[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Bersyukur meski hanya punya sepeda ontel, dokpri "][/caption]
YANG membuat seseorang bahagia bukanlah harta yang melimpah. Yang membuat hati menjadi senang bukan karena tinggal perumahan elit di tengah kota. Bukan karena deposito milyaran di bank. Bukan karena mobil mewah seharga 2 milyar yang terparkir di garasi rumah. Bukan karena motor baru. Bukan pula sebab smartphone canggih keluaran terbaru ada digenggaman. Harta tak mengganransi kebahagiaan hidup. Sebab, di dalam diri manusia selalu ada rasa kurang. Manusia berkeinginan menggapai yang lebih banyak.
Sudah punya 1 rumah, ingin punya rumah yang ke-2. Sudah punya 1 mobil, ingin punya mobil lagi. Begitu seterusnya. Sudah punya 1 jurang berisi emas, manusia masih ingin punya 2 jurang emas.
Maka tepatlah dalil yang mengatakan, innamal ghinaa ghinannafs. Sesungguhnya kaya itu adalah kaya hati.
Oleh sebab itu, syukur itu sangat perlu dalam kehidupan ini. Dengan syukur hidup akan terasa indah. Sebab dengan bersyukur maka berarti kita menyetel hati untuk menerima apa adanya. Nrimo ing pandum.
Sehubungan dengan itu, agar timbul rasa syukur di dalam hati, maka berusahalah mencari jalannya syukur. Lihatlah orang yang ada dibawah. Jika melihat orang lain yang Allah SWT berikan kelebihan dari segi harta dan rupa, maka lihatlah orang yang lebih bawah. Tujuannya agar timbul rasa syukur di dalam hati.
Seyogyanya, kita tidak menjadikan orang yang memiliki sesuatu yang lebih sebagai patokan. Sebaliknya, seharusnya kita selalu membandingkan diri dengan keadaan yang lebih bawah. Jika kita telah mempunyai sepeda motor, maka lihatlah orang yang hanya mempunyai sepeda ontel. Alhamdulillah, tidak perlu capek mengayuh sepeda.
Apabila sepeda ontel terparkir di depan rumah, maka berusahalah untuk bersyukur. Sebab masih banyak orang tidak punya sepeda ontel dan hanya bisa berjalan kaki. Ditambah lagi masih ada orang yang tidak tahu cara mengendarai sepeda. Betapa syukurnya orang yang telah memiliki sepeda.
Seandainya tidak punya sepeda ontel, kita masih punya alasan untuk bersyukur kepada Allah SWT. Sebab masih bisa berjalan kaki. Di luar sana, banyak orang yang tidak bisa berjalan sebab salah satu atau kedua kakinya tidak sempurna.
Bersyukurlah sebab telah memiliki isteri atau suami! Sebab masih banyak lelaki dan wanita yang belum mendapat jodoh. Padahal, Allah SWT melipatgandakan pahala ibadah yang dikerjakan oleh orang yang telah menikah.
Meksi pasangan banyak memiliki kekurangan. Kurang tinggi, tidak bisa masak dan suka ngorok saat tidur. Kurang ini, kurang itu. Tetapi, lihatlah kelebihan yang ia miliki. Tak ada manusia yang sempurna. Yang sempurna ya, bidadari di surga.
Bersyukurlah bila hari ini telah makan! Sebab masih banyak orang yang harus berutang, pinjam uang sana sini untuk membeli beras. Masih banyak orang yang harus bekerja ekstra hingga larut malam untuk mendapatkan uang.
Bersyukurlah karena badan sehat bugar! Sebab banyak orang yang saat ini sedang lemas terbaring di Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit.
Dilain sisi, bersyukurlah ketika sakit. Bersyukur saat demam tinggi. Besyukur saat batuk. Bersyukur saat bersin. Bersyukur saat darah tinggi. Bersyukur saat diabetes. Bersyukur saat mengalami asam urat. Bersyukur saat difonis malaria. Yang penting bukan malarindu. Bersyukur Meski dengan sejumlah penyakit kronis yang menggrogoti tubuh.
Bersyukurlah! Walau menderita sakit tetapi masih bisa bernafas. Ingatlah bahwa masih ada kemungkinan untuk sembuh. Ketahuilah bahwa sakitnya orang yang beriman menjadi pelebur dosa. Jika mau bersabar. Toh, masih banyak orang yang lebih parah sakitnya. Orang yang sakit belum tentu duluan meninggal dunia. Sebaliknya, orang yang sehat belum tentu berumur panjang.
