Kedatangan Letjen TNI Doni Monardo kali ini 8-10 April 2019 Â memiliki makna tersendiri khususnya bagi masyarakat Maluku, jika sebelumnya Doni ke Maluku ditugaskan negara sebagai Pangdam XVI Pattimura yang mewilayahi Provinsi Maluku dan Maluku utara , Namun pada kunjungan kali ini Doni menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Republik Indonesia.Â
Nama Doni Monardo sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Maluku, karena selain telah diangkat menjadi warga kehormatan kota ambon. Doni sendiri saat bertugas di Maluku juga menginisiasi program brilian yang bernama Program Emas Biru dan Emas Hijau meliputi kegiatan di sector kelautan dan perikanan, pertanian, pertanian, kehutanan, perkebunan dan peternakan. kedua program tersebut sangat membantu pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan keamanan dan kesejahteraan.
Efek domino dari Kegiatan emas biru dan emas hijau pun menghasilkan emas putih yang memiliki makna filosofis sebagai perdamaian hakiki dan diimplementasikan di wilayah kepulauan seribu pulau ini. Provinsi Maluku memiliki potensi sumberdaya alam  begitu besar dan melimpahruah baik di daratan maupun lautan.  menurut Doni itu adalah kekuatan perekonomian Maluku saat ini maupun akan datang jika dapat dikelola dengan baik dan berkelanjutan.Â
Sikap Doni begitu bersahaja serta sangat memahami karakter  budaya orang Maluku juga dinilai berhasil turut membangun Maluku maka Tak heran diangkat sebagai warga kehormatan kota Ambon dan Sebagai bentuk penghormatan ucapan selamat datang buat SANG JENDERAL, Pemerintah Kota ambon memasang Baliho dan spanduk sepanjang sisi jalan mulai dari bandar udara pattimura hingga menuju pusat kota kepada Doni dan rombongan yang akan mengunjungi kota berjuluk Manise ini.
Untuk kita ketahui bersama bahwa Sebelumnya Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat membuka Sekolah Lapang Geofisika di Kabupaten Maluku Tengah, Senin 25 Maret 2019 lalu menyampaikan kalau Maluku sedikitnya terdapat lima zona sumber gempa bumi tektonik yang dapat membangkitkan tsunami, yaitu Zona Subduksi Lempeng Laut Maluku, Zona Subduksi Utara Seram, Zona Sesar Naik Selatan Seram, Zona Subduksi Banda dan Weber Deep, dan Zona Greben Aru. Sementara penyebab tsunami di Maluku, tidak hanya dipicu oleh gempa bumi tektonik saja, namun juga erupsi gunung api dan longsoran bawah laut.
Provinsi Maluku memiliki sejarah cukup panjang dalam hal tsunami. Salah satu tsunami besar yang tercatat yakni yang terjadi pada tahun 1674 yang menewaskan 2.322 orang di Ambon dan Seram. Tinggi gelombang tsunami yang menerjang saat itu diperkirakan mencapai 80 meter oleh karena itu Masyarakat Maluku dituntut mampu melakukan evakuasi mandiri saat bencana gempa dan tsunami Pasalnya, sejumlah skenario pemodelan yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan perkiraan waktu tiba tsunami di pantai sangat cepat, kurang dari lima menit setelah terjadi gempa. Kiranya ini menjadi catatan serius dan perhatian bagi seluruh masyarakat Maluku dimana saja berada, agar bisa memahami sistim peringatan dini, mengetahui Jalur Evakuasi dan Mandiri dalam bersikap dalam menghadapi masalah kebencanaan dengan tanggap, Â oleh karena itu Kehadiran Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo pastinya bermakna strategis bagi Maluku melalui sinergi bersama BPBD Kabupaten/Kota lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H