita, cukup baca judulnya saja. Judul dibuat se-provokatif mungkin, dan mendorong pembaca untuk segera men-share. Ada kebanggaan bila jadi orng pertama yang menemukan dan men-share informasi yang bombastis tersebut, tanpa melakukan cross-check atau setidaknya membaca isi dari berita itu.Â
Dampak negatif dari fenomena itu adalah bahwa sekali sebuah issue diunggah ke dunia maya, maka dengan kecepatan melebihi kilat, seluruh negeri jadi heboh. Bagi mereka yang merasa segolongan (sekubu) yang memang menunggu-nunggu berita seperti itu maka issue tersebut dianggap sebuah kebenaran. Dan celakanya mereka sulit untuk dirubah persepsinya.
Pemerintah lewat berbagai instansi dan tokoh selalu mengingatkan hendaknya kita cerdas dan waspada terhadap konten-konten hoax dan fitnah. Hal itu sudah banyak bukti bahwa ternyata issue tersebut hanya hoax dan fitnah oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.Â
Sebenarnya sah-sah saja sebuah berita membuat judul yang "menjual", dan memang harus seperti itu agar pembaca tertarik untuk tahu lebih dalam dan dilanjutkan dengan membaca detil konten dari berita itu. Namun hendaknya redaksional judul benar-benar mencerminkan konten berita itu sendiri. Merupakan representasi materi berita yang ingin disampaikan. Â
Penulis sering sekali "menegur" pemilik akun medsos yang terburu-buru men-sharing sebuah berita yang tendensius, yang hanya menonjolkan judulnya saja. Bahkan hanya berupa screenshot-nya saja. Penulis menanyakan: "Apakah anda sudah membaca isi beritanya secara keseluruhan, jangan hanya judulnya saja?".
Kenyataan dibalik Judul Berita yang Menyesatkan itu hanyalah: