[caption id="attachment_365564" align="aligncenter" width="310" caption="Kemasan Mi Fajar"][/caption]
Saya memulai tulisan ini sambil membayangkan betapa lezatnya Mi Fajar ketika dimakan mentah. Tanpa dimasak. Bagi yang belum tahu Mi Fajar itu mi jenis apa, berarti Anda masih anak-anak, atau sudah terlanjut tua. Atau memang mungkin dulu Anda kurang gaul atau primitif, sampai-sampai tak tahu ada mi super lezat bernama Mi Fajar. Atau mungkin pengetahuan Anda paling mentok hanya Mi Sarimi?
Ah, Mi Fajar. Mi ini justru tak enak kalau dimasak. Bahkan kalau Anda mencoba memasaknya dan ketahuan teman-teman Anda, mungkin mereka akan menertawakan Anda, "HAHAHA... kue ki sengang? Mi Fajar kok mbok masak. (HAHAHA... kamu gila? Mi Fajar kok kamu masak)."
Mie Fajar emang enaknya dimakan mentah. Langkahnya: pertama, hancurkan mi-nya selagi masih di dalam bungkus. Dalam hal ini, ada beberapa cara menghancurkannya. Ada yang menghancurkannya dengan meremas menggunakan kedua tangan. Ada yang memukul-mukul bungkus mi-nya sambil bergaya bak seorang petinju. Dan bahkan, ada yang menghancurkan mi-nya dengan cara mendudukinya. Biasanya cara ini ditempuh ketika si pemilik Mi Fajar tak ada waktu untuk meremas dengan tangan atau memukul-mukulnya. Kenapa kok sampai tak ada waktu untuk kedua cara itu? Yaaa mungkin saat itu si pemilik Mi Fajar sedang dalam game zone, misalnya sedang main remi atau monopoli, di mana tangan harus stanby memegang kartu atau duit.
Nah, setelah berhasil menghancurkan Mi Fajar, langkah selanjutnya adalah mencampurkan bumbunya. Mi Fajar ini cuma memiliki dua bumbu: bubuk penyedap dan bubuk cabe. Bagi si pemilik yang tak suka pedas, berarti bubuk cabenya dibuang. Bagi si pemilik yang tak suka terlalu asin, berarti cukup menuangkan bubuk penyedapnya setengah. Nah biasanya, yang setengahnya lagi disimpen untuk nantinya dinikmati sendiri. Itu pun kalau tak ada teman yang nodong minta sisa bubuk penyedap itu. "Ndro, mengko aku njaluk bumbune yooo... (Ndro, nanti aku minta bumbunya ya...)" kata seorang temen yang memesan bumbu si Indro. Padahal si Indro belum menyelesaikan proses penghancuran Mi Fajar.
Setelah bumbunya dimasukkan, maka silakan dikocok, diayak, diurap. Lalu, nikmatilah sebelum teman-teman Anda mendatangi Anda sambil membuka telapak tangannya lebar-lebar. Nah dalam situasi sulit seperti ini, biasanya si pemilik Mi Fajar harus mengalah dengan strategi: mengambilkan mi dalam bungkus menggunakan tiga jari: jempol, telunjuk, dan jari tengah. Mengapa demikian? Yaaa supaya mi yang terangkat dari tiga jari tersebut sedikit. Kalau diambil dengan lima jari, mi-nya akan terangkat banyak, sekrakup. Dengan strategi seperti itu, si pemilik Mi Fajar masih bisa menikmati mi dengan kuantitas yang cukup. Strategi lain adalah dengan menjilati kelima jari setelah mengambil mi dari bungkus. Setelah menjilati jari, berpura-puralah mengaduk mi di dalam bungkus, dan pastikan teman Anda melihat. Dengan strategi ini, teman Anda yang merasa jijik pasti mengurungkan niatnya untuk meminta jatah. Namun strategi ini tak akan mempan kepada teman Anda yang nggragas (rakus).
Maka dengan membaca tulisan ini, semoga Anda bisa mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang tak diinginkan ketika Anda hendak mengkonsumsi Mi Fajar. Saya sarankan untuk yang belum pernah merasakan kelezatan Mi Fajar, silakan diburu mi-nya. Saya bukan promosi. Saya hanya ingin berbagai kebahagiaan: menikmati kelezatan Mi Fajar. Mi primadona masa kecil. Mi yang menempati nilai tertinggi atau setidaknya termasuk "kaum elit" saat dipajang di papan/kertas lotre. Mi Fajar telah menjadi primadona bagi kaum kami (anak SD angkatan 2000-an).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI