Strict parents secara umum dikenal sebagai gaya pola asuh yang terbilang cukup otoriter. Penempatan standar yang tinggi oleh orang tua kepada anaknya belakangan ini ramai diperbincangkan di berbagai social media. Memberi pengasuhan yang tepat memang suatu kewajiban orang tua dalam membentuk dan mendidik anak. Namun, hal ini justru menuai banyak pro dan kontra.
Sikap keras dan penuh aturan yang mendasari strict parents umumnya berasal dari riwayat asuh yang dimiliki orang tua itu sendiri semasa kecil. Perilaku kolot yang terbilang kuno ini banyak diterapkan oleh orang tua dengan dalih ingin melakukan yang terbaik untuk anaknya, dengan cara 'meremot'.
Tanpa orang tua sadari, tindakan mereka dapat memicu banyak dampak negative. Strict parents menggambarkan sikap orang tua yang egois dan menaruh banyak harapan yang tidak realistis kepada anaknya. Parahnya mereka justru menutup komunikasi yang baik dengan anak.
Disamping itu, strict parents tidak memberikan kesempatan bertanya atu mengomentari aturan orang tua. Orang tua juga rentan memberikan hukuman apabila anak melanggar aturan mereka.
Beberapa dampak buruk yang diberikan dari pola asuh strict parents ini adalah anak cenderung suka berbohong, kesulitan dalam mebuat keputusan, hilangnya rasa percaya diri, penakut hingga depresi dan parahnya mereka merasa tidak punya 'rumah' berpulang.
Tentu ada cara untuk mengatasi apabila terjebak dengan orang tua yang strict parents yaitu dengan berpikir positif bahwa orang tua menyayangi kita dan menginginkan yang terbaik untuk kita karena tidak ada orang tua yang mau anaknya hidup sengsara, berkomunikasi dengan teman atau orang yang dipercaya dan melakukan hal-hal positif seperti hobi untuk menyegarkan pikiran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H