Seandainya dengan penyakit yang diderita, Allah SWT mengambil nyawa, maka tetaplah bersyukur. Berarti kesempatan untuk berbuat maksiat telah putus. Tak ada lagi kesempatan untuk menambah dosa. Hilanglah kesempatan setan untuk mengajak berbuat maksiat.
Bagi orang yang (maaf) tuna netra, tetaplah bersyukur! Syukurlah sebab mata tak lagi bisa melihat dunia. Lho kok? Alasannya sebab mata tak dapat lagi berbuat dosa. Mata tak dapat lagi menjadi pelaku maksiat. Contohnya, mata tak dapat lagi melihat wanita/pria yang bukan mahrom.
Bagi orang yang (maaf) tuli, bersyukurlah! Sebab tidak lagi bisa mendengar. Lho kok? Karena kesempatan untuk berbuat dosa dengan telinga pupus sudah. Tak bisa lagi mendengar musik yang dapat membuat hati sulit dinasehati. Tak bisa lagi mendengar ucapan kasar. Tak bisa lagi mendengar ucapan dusta. Tak bisa lagi mendengar gosip tentang seseorang yang belum tentu kebenarannya.
Bahkan, orang yang (maaf) tidak memiliki kaki sekalipun masih tetap harus bersyukur kepada-Nya. Ia harus tetap berusaha mencari jalannya syukur. Lho kok? Pertanyaanya, mau syukur bagaimana? Ia kan tidak punya kaki?
Ia tetap harus bersyukur sebab berarti salah satu jalan maksiat atau sumber dosa telah Allah SWT cabut darinya. Dengan tak memiliki kaki berarti ia sulit mendatangi tempat maksiat. Sebaliknya, saat ia mendatangi kebaikan maka pahalanya dilipatgandakan.
Ingatlah dalil yang menyatakan, bahwa besarnya pembalasan itu tergantung besarnya cobaan. Idzomul jaza’i ma’a idzomul balaa.
Orang yang pincang yang mendatangi pengajian di masjid berbeda pahalanya dengan orang yang normal. Tentu orang yang pincang mendapat lipatan pahala yang lebih besar.
Marilah bersyukur karena hidup melarat tak punya harta! Sebab berarti Allah SWT menghindarkan dirinya dari fitnah harta. Padahal, orang kaya di akhirot kelak lebih lama masuk surga dari pada orang miskin. Orang kaya harus menunggu 40 tahun masuk surga setelah orang miskin. Sebab orang kaya harus mempertanggungjawabkan harta yang ia peroleh dan ia makan di harapan Allah SWT.
Ayo bersyukur saat kehilangan uang! Bersyukurlah ketika rumah kebakaran! Bersyukurlah saat mendapat kecelakaan lalu lintas! Alhamdulillah, meski kecelakaan, tidak menyebabkan nyawa melayang. Bersyukur karena masih diberi kesempatan hidup. Masih bersyukur karena tidak mendapat cobaan yang lebih berat dari itu. Masih bersyukur sebab tidak mendapat cobaan agama berupa keluar dari agama islam.
Satu hal yang tidak mudah dikerjakan tetapi patut dilakukan. Yakni bersyukur ketika mendapat cobaan. Bersyukur ketika mendapat kesusahan. Hal ini sulit dilakukan, tetapi sebenarnya berpahala besar.
Apabila kita melihat fakta, sebenarnya masih banyak orang yang mendapat kadar cobaan yang lebih berat. Quran dan Hadis menceritakan kisah orang-orang iman terdahulu yang cobaannya lebih berat lagi dari pada orang dizaman sekarang. Intinya, ada banyak alasan untuk senantiasa mensyukuri segala nikmat yang telah Allah SWT berikan.
Bersyukur adalah perintah Allah SWT. Orang yang mau bersyukur maka ia akan mendapat rindo Allah SWT. Sebaliknya, orang yang kufur (tak mau syukur), Allah SWT akan murkai.
Bersyukur adalah cara menetapkan kenikmatan. Bersyukur ialah cara menambah kenikmatan. Bersyukur adalah cara mendatangkan kembali nikmat yang telah hilang dari diri. Agar bisa bersyukur, carilah jalannya syukur dengan membandingkan diri dengan keadaan orang lain yang lebih berat.
Saat mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan dihati, beristija’lah. Inna lillaahi wa inna ilaihi roojiuun. Allohumma’jurnii fii musiibatii wa akhliflii khoirom minha.
Raha, Sulawesi Tenggara, Minggu (9/11/2014)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H