Mohon tunggu...
Isa Azahari
Isa Azahari Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultant SDM

Pemerhati Pembangunan Ibukota Negara Baru. Ngakunya milenial dan Ingin berkontribusi lebih.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menyambut Ibu Kota Baru, Siapkah Kita?

13 Maret 2020   10:04 Diperbarui: 13 Maret 2020   21:44 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Secara prioritas, tuntutan untuk dibangunnya Ibukota Negara (IKN) Baru sangat tinggi. Berbagai diskusi dan kajian normatif memenangkan argumentasi akan perlunya Indonesia memiliki IKN baru. Disini penulis tidak akan membahas diskursus yang terjadi antara yang setuju dengan yang menentang. Oke lanjut.

Untuk membangun sebuah kawasan yang representatif untuk disebut sebagai Ibukota negara, tentu harus memenuhi banyak prasyarat. Bila prasyarat sudah dipenuhi barulah kita bicara tentang syarat-syarat. Pemerintah Jokowi menganggap bahwa Negara kita sudah memenuhi prasyarat-prasyarat itu. Apakah demikian? Mari kita telaah satu per satu.

1. Prasyarat Finansil. Segelintir politikus oposisi masih menyangsikan bahwa negara mampu membangun IKN Baru. Dengan berbagai dalih mereka secara langsung maupun tidak langsung menolak rencana pemindahan ibukota negara. Kalau yang bersuara adalah para politikus oposisi semua kita maklum kalau mereka bersuara minor seperti itu. Yang ingin didengar oleh banyak orang adalah suara dari ahli finansial dan moneter. Dan ternyata mereka sepakat bahwa Indonesia secara finanssial sanggup untuk membangun IKN Baru itu. Apa tinjauan mereka? Indonesia secara finansial sudah siap sedia mendanai proyek mega tersebut karena memandang besarnya capaian PDB Indonesia saat ini. Ditambah lagi dengan tingkat kepercayaan dunia terhadap moneter kita sangat tinggi. Tiga lembaga pemeringkat yaitu: Standard & Poors, Finch Rating, dan Moody's semua memberi nilai BBB (Stabil) artinya prospek ekonomi Indonesia sangat baik serta rendah resiko dalam investasi. Perkiraan dana yang dibutuhkan juga tidak sampai menggerus APBN terlalu dalam. Kepercayaan dan ketertarikan negara lain dibuktikan dengan sudah ada belasan negara dan corporasi raksana yang bersedia menanam modal untuk membangun IKN baru tersebut. Di lain pihak banyak lembaga konsultant bersedia membantu dalam memberikan perencanaan dan pengawasan. Bahkan seorang Tony Blair, mantan PM Inggris sudah menyatakan kesediaannya membantu perencanaan IKN Baru ini. Banyaknya pihak yang berminat tersebut tentu harus diseleksi motive dan latar belakang bisnis dan kepentingan mereka.

2. Prasyarat Penguasaan Teknologi. Sebagai negara yang melek teknologi kita diharapkan bisa menerapkan berbagai kemajuan bidang teknologi. Insan akademis dan teknokrat kita dirasa mumpuni dalam meramu berbagai temuan dan invensi di bidang teknologi. Banyak SDM handal negeri ini justru berdedikasi di negara lain, karena di negri sendiri mereka merasa tidak bisa ber-aktualisasi. Teknologi apa sih gerangan yang kira-kira dibutuhkan dalam membangun dan mengelola sebuh ibukota baru yang modern? Tentu banyak sekali! Mulai dari teknologi konstruksi, teknologi bidang perbankan, teknologi transportasi, tennologi bidang kesehatan dan layanan publik hingga perlindungan keamanan. SDM dan teknokrat kita siap berkiprah dan bekerja walau harus mengadopsi beberapa teknologi dari luar. Itu semua demi memberikan kenyamanan dan keamanan bagi penghuninya. Seperti penyediaan dan pengaturan transportasi kota, pemantauan dan penanggulangan gangguan keamanan, penyediaan kebutuhan rumah tangga seperti: air, gas, listrik, internet, dan lain-lain. Juga sistem pengolahan sampah dan air limbah (Sewage Management System) semuanya menerapkan teknologi modern dan mutakhir. Intinya adalah bahwa kesiapan di aspek teknologi, kita siap melaksanakannya.

3. Prasyarat Sosial. Ditinjau dari perspektif sosial sebelum pembangunan dimulai, aspek ini dirasa belum punya pengaruh secara signifikan. Jadi bukan merupakan masalah yang krusial. Nantinya setelaah terbangunnya kota/kawasan IKN barulah itu diperkirakan masyarakat akan antusias menyambut kehadiran IKN Baru. Dapat diprediksi banyak warga dari belahan nusantara yang ingin bertandang menginjakkan kaki di kota yang baru itu. Akan timbul rasa kagum dan bangga bahwa bangsa ini mampu memiliki sebuah kawasan utopis futuristik yang modern, ikonik, megah dan nyaman berada di dalamnya. Hal ini akan menjawab skeptisme mereka yang selama ini menyangsikan rencana pembangunan IKN ini. Karakteristik bangsa ini akan berbondong-bondong mendatangi sesuatu yang baru.Setelah melihat sendiri atau mendengar lewat media, PNS yang tadinya enggan pindah kesana jadi memohon-mohon agar dapat di relokasi ke IKN baru tersebut. Dan bagi penduduk asli tentunya merupakan kebanggaan tersendiri karena daerah mereka dijadikan landmark dan kawasan sentral negara. Ditambah bahwa mereka juga menerima kompensasi yang sangat memadai bagi kemajuan taraf sosial dan kelangsungan hidup mereka.

4. Prasyarat Mental (?) Nah ini yang perlu dipikirkan dan dipertimbangkan secara serius. Banyak aspek mental yang harus dipersiapkan bagi segenap bangsa dalam menyikapi dan menerima kehadiran IKN Baru. Ada dua tataran kesiapan mental dalam menyongsong IKN Baru yaitu: Tataran pada Aparatur Penyelenggara (PNS, TNI/Polri yang ditempatkan disana)   dan Tataran pada Masyarakat. Warga dan calon warga penghuni IKN  harus dipersiapkan menjadi warga yang "Siap dan Layak" menempati "Rumah Baru" mereka yang memang sangat berbeda dengan "Rumah Lama" mereka. Mereka yang akan tinggal di IKN tidak bisa, sekali lagi, tidak bisa lagi membawa kebiasaan lama mereka sewaktu menjadi warga di "Rumah Lama" mereka. Mereka tidak bisa lagi secara sembarangan membuang sampah, berjualan, menambah dan membongkar bangunan milik mereka, menaruh material bangunan, merombak taman, atau perilaku berteriak-teriak seenaknya, berbuat gaduh, acuh dengan tetangga, mabuk-mabukan, pasang muka masam dengan orang asing dsb dsb. Di IKN mereka harus tertib, patuh aturan, juga humanis, ramah, penuh rasa persahabatan (friendly) dengan siapa saja, peduli dan saling mengingatkan. Disini nilai-nilai gotong royong dan kepedulian akan digalakkan. Secara psikologis sifat-sifat baik manusia akan ditularkan. Bila masing-masing kita menunjukkan prilaku baik maka kecenderungan pengaruhnya akan mendorong orang lain untuk beerbuat baik juga. Anggota masyarakat saling memperkuat tingkah laku bagi anggota masyarakat lainnya. 

Sebagai ilustrasi: Di setiap sore minimal tiga kali sehari, anngota keluarga dianjurkan merawat taman di depan rumah mereka, sesama tetangga bisa saling ngobrol membicarakan tentang taman dan keindahan kota, memberi dorongan rasa solider bagi tetangga lain untuk ikut keluar rumah dan merawat tamannya. Nah, pembelajaran tentang manfaat merawat taman dan kekeluargaan sebelumnya sudah mereka dapatkan dalam penyuluhan sebelum mereka menjadi warga IKB. Modul pembelajaran tentang hal diatas juga dapat mereka simak kembali lewat Smart TV di rumah masing-masing. Bila hal ini berjalan baik maka, warga yang tadinya individualistik, apatis dan jaim, akan 'move-on' berubah menjadi seorang yang terbuka, peduli dan ramah.

Bila dipandang perlu dilakukan semacam social preferencies assessment bagi kepala keluarga yang mau jadi warga IKN. Assessment ini mengukur index "kemasyarakatan" seseorang. Kita namakan saja dengan Social Quotient (SQ). Seorang kandidat warga harus melewati passing grade tertentu agar bisa jadi warga IKN. Bila tidak maka warga tersebut harus melewati serangkaian proses belajar.

Ada kemungkinan Pemerindah Otonom akan meluncurkan software aplikasi Sosiometer. Dimana setiap warga akan memberikan penilaian terhadap warga lain yang ditemuinya baik secara langsung maupun lewat media. Dan bagi peraih nilai positif tertinggi akan mendapat reward. Dan seseorang bisa memantau/mengakses nilainya sendiri untuk mengevaluasi diri. Proyek ini nantinya merupakan bagian dari program SMART CITIZEN APP (SCA). 

Didalam aplikasi ini, warga yang mengucapkan terima kasih, mengucapkan salam, saling memuji akan mendapat kredit penilaian. Sebaliknya warga yang bermuka masam, acuh terhadap orang lain, berkomentar negatip akan mendapat penilaian minus (debt). Aplikasi ini juga dilengkapi kecerdasan buatan yang dapat memilah apakah sebuah penilaian dari seseorang benar-benar jujur dan murni. Aplikasi ini sebenarnya sudah dirintis di negara maju teknologi digitalnya seperti AS (Skynet) dan China (Social Credit System). Di negara China pemerintah bekerja sama dengan perusahaan IT seperti SenseNets, Tencent, Huawei, ZTE dll. Tahun 2020 diseluruh China akan dipasangi 626 juta camera CCTV untuk mendukung sistem tersebut.

Teknologi Digital dan peralatan untuk mendukung program diatas bukan rekaan imajiner penulis semata. Teknologi itu sudah ada, sudah tersedia, tinggal kita meramu dan menyelaraskan sesuai kebutuhan kita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun