Piala Dunia, sebuah turnamen sepak bola Internasional yang dilaksanakan empat tahun sekali ini kini sedang merajai seluruh isi media sosial. Piala Dunia yang ke-21 tahun ini berlangsung di Russia, dan tak pernah henti dibahas, yah namanya juga ajang 4 tahun sekali yaa, jadi semaraknya memenuhi seluruh dunia. Di tengah-tengah ramainya pembicaraan para pendukung yang mulai menjagokan negara-negara pilihannya, entah karena negara tersebut adalah negara sang pemain idola, atau mungkin negara yang di favoritkan, bahkan ada yang memakai alasan sejarah, hihi.Â
Tidak ada yang salah, namun jika dilihat lagi hal-hal ini justru merujuk ke sesuatu yang negatif, misalnya menjatuhkan, memaki, menghina, dan bahkan melakukan taruhan. Selain itu kita dengan semangatnya melakukan konvoi-konvoi untuk mendukung negara tersebut, mendoakan mereka, dan masih banyak lagi yang kita, warga negara Indonesia lakukan untuk mereka. Pantaskah? Haruskah? Sebegitu berharganya kah? Pertanyaan ini mulai muncul perlahan.
Mereka, para pemain bola yang tengah berjuang di Piala Dunia itu sangat mencintai negara mereka. Neymar  yang meneteskan air matanya karna berhasil mencetak gol di menit-menit terakhir pertandingan, dan para pemain Costa Rica yang menangis karena gagal mememenangkan pertandingan itu seperti sebuah tamparan bagi kita yang bahkan tidak melakukan apa-apa bagi negara kita dan dengan bangganya menaikkan bendera negara lain dan mendukung mereka dengan penuh semangat.Â
Mereka, para pemain bola yang bisa membela negara mereka di Piala Dunia itu menganggapnya sebagai sebuah kehormatan, walaupun mereka bahkan mungkin bukan negara yang difavoritkan dalam laga ini. Namun, kita malah sibuk memamerkan nama negara lain di seluruh akun media sosial. Bahkan, saat ada yang menjelek-jelekkan tim favorit kita, kita dengan tangguhnya beradu mulut mempertahankan nama negara tersebut.Â
Namun, untuk menaikkan satu saja kiriman bahwa kamu bangga menjadi warga negara ini tidak pernah. Mungkin memang karena ini adalah laga sepak bola, jadi yang harusnya dipermasalahkan adalah hebat bermain bolanya. Katanya, Ini soal bola, jangan bawa-bawa cinta negara, beda tema. Ada juga yang bilang Ini empat tahun sekali, jadi kalau tidak dirayakan, rugi.Â
Namun, bukankah miris sekali saat kita berada di atas tanah Ibu Pertiwi ini kita menjadi begitu cinta akan negara lain? Bukankah sayang sekali, dengan berpijak di atas tanah Ibu Pertiwi ini, kita malah berdiri dan menaikkan bendera negara lain dengan bangganya?Â