[caption id="" align="aligncenter" width="538" caption="Bupati Bantaeng, Prof. Dr. Ir. H. M. Nurdin Abdullah, M.Agr. (kiri) bersama Ketua Umum DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Prof. Dr. Ir. KH. Abdullah Syam, M.Sc (kanan) dalam suatu perjamuan di Rujab Bupati Bantaeng, Bantaeng, Sulawesi Selatan, Kamis (2/10/2014)."][/caption]
BANTAENG - Siapa yang tidak kenal Bupati Bantaeng? Nama lengkapnya Prof. Dr. Ir. H. M. Nurdin Abdullah, M.Agr. Orang nomor satu di Bantaeng itu biasa disapa Nurdin.
Masyarakat Bantaeng sangat menghormatinya. Sebab sejak Bantaeng dipimpin olehnya tahun 2008 lalu, Bantaeng tumbuh dengan pesat. Dari pinggir pantai hingga pegunungan, Nurdin benahi.
Awalnya, ditingkat Sulawesi Selatan, Bantaeng menempati urutan ke-17 untuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kini, posisi IPM Bantaeng telah menempati urutan ke-5. Pertumbuhan ekonomi Bantaeng berada pada angka 5 persen. Sekarang bergeser ke angka 8,9 persen. Dulu di 2008, Bantaeng masuk dalam kategori 199 daerah tertinggal di Indonesia. Namun, sekarang predikat tersebut telah lepas.
Saat memberi sambutan dalam seminar nasional dan workshop maritim kerjasama Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulsel, Pemda Bantaeng dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Sulsel di Balai Kartini, Jalan Kartini, Bantaeng, Kamis (2/10/2014), Nurdin membuka rahasia sukses Bantaeng kepada peserta.
Suatu ketika Nurdin Abdullah menerima tamu dari Jepang. Ia lalu mengajak mereka berjalan-jalan ke Pantai Seruni, salah satu pantai yang ada disana.
“Saya punya kolega dari jepang. Ada 32 orang datang ke Bantaeng,” Nurdin membuka kisahnya.
Sepulangnya dari Pantai Seruni, salah satu dari mereka bertanya.
“Itu yang jongkok, pakai sarung, tidak kelihatan wajahnya bikin apa?” tanyanya.
“Ia malu kamu lewat. Jadi ia tutup (tubuhnya),” jawab Nurdin.
Padahal sebenarnya, orang yang jongkok itu sedang buang air besar di Pantai Seruni.
Itulah potret Pantai Seruni di tahun 2008. Namun, kini potret seperti itu tidak ada lagi. Pantai Seruni kini berubah menjadi pantai cantik yang tertata rapi.
Bahkan, di Bulan September 2014 yang lalu, Pantai Seruni menjadi lokasi pembukaan Porda ke-XV Sulawesi Selatan. Pantai yang dulunya laut itu kini berubah menjadi spot pariwisata andalan.
[caption id="" align="aligncenter" width="614" caption="Pantai Seruni menjadi spot pembukaan Porda ke-XV Sulsel, sumber : Harian Fajar"][/caption]
Untuk masalah kebersihan, jangan ditanya. Dari pagi hingga pagi, petugas kebersihan rutin membersihkan Pantai Seruni. Jangan heran jika anda akan kesulitan menemukan sampah di Pantai Seruni.
[caption id="" align="aligncenter" width="538" caption="Pantai Seruni yang ramai dimalam hari, sumber : Harian Fajar "][/caption]
Tidak hanya itu, bukan hanya Pantai Seruni yang terjaga kebersihannya. Jalan poros Bantaeng-Bulukumba hingga lorong-lorong juga terawat. Disepanjang jalan, pohon-pohon rindang berjejer rapi di pinggir jalan.
[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Pantai Seruni yang senantiasa terjaga kebersihannya, sumber : Harian Fajar"][/caption]
Nurdin melanjutkan ceritanya. Di pinggir Pantai Seruni, ia membangun fasilitas berupa toko panganan dan sovenir. Awal pembangunan toko itu cukup alot.
Nurdin meminta Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bantaeng membangun kios di sekitar pantai. “Saya mau bikin 8 kios. Coba hitungkan. Buatkan RAB. Kira-kira berapa?” kata Nurdin kepada Kadis PU.
Setelah Kadis PU menghitung, jumlah anggaran yang harus disiapkan sebesar Rp. 450 juta.
“Saya pikir murah. Dari pada ruko. Ratusan juta,” lanjutnya.
Nurdin lalu menawarkan kepada Komandan Kodim. Kebetulan lokasi pembangunan toko berdampingan dengan markas Kodim. Saat itu, komandan kodim menugaskan kasdim menghitung anggaran yang dibutuhkan untuk membangun 8 unit kios.
Dua hari kemudian, Kasdim datang kepada Nurdin.
“Berapa anggarannya,” tanya Nurdin.
“Pak Bupati, Rp. 190 juta pak,” jawab Kasdim.
Setelah itu, jadilah Nurdin memilih tawaran komandan kodim.
“Kunci APBD kecil tapi bisa membangun : cari yang murah,” tutur Nurdin.
Konsep ini sama seperti konsep yang LDII populerkan.
“Di LDII, selalu digembar-gemborkan “Program 6 Tabiat Luhur”. Tiga poin berkenaan dengan dimensi pribadi. Sedangkan tiga lainnya berkenaan dengan dimensi sosial,” kata Abdullah Syam, Ketua Umum DPP LDII usai pembukaan seminar maritim di Bantaeng baru-baru ini.
“Jujur, amanah, kerja keras sampai berhasil (mujhid muzhid). Inilah dimensi pribadi,” kata Syam.
“Rukun, kompak dan kerjasama yang baik. Inilah dimensi sosial,” papar guru besar IPB tersebut.
Nurdin memegang konsep : pilih yang termurah dalam membangun daerah. Di dalam Bahasa Arab, konsep ini disebut mujhid muzhid. Maknanya, kerja keras lagi hemat.
Pemimpin harus berorientasi program. Jangan berorientasi proyek. “ Di Bantaeng, tidak ada satu pun program diluar kebutuhan rakyat. Perencanaan harus berasaskan kebutuhan. Bukan berasas keinginan,” kata Nurdin yang telah memimpin Bantaeng selama 2 periode. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H