Mohon tunggu...
Madin
Madin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penyuka bubur kacang hijau, wartawan, penulis, fotografer, peminat travelling dalam rangka menyaksikan kebesaran Allah SWT, Motto : Menulis untuk berbagi. Berucap, bertindak dan berbuat sesuatu yang bisa memberi manfaat kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Wow… Ternyata Cuci Piring Menyimpan Nilai Filosofis yang Tinggi

18 Oktober 2014   23:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:32 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Ternyata cuci piring bukan pekerjaan biasa, sumber : praditamauliadita"][/caption]

APA yang ada di benak anda saat mendengar kata cuci piring? Mungkin yang terbayang adalah cuci piring adalah pekerjaan remeh temeh yang familiar dikerjakan oleh Ibu Rumah Tangga (IRT). Namun, tahukah anda bahwa ternyata mencuci piring itu menyimpan nilai filosofis yang tinggi. Mau tahu? Berikut ulasannya :

1.Gerakan Cinta Kebersihan

Apa jadinya jika piring bekas makan dan minum dibiarkan teronggok begitu saja di atas meja? Tentu tidaklah sedap dipandang mata. Karena itu, saat makanan di dalamnya telah habis, maka piring-piring tersebut perlu segera ‘dibereskan”. Satu-satunya cara untuk membersihkannya adalah dengan dicuci.

Piring kotor dan berlemak dibersihkan dengan sabun atau cairan pembersih. Tujuannya agar lemak-lemak yang menempel segera ‘kabur’.

Piring yang awalnya penuh dengan bekas lemak, setelah dicuci menjadi kesat atau kinclong. Dan betapa nyamannya menggunakan piring yang kesat saat hendak makan dan minum.

Dalam hal ini, secara tidak langsung, mencuci piring sama dengan melakukan gerakan cinta kebersihan. Padahal, kebersihan itu sebagian dari iman. Wow…

2.Cuci Piring adalah Wujud Tanggungjawab

Mencuci piring itu bukan pekerjaan biasa. Apa pasal? Semua orang butuh makan dan minum. Bahkan, banyak orang yang suka makan. Lalu, bagaimana dengan mencuci piring. Tak semua orang mau melakukannya. Ada banyak alasan. Takut basah atau malas, bisa jadi alasan.

Nah, orang yang mau mencuci piring berarti ia memiliki sikap bertanggungjawab. Saat makan, ia menikmati hidangan yang lezat Lalu, usai makan, dengan ringan tangan ia mau membersihkan wadah yang telah ia gunakan untuk makan.

Intinya, mencuci piring adalah gambaran tanggungjawab.

3.Down to Earth

Down to earth adalah salah satu idiom dalam Bahasa Inggris. Down to earth berarti membumi atau rendah hati. Secara istilah, down to earth dapat diartikan sebagai sikap dan sifat orang yang mau mengerti keadaan orang lain. Pada kenyataan ini tidaklah gampang dilakukan oleh kebanyakan orang. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa dan mau mengerjakannya.

Nah, orang yang mau mencuci piring berarti memiliki sikap down to earth. Ia tidak malu bergelut dengan bekas makanan, sabun cuci dan air kotor. Ia tak merasa jijik berbasah-basahan.

Mencuci piring itu bukanlah pekerjaan remeh atau rendahan. Sebaliknya, mencuci piring adalah pekerjaan terhormat.

Bayangkan, pencuci piring rela mencium amisnya daging, aroma dapur, dan menanggung resiko pakain basah. Jiwa down to earth sangatlah lekat dengan pencuci piring.

4.Jiwa Sosial yang Tinggi

Saat hajatan makan bersama, semisal pesta pernikahan, siapakah yang biasa mencuci piring? Jawabnya ibu-ibu tetangga. Mereka rela repot sana sini, mengangkat piring lalu membawanya ke dapur.

Wajan yang hitam, periuk yang amis, piring, sendok dan gelas mereka ‘sikat’ hingga kembali mengkilap.

Coba bayangkan jika tak ada ibu-ibu yang mau mencuci piring. Efeknya piring menumpuk. Sedangkan tamu silih berganti berdatangan. Apa jadinya suatu hajatan?

Sebab itu, berterima kasih lah kepada ibu-ibu tetangga yang mau membantu mencuci piring sang empunya hajat. Oh, jasa mereka terlampau besar!

Selamat Mencuci! (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun