Seperti kita sudah mengetahu Allah menciptakan dua kondisi yg saling berlawanan dalam kehidupan ini seperti siang dan mala, awal dan akhir baik dan buruk dan lain sebagainya. Pada postingan ini saya ingin menyampaikan salah satu kondisi tersebut yang selalu menjadi harapan dan tujuan yg ngin dicapai manusia yaitu Baik.
Baik yg dimaksud dalam postingan ini adalah suatu kata yg merupakan terjemahan dari kata dalam Bahasa Arab Thoyibah. Dalam Al-Qur’an ada empat hal yg dikaitkan dg kata Thoyibah (Baik) Ini,
1.Kalimatan Thoyibah
2.Halalan Thoyibah
3.Hayatan Thoyibah
4.Baldatun Thoyibah.
Penerapan kata Thoyibah (1) dan (2) akan menghasilkan Thoyibah (3) dan akan menuju ke Thoyibah (4), maksudnya bila seorang menerapkan kalimatan dan halalan thoyibah maka ia akan mendapatkan Hayatan Thoyibah, bila hayatan seorang telah thoyibah maka akan dihasilkan Baldatun Thoyibah.
Sekarang mari coba kita lihat satu persatu keempat Thoyibah tersebut:
Kalimatan Thoyibah
Penjelasan tentang Kalimatan Thoyibah ini dapat kita baca dalam Surat Ibrahim (14) ayat 24 dan 25 yang artinya sebagai berikut:
Tidakkah kau lihat, bagaimana Allah membuat perumpamaan ? Suatu perkataan yg baik, seperti pohon yg baik, akarnya kuat (terhunjam), cabang ke langit (menjulang). (ayat 24).
Ia menghasilkan buahnya setiap waktu dg seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan bagi manusia, Supaya mereka ingat selalu.(ayat 25). (Al-Qur’anulkarim Bacaan Mulia, HB Yasin, halaman 347.
Dalam tafsir lain diberikan penjelasan tambahan sebagai berikut:
Kalimat yg baik adalah kalimat tauhid, iman dan islam. Allah mencontohkan kalimat tauhid dg pohon kayu yg akrnya menghunjam kedalam tanah, batang dan dahannya menjulang keangkasa. Pohon itu berbuah terus menerus tak ada larang dan pantangnya serta dapat dinikmati oleh bukan saja yg punya pohon, tapi juga oleh orang lain (Az-Zikra, terjemah dan tafsir Al-Qur’an dlm huruf Arab dan Latin, Disusun oleh Bachtiar Surin buku 3 halaman 1036)
Begitulah kalau hati seseorang telah diisi dan diwarnai oleh kalimatan thoyibah (kalimat tauhid) maka hidayahnya bukan saja bermanfaat untuk dirinya sendiri, tapi melimpah juga kepada orang lain.
Halalan Thoyibah
Halalan Thoyibah adalah suatu sifat dan benda (makanan dan minuman) dan perbuatan manusia. Surat Al Baqarah (2) ayat 168 menjelaska sebagai berikut:
Hai Manusia! Makanlah apa yg halal dan baik (halalan thoyibah) yg ada di bumi, Dan janganlah ikuti jejak langkah syaitan. Sungguh ia musuh yg nyata bagimu.
Pengertian halalan thoyibah diatas dijelaskan oleh Bachtiar Surin dalam Az-Zikra, terjemah dan tafsir Al-Qur’an dlm huruf Arab dan Latin buku 1 halaman 105 sebagai berikut:
Yg halal maksudnya yg tidak diharamkan karena berbahaya bagi kesehatan, sedang yg baik adalah yg tidak tersangkut hak orang lain padanya., jadi halalan thoyiban adalah tidak haram dan tidak tersangkut hak orang lain padanya misalnya perbuatan zina adalah melakukan ML dg orang haram baginya dan tersangkut hak orang lain padanya (suami/isteri atau orang tua).
Hayatan Thoyibah
Hayatandalam bahasa Indonesia disebut sebagai “Kehidupan” jadi hayatan thoyibah dapat dibahasa Indonesiakan sebagai “kehidupan yg menyenangkan (baik)” yg diberikan Allah kepada orang yg melakukan ‘amalan sholihah (kebaikkan baik ia laki-laki maupun perempuan seperti firman Allah dalam surat An-Nahl (16) ayat 97:
“Barangsiapa melakukan kebaikan, laki-laki maupun perempuan dan ia beriman, Kami pasti kan memberinya kehidupan, kehidupan yg menyenangkan, dan Kami kan memberinya pahala sesuai dg yg sebaik-baiknya mereka lakukan (Al-Qur’anulkarim Bacaan Mulia, HB Yasin, halaman 375.
Dapat dijelaskan bahwa ‘amalan sholiha (kebaikan) yg dimaksud adalah orang mengucapkan dan melaksanakan “Kalimatan Thoyibah dan memakan serta berbuat yg halalan thoyibah.
Baldatun Thoyibah
Mufasirin menerjemahkan “Baldatun” sebagai “Negeri” dan baldatun thoyibah sebagai negeri yg indah. Negeri yg indah ini dicontohkan Allah dalam Al-Qur’an seperti Negeri Kaum Saba’ dahulu kala.
Menurut Az-Zikra, terjemah dan tafsir Al-Qur’an dlm huruf Arab dan Latin buku 5 halaman 1814 yg disusun Bactiar Surin, Kaum Saba’ adalah raja-raja Yaman dahulu kala dan keluarganya. Merekaberbudaya tinggi, hingga berhasil membangun negerinya menjadi jaya dan makmur berkat terbentuknya bendungan Ma’rib yg mampu mengairi dua bidang tanah perkebunan yg cukup luas yg terletak dikiri kanan tempat kediaman mereka.
Berbudaya tinggi disini dapat diartikan melaksanakan hayatan thoyibah (kehidupan yg menyenangka) yg melaksanakan kalimatan thoyibah dan halalan thoyibah.
Muncul pertanyaan apakah negeri kita sudah menjadi baldatun thoyibah ? Sebagain orang tentu akan menjawab ya tapi tentu ada pula yg merasakannya sebagai tidak. Kalau dilihat dari keempat thoyibah diatas negeri kita belum menjadi baldatun thoyibah karena masih banyak rakyat Indonesia (dari rakyat jelata seperti saya sampai ke pejabat-pejabat tinggi dan pemimpin negara ini belum menerapkan Kalimatan, Halalan dan Hayatan Thoyibah masih banyak kejadian di negara tercinta ini orang-orang yg menganggap harta orang sebagai harta dia, isteri orang sebagai isteri dia,uang negara adalah uang dia hingga dia berbuat menurut sekehendak dia.
Postingan ini mengajak kita terutama diri saya untuk melakukan ‘amalan sholiha (perbuatan-perbuatan baik) yg halalan thoyibah hingga negeri kita bisa menjadi baldatun thoyiba.
Fa’tabiru ya ulil absor. La’allakum turhamun. Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